Pada posting sebelumnya yang sudah sangat lama disini telah disebutkan bahwa mata majemuk lalat (compound eye) memiliki kemampuan yang mengagumkan, bisa mengindera 330 getaran dalam satu detik, memiliki penglihatan yang luas dalam satu bayangan gambar dan sangat tajam.
Kemampuan tersebut apabila ditransfer dalam alat pencitraan akan menghasilkan manfaat yang tidak diragukan apalagi dalam dunia kedokteran.
Sayang seribu sayang, yang pertama meneliti hal ini adalah para ilmuwan Israel. Mereka kini tengah mengembangkan perangkat baru di bidang pencitraan medis dengan mengadopsi kemampuan compound eye. Mereka berharap bahwa alat tersebut, yang masih dalam tahap pengembangan, akan memberikan lebih banyak keuntungan dan kemampuan daripada alat yang ada sekarang. Keuntungan tersebut adalah biaya yang lebih murah daripada teknologi pencitraan yang digunakan pada perangkat-perangkat yang ada.
Oleh karenanya, jika rencana tersebut telah menjadi kenyataan (Semoga saja ilmuwan muslim bisa lebih cepat dalam meneliti dan menemukan alat yang lebih baik), masyarakat akan mendapat kesempatan untuk pemeriksaan kesehatan melalui teknik pencitraan (scan) dengan lebih sering. Mahalnya perangkat pencitraan resonansi magnetis (Magnetic Resonance Imaging - MRI), CT-Scan, X-ray untuk pemeriksaan dini kanker dll bisa direduksi dengan alat baru tersebut. Apalagi alat baru tersebut relatif lebih aman daripada medical imaging yang ada saat ini.
Agar teknik pencitraan mata lalat dapat diimplementasikan dalam pencitraan di bidang kedokteran, foton atau partikel cahaya yang berjumlah sedikit yang dipancarkan obyek (bagian tubuh) yang sedang dicitrakan haruslah dapat dikenali. Hal ini merupakan permasalahan yang ada pada alat-alat yang sudah ada saat ini. Jaringan tubuh yang menutupi obyek yang sedang dicitrakan menyebabkan terbentuknya pengotor pada gambar dengan mengaburkan cahaya. Dalam cara-cara yang diterapkan sekarang,permasalahan tersebut diatasi dengan menggunakan kamera-kamera mahal yang dilengkapi shutter (katup) khusus yang menyaring "pengotor" yang disebabkan oleh cahaya yang dihamburkan oleh jaringan tubuh tersebut. Hal ini jelas memperbesar biaya.
Dua orang peneliti, Joseph Rosen dan David Abookasis dari Universitas Ben-Gurion di Israel kini telah mendapatkan sebuah cara baru. Para ilmuwan tersebut mengumpulkan sejumlah gambar dari obyek yang sedang dicitrakan dan menggabungkan gambar-gambar ini sedemikian rupa untuk menghasilkan satu gambar bagus dari obyek tersebut. Jadi, mereka mendapatkan sebuah gambar hasil rata-rata dari gambar-gambar tersebut, dan cahaya yang dihamburkan oleh jaringan tubuh, yakni "pengotor" pada gambar, dapat dihilangkan. Penggabungan ini merupakan sebuah solusi masalah nyata terhadap permasalahan-permasalahan yang ditemukan pada peralatan-peralatan yang sudah ada. Akan tetapi, rancangan yang menjadi ilham dari solusi masalah melalui penggabungan gambar-gambar tersebut bukanlah murni dari alat buatan manusia.
