Selasa malam, setelah pulang dari Gresik, Titon menawariku untuk menemaninya ke Tulungagung. Dia malas ke rumah saudaranya Cuma beserta ortunya. Tanpa pikir panjang aku menerima tawarannya, apalagi rencana utamanya dia malah mengajakku ke gunung Kelud, tempat yang selama ini menjadi tujuan jalan-jalan kami. Seperti biasa, sebelum pergi Ibunya Titon udah menyiapkan bekal untuk kami berdua, masing-masing satu bungkus nasi + mie dengan lauk telur dan ayam ditambah dua potong terang bulan dan 1,5 liter air botol. Sebelum berangkat, aku disuruh ngantar bapaknya stasiun Wonokromo karena kedua ortunya naik Kereta Api, kami janjian ketemu di rumah saudaranya Titon di TA (Tulungagung). Mengikuti saran bapaknya Titon, kami lewat Mojoagung beluk kiri. Dan seperti biasa, kami kesasar. Bukannya menuju Pare namun kami malah menuju Wonosalam. Putar balik, kami membetulkan rute perjalanan agar sampai ditempat. Mengikuti feeling dan bertanya-tanya kepada orang akhirnya kami nyampe di taman wisata gunung Kelud. Kami juga menemui Mysteri Road, dimana jalan yang menanjak namun ternyata segala sesuatu yang diatasnya malah meluncur naik bukannya turun. Aneh tapi nyata, namun sebenarnya (katanya sih..) itu Cuma ilusi. Jalan tersebut sebenarnya turun 5’, namun kelihatan naik. Well, lanjut...
Jalan Ke Kelud |
Jalan menuju kawah Kelud suerr ga kalah menakjubkan dengan di gunung-gunung lain. Bedanya yang ini aspal hingga hampir puncak, setelah itu jalan kaki naik tangga. Karena kemarin sebetulnya taman wisata kelud masih tutup, kami berjalan kaki agak panjang, 800 m. Kemudian melewati terowongan made in belanda sekitar 100 m dan nyampailah kita di kawah, menuruni tangga. Puas take a photos, kami menaiki tangga menuju puncak Kelud. Di puncak juga ada beberapa instrumen untuk mengukur & mengamati aktivitas gunung Kelud. Di puncak kami sarapan, tidur – tiduran sambil mengucap ”Subnanallah..” beberapa kali dan akhirnya : turun. Setelah beberapa kali sempat tertunda akhirnya kesampaian juga niat untuk ke gunung kelud. Agenda selanjutnya ke rumah budhe Titon di Pinggirsari, Ngantru, Tulungagung. Kesasar lagi di Blitar (harusnya lewat wates), lewat makamnya bung karno, tapi akhirnya sampai juga di rumah saudaranya titon. Di perjalanan kami mampir warnet untuk memback-up foto-foto di hape agar bisa muat lebih banyak. Tiba-tiba aja ada keinginan untuk pulang lewat malang, sekalian mampir rumahnya budheku di karang kates. Titon setuju. Sore itu kami menyelesaikan tugas kami untuk memfoto rumah kuno yang sudah tidak ditempati lagi. Malamnya jalan-jalan di Alun-Alun Tulungagung, tapi sebelum itu mampir ke rumah pakdhenya titon yang lain, yang mau menikahkan putrinya, S.Ked dari FK UI dengan seorang S.T. Ke rumah orang yang mau mantu pasti diajak makan, padahal sebelumnya kami udah makan, so dobel kenyang. Jadinya saat nyampe di alun-alun Tulungagung aku langsung tidur (Tidur di alun-alun??). Sayang tidak berapa lama kemudian Titon membangunkanku mengajak tidur di rumah..
di Alun-Alun Tulungagung |
Paginya, sebelum subuh kami bangun. Sholat isya’ dan langsung dilanjutkan sholat malam. Setelah subuh dan subuhan kami jalan-jalan menikmati udara pagi. Bapaknya Titon mengupas tebu untuk kami bawa di perjalanan. Lama nggak makan tebu(yang betul makan tebu atau minum tebu ya.. ), kalo ga salah terakhir makan tebu saat SD.
Setelah sarapan kami mohon diri melanjutkan perjalanan, menuju Sumberpucung, Karangkates, malang. Di perjalanan kami melewati dua bendungan (berjalan diatas bendungan coy!!), bendungan Lahor dan bendungan Sutami keduanya di Karangkates. Wuih sungguh indah, beberapa kali aku ke Karangkates ternyata baru kali ini lewat diatas bedungannya. Sebentar kemudian kami sampe di rumah budheku di Sumberpucung. Kami ngetem disana kurang lebih 4 jam.
Selesai sholat dhuhur plus ashar dan makan siang kami mohon diri, biar nyampe Surabaya ga malam-malam. Menu makan siangnya Ruarrr biasa, ikan tuna hasil memancing dan sambal !! padahal paginya kami juga makan banyak karena menunya pecel spesial. Di perjalanan antara karangkates ke surabaya (via kepanjen-malang-singosari-lawang dst) kami transit sekali, di masjid sebelum gempol, sekedar untuk melepas lelah, pipis, sholat dan pergantian joki. Nyampe di surabaya tepat saat maghrib, saat itu odometer sepedaku menunjukkan kilometer 1036 yang artinya kami telah menempuh perjalanan 463 km, lebih panjang dari perjalan kami sebelumnya ke bromo dan sekitarnya yang Cuma 403 km. Puass perjalanan kali ini, dan yang pasti kami tidak mengeluarkan uang sepeserpun untuk perjalanan ini. He...he...
Setelah sarapan kami mohon diri melanjutkan perjalanan, menuju Sumberpucung, Karangkates, malang. Di perjalanan kami melewati dua bendungan (berjalan diatas bendungan coy!!), bendungan Lahor dan bendungan Sutami keduanya di Karangkates. Wuih sungguh indah, beberapa kali aku ke Karangkates ternyata baru kali ini lewat diatas bedungannya. Sebentar kemudian kami sampe di rumah budheku di Sumberpucung. Kami ngetem disana kurang lebih 4 jam.
Selesai sholat dhuhur plus ashar dan makan siang kami mohon diri, biar nyampe Surabaya ga malam-malam. Menu makan siangnya Ruarrr biasa, ikan tuna hasil memancing dan sambal !! padahal paginya kami juga makan banyak karena menunya pecel spesial. Di perjalanan antara karangkates ke surabaya (via kepanjen-malang-singosari-lawang dst) kami transit sekali, di masjid sebelum gempol, sekedar untuk melepas lelah, pipis, sholat dan pergantian joki. Nyampe di surabaya tepat saat maghrib, saat itu odometer sepedaku menunjukkan kilometer 1036 yang artinya kami telah menempuh perjalanan 463 km, lebih panjang dari perjalan kami sebelumnya ke bromo dan sekitarnya yang Cuma 403 km. Puass perjalanan kali ini, dan yang pasti kami tidak mengeluarkan uang sepeserpun untuk perjalanan ini. He...he...