Pada tulisan terdahulu, saya pernah memaparkan tentang konsep Self Control System disini . Tulisan saya tsb masih asal-asalan sbg seorang yang baru belajar ilmu kontrol, nah pada kesempatan ini saya akan menyampaikan langsung dari pakarnya, Adakah sistem yang mengontrol dirinya sendiri?
Sistem pengendalian mulai dari sistem mekanik, pneumatis, elektronik sampai optoelektronik dengan menggunakan algoritma mulai dari on/off, PID, Fuzzy Logic, Neural Network, dst serta berbagai strategi pengendalian baik yang adaptif maupun tidak, semuanya hanya bisa mengendalikan sesuatu yang sejajar atau lebih rendah dari sistem pengendalian itu sendiri.
Ada bagian dari sistem pengendali yang harus diterima dari pihak yang lebih tinggi. Pada sistem pengendalian satu loop yang tidak adaptif maka setpoint dan tuning/setting harus diberikan oleh manusia, dan pada sistem yang adaptif hanya setpoint saja yang harus diberikan, karena tuning pengendali akan dilakukan sendiri oleh sistem pengendali sesuai dengan kondisi/karakteristik plant.
Tanpa setpoint yang benar maka semua usaha pengendali, walaupun terbaca error sama dengan nol tetap saja tidak ada artinya, karena kebenaran yang didapat belum tentu sama dengan kebenaran yang diharapkan pada sistem yang lebih tinggi.
Pada sistem real tak ada sistem yang hanya terdiri dari satu loop, multiloop yang saling berinteraksi secara kompleks. Terkadang setpoint suatu loop datang dari loop yang lain disebut pengendalian cascade, terkadang dia membantu loop lain terhadap ganguan untuk mempertahankan kondisi sesuai setpoint disebut pengendali feed forward, terkadang dia berbagi output untuk mempertahankan sebuah setpoint disebut pengendali split range dan ada yang berbagi perbandingan pengukuran berdasarkan setpoint disebut pengendali rasio...
Saat ini orang menggunakan Advance Process Control dengan algoritma optimisasi atau MPC sebagai optimizer. Fungsi dari APC ini tak lain akan memberikan setpoint yang paling sesuai kepada setiap loop di level bawah agar memperoleh kualitas dan kuantitas produk yang optimal. Lagi-lagi APC pun harus diberi sebangsa setpoint yaitu objective function yang berupa persamaan optimum (min/max) yang harus dicapai.
Apapun sistem harus mengacu kepada yang lebih atas. Kalau dalam pengukuran (process variable), yang juga penting untuk mencapai pengendalian yang baik, maka alat ukur harus dikalibrasi dengan kalibrator dengan akurasi yang lebih baik (biasanya 10 kali) dan yang terpenting adalah kalibrator diatasnya harus sambung menyambung atau mempunyai traceabiliti sampai master kalibrator/kalibrator yg paling tinggi.
Sama dengan semua ibadah manusia, ada yang datang dengan pahala sholat, ada yang datang dengan pahala puasa, ada yang datang dengan pahala sedekah, ada yang datang dengan pahala haji, ada yang datang dengan darah jihad, dan seterusnya, tapi semua dilempar ke neraka, karena tidak sesuai dengan nilai-nilai /standar NYA. sebaliknya ada perempuan nakal hanya memberikan minum seekor anjing bisa masuk surga.
Semua usaha kita, mulai dari algoritma, strategi pengendalian, optimisasi tak akan berguna tanpa kita sambung menyambung/traceabiliti kepada yang memberikan setpoint tertinggi. Dan alat ukur nilai-nilai kita harus terkalibrasi kepadaNya.
Kita sebagai individu, bisa belajar dari sistem pengendalian, tangkap setpointNya, kontak langsung denganNya, bila kita belum bisa bersamalah orang-orang yang dekat denganNya. Cari metode/jalan/wasilah yang mampu menghantarkan kepadaNya mulai sekarang sampai azal datang, walaupun kita harus merangkak ke gunung yang bersalju sekalipun.
Dan bagi yang sudah mendapatkan metode/wasilah, maka kerjakan dengan sungguh-sungguh untuk mencapai setpointnya, dengan memilih algoritma yang paling sesuai, semakin adaptif semakin baik, semakin robust semakin baik, bekerjasama dengan loop tetangga untuk mencapai setpointNya, tidak semua loop harus mempunyai feedback, jangan menggangu loop tetangga dengan memberikan parameter tuning yang memberikan overshoot rendah, buat semakin smart namun tetap menjaga reliabilitinya, terus tingkatkan performance dan rawat dengan baik (tumaknina).
Carilah ilmu walau ke negeri China, karena mungkin metode itu di sana, terserah Dia leletakkan “ulama warosatul ambiya”, untuk kehidupan yang sementara saja kita rela belajar dan research sampai S3, bagaimana dengan kehidupan yang abadi? sudahkan kita me-researchnya? atau hanya sekedar literature review (lisan dan tulisan), tanpa eksperimen, tanpa analisa apalagi kesimpulan dan aplikasi. Seperti rencana pergi ke bulan dengan tumpukan paper, tanpa pekerjaan research yang nyata.
selamat mencari dan menempuh jalan/metode/wasilah kepadaNya. Seperti nabi-nabi dan orang-orang suci terdahulu mencariNya, walaupun ada nabi-nabi sebelumnya. kenapa? lihatlah kenyataan setiap hari, adakah keselarasan antara ideal dengan real?
sumber:AhNI TRB