Saturday, November 24, 2007

Atomisme Asy'ariyah

Perkembangan sains bukan sekadar persoalan kapital melainkan juga persoalan teologis. Persisnya, efek dari pandangan teologi.Teologi merupakan bagian utama dari pandangan dunia (world view) yang melukiskan kaitan antara Sang Pencipta dan yang dicipta. Teologi atau ilmu kalam yang diajarkan di dunia Islam termasuk Indonesia adalah aliran Asy'ariyah atau sering disebut sebagai ahlusunnah wal jamaah. Padahal pandangan Asy'ariyah cenderung berseberangan dengan landasan sains yang disebutkan di atas. Aliran kalam lain yaitu Mu'tazilah cenderung berpandangan rasional liberal. Aliran ini berpandangan bahwa alam bahkan Tuhan sendiri terikat oleh hukum alam yang tidak berubah.

Mu'tazilah berpandangan setiap benda mempunyai nature-nya sendiri, menimbulkan efek tertentu, dan tidak dapat menghasilkan efek lain. Api tidak menghasilkan sesuatu kecuali panas, dan es tidak menghasilkan sesuatu kecuali dingin. Dan, efek yang ditimbulkan oleh setiap benda bukan perbuatan Tuhan. Keseragaman peristiwa alam itulah yang dikenal sebagai hukum kausalitas. Abu Hasan Asy'ari yang mulanya pengikut Mu'tazilah tidak setuju ide nature dan efeknya yang khas.

Api tidak mempunyai sifat panas dan daya bakar, buktinya nabi Ibrahim tidak hangus saat dibakar. Asy'ariyah juga menolak kausalitas; dan menurutnya keseragaman peristiwa alamiah hanya penampakan dan tidak nyata dalam arti tidak memiliki eksistensi objektif. Sebab akibat tidak lebih dari sekadar konstruksi mental atau kebiasaan dalam pikiran. Asy'ariyah juga menolak pandangan Mu'tazilah tentang kehendak bebas dan daya manusia. Ide ini dipahami Asy'ariyah sebagai adanya pencipta (daya) selain Tuhan yang pada gilirannya juga bermakna manusia tidak lagi berhajat kepada Tuhan.

Mengenai perbuatan manusia, agar tidak seperti Mu'tazilah tetapi juga tidak jatuh pada pandangan jabbariyah Asy'ariyah memperkenalkan ide al-kasb (perolehan). Al-kasb merupakan perbuatan yang terletak di dalam lingkungan daya yang diciptakan, dan diwujudkan dengan perantara daya yang diciptakan. Dengan demikian daya manusia turut serta dalam perwujudan manusia, karenanya manusia tidak sepenuhnya pasif. Konsep ini cukup sulit dipahami orang kebanyakan dan simplifikasinya tetap membawa pada ide fatalistik.

Asy'ariyah memang berangkat dari aksioma superioritas Tuhan. Kausalitas hanya akan menurunkan peran dan derajat kesakralan Tuhan. Sikap ekstrem ini, menurut perenialis Frithjof Schoun membawa pada paradoks dan absurditas. Menjadi hampa makna dan absurd ketika Tuhan menjanjikan surga tetapi Dia dengan sewenang-wenang boleh melanggarnya sebagaimana ide Asy'ariyah. Schoun juga memperlihatkan argumen penolakan Asy'ariyah pada nature segala sesuatu misalnya api yang panas dan membakar tertolak. Seandainya api tidak mempunyai nature demikian maka Tuhan tidak akan memerintah api menjadi dingin (QS 21:69).

Pengalaman fisika

Pandangan Mu'tazilah selaras dengan sains secara umum. Sungguh pun demikian, penerimaan kausalitas dan Mu'tazilah tidak berarti harus membuang Asy'ariyah seperti saat ini yaitu menerima Asy'ariyah tetapi mengkafirkan serta menolak Mu'tazilah. Atomisme Asy'ariyah yang sepenuhnya berangkat dari teks kitab suci, orisinal, dan unik. Al-Baqillani menyatakan bahwa alam terdiri dari atom-atom yang tidak mempunyai ukuran, homogen, dan berjumlah berhingga.

Meskipun tak berdimensi atom-atom terpadu membentuk benda yang berdimensi. Atom-atom juga tercipta dan musnah seketika karenanya tidak ada konsep jarak. Tuhan terus menerus mencipta (QS 30:11) atom-atom dengan sifat yang sama selama Dia menginginkan benda yang sama. Ternyata gagasan ini dekat dengan atomisme kuantum. Mu'tazilah dan Asy'ariyah berseberangan tetapi keduanya juga menawarkan kebenaran. Fisika dapat mendamaikan antara kausalitas yang mengikat Tuhan ala Mu'tazilah dan penciptaan serta pemusnahan oleh kesewenang-wenangan Tuhan versi Asy'ariyah.