Ilmuwan tersebut telah terilhami oleh mata majemuk (compound eye) yang digunakan oleh lalat selama ratusan juta tahun. Bahkan, judul yang mereka berikan pada penelitian mereka adalah "Seeing through biological tissues using the fly eye principle" atau "Melihat Dengan Menembus Jaringan Hidup Berdasarkan Prinsip Mata Lalat. Mengambil rancangan pada mata lalat sebagai titik awal mereka, para ilmuwan ini mempersiapkan serangkaian mikrolensa yang terdiri dari 132 buah lensa berukuran sangat kecil. Untuk menguji gagasan mereka, para peneliti tersebut mengambil dua potong daging dada ayam dan menyelipkan sepotong tulang sayap di antara keduanya. Mereka lalu menyoroti salah satu sisi dari daging itu dengan laser berkekuatan cahaya lemah dan meletakkan serangkaian mikrolensa pada sisi yang lainnya. Gambar-gambar yang ditangkap mikrolensa diteruskan ke kamera digital dengan lensa biasa. Komputer lalu menghilangkan sebagian besar dari pengotor yang dihasilkan oleh cahaya yang terhamburkan, sehingga menghasilkan sebuah gambar yang (resolusinya) lebih jelas dari tulang sayap yang tertutupi dada ayam.
Joseph Rosen mengemukakan, "Mikrolensa yang lebih banyak dan penyempurnaan-penyempurnaan lain seharusnya dapat meningkatkan ketajaman gambar.' Dia menambahkan,"Dengan pendanaan untuk mengembangkannya lebih lanjut, perangkat kami mungkin dalam waktu setahun dapat melihat tulang-tulang di dalam telapak tangan, atau akar sepotong gigi.' Rosen menyatakan juga bahwa peralatan tersebut, yang bekerja berdasarkan prinsip mata lalat, begitu menjanjikan, dan memunculkan kabar gembira bahwa dengan penggunaan alat ini, kapsul endoskop (endoscopy) yang tidak nyaman atau "kamera pil" yang harus ditelan dalam pencitraan perut (abdomen scans) akan menjadi peninggalan masa lalu.
Hmm, jika ilmuwan israel saja bisa terilhami oleh mata majemuk lalat, seharusnya ilmuwan muslim bisa lebih terilhami lagi karena Allah pernah menyinggung lalat dalam salah satu firmanNya.
Semoga ada Ilmuwan Muslim yang bergerak di bidang penelitian ini yang menghasilkan karya penelitian yang lebih hebat dari ilmuwan lainnya. Bacalah, bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan... Bacalah, bacalah ayat-ayatnya di Alam ini..
Sumber: www.harunyahya.com
Gambar Mata Lalat diambil dengan Mikroskop Electron |
Sayang seribu sayang, yang pertama meneliti hal ini adalah para ilmuwan Israel. Mereka kini tengah mengembangkan perangkat baru di bidang pencitraan medis dengan mengadopsi kemampuan compound eye. Mereka berharap bahwa alat tersebut, yang masih dalam tahap pengembangan, akan memberikan lebih banyak keuntungan dan kemampuan daripada alat yang ada sekarang. Keuntungan tersebut adalah biaya yang lebih murah daripada teknologi pencitraan yang digunakan pada perangkat-perangkat yang ada.
Oleh karenanya, jika rencana tersebut telah menjadi kenyataan (Semoga saja ilmuwan muslim bisa lebih cepat dalam meneliti dan menemukan alat yang lebih baik), masyarakat akan mendapat kesempatan untuk pemeriksaan kesehatan melalui teknik pencitraan (scan) dengan lebih sering. Mahalnya perangkat pencitraan resonansi magnetis (Magnetic Resonance Imaging - MRI), CT-Scan, X-ray untuk pemeriksaan dini kanker dll bisa direduksi dengan alat baru tersebut. Apalagi alat baru tersebut relatif lebih aman daripada medical imaging yang ada saat ini.
Agar teknik pencitraan mata lalat dapat diimplementasikan dalam pencitraan di bidang kedokteran, foton atau partikel cahaya yang berjumlah sedikit yang dipancarkan obyek (bagian tubuh) yang sedang dicitrakan haruslah dapat dikenali. Hal ini merupakan permasalahan yang ada pada alat-alat yang sudah ada saat ini. Jaringan tubuh yang menutupi obyek yang sedang dicitrakan menyebabkan terbentuknya pengotor pada gambar dengan mengaburkan cahaya. Dalam cara-cara yang diterapkan sekarang,permasalahan tersebut diatasi dengan menggunakan kamera-kamera mahal yang dilengkapi shutter (katup) khusus yang menyaring "pengotor