Dunia makroskopik memenuhi hukum kausalitas deterministik Newtonian sedangkan di dunia mikro berlaku hukum probabilistik. Mekanika klasik tidak mampu mendiskripsikan perilaku mikro sedangkan mekanika kuantum tidak efektif menjelaskan penampakan makro. Keduanya dikaitkan oleh prinsip korespondensi Bohr, wilayah makro merupakan limit ekstrem gambaran mikro. Keduanya mampunyai domain berbeda, saling melengkapi, dan dalam bahasa teologi sama-sama memerlukan kehadiran aktor tunggal yaitu Tuhan.
 

Kemunculan-Nya saja yang berbeda, pada wilayah makro muncul dalam bentuk sunnatullah yang tetap, sedangkan di wilayah mikro dalam ketentuan yang tak dapat dipastikan kecuali kemungkinan-Nya. Selanjutnya untuk mengejar ketertinggalan dalam banyak aspek kita perlu membuat breakthrough ala Bacon yang sangat anti-metafisika dan logika Aristotelian yang hanya bertumpu pada silogisme dan menggantinya dengan metoda ilmiah yang bertumpu pada eksperimen.

Referensi: Republika (14 Februari 2004)

Saturday, November 03, 2007

No Dokter No Problem... (secrert behind honey)

Saya (bta) termasuk orang yang tidak percaya pada dokter. Ketika saya sakit, saya hanya berdoa, dan itupun biasanya sudah cukup untuk menyembuhkan penyakit saya. Ketika doa ternyata belum mampu menyembuhkan penyakit saya maka saya minum ramuan ajaib andalan saya, MADU. Yup, madu merupakan ramuan ajaib yang mampu menyembuhkan segala penyakit. Dalam QS. An-Nahl: 69 Allah SWT berfirman:
"...dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat kebesaran Tuhan bagi orang-orang yang memikirkan"

Cukup madu, tidak perlu obat2an kimia lainnya. Dan biasanya bila penyakit yang menimpa saya agak kronis saya menambahkan habatussauda (yg bentuk bubuk) ke dalam sesendok madu dan kemudian saya meminumnya. Madu yang dicampur dalam segelas air dingin merupakan minuman kesukaan saya, dan ini dapat memberikan tambahan tenaga ketika melakukan aktivitas semisal belajar. Selain manis minuman tersebut juga menyegarkan. Dalam sebuah Hadist Rasulullah juga pernah bersabda: "Bagi kalian ada dua penyembuhan yakni madu dan Al-Quran".

Berbagai penelitian juga menunjukkan madu memberikan hasil yang signifikan dalam pengobatan penyakit gula (diabetes),pengeroposan gigi,Penyakit kulit (dermatology),gangguan pencernaan,TBC, penyakit mata (katarak dll), penyakit kewanitaan, gangguan pada jantung, gangguan pada ginjal dll. Itu baru yang terbukti secara klinis melalui penelitian.Teknik pengobatannya pun beragam mulai dari hanya meminumnya, injeksi ke dalam tubuh (harus dilakukan dg petunjuk dokter), dioleskan pada bagian yang sakit dll. Berbagai khasiat madu tersebut tak luput karena berbagai kandungannya spt: zat gula (15 macam) enzim-enzim (amilase,invertase,katalase peroksidase,lipase dll), vitamin (B,B2,B5,B6,C,K,E,A dll), protein, asam amino, asam lactat serta yan terpenting zat-zat antibiotik. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan madu adalah madu harus dijauhkan dari kelembapan dan khasiatnya akan hilang jika dipanaskan melebihi 60 derajat celcius.

Namun satu yang saya takutkan kalau semua orang di dunia ini mengkonsumsi madu, para dokter di dunia ini tidak laku dan sebaliknya penjual serta pencari madu menjadi kaya raya sehingga banyak dokter yang beralih profesi menjadi penjual/pencari madu, He...3x.

That's bot "honey"..., seingat saya terakhir kali saya ke dokter waktu SMA (itupun karena terpaksa) dan terakhir kali saya minum obat2an kimia beberapa bulan yang lalu (karena persediaan madu saya habis). Selanjutnya saya akan mengandalkan madu bahkan sampai di surga nanti (kalo masuk surga, Amiin) karena sungai yang mengalir di dalam surga pun airnya berasal dari madu yang disaring (Q.S. Muhammad:15). Terakhir, seseorang pernah berkata "Hidup ini jangan sampai berurusan dg dua hal, rumah sakit/dokter dan polisi". Semoga saya (ato kita klo anda juga mau) tidak pernah lagi berurusan dengan yang namanya dokter, kecuali kalo dokternya..... (bla..bla..bla..bla...).
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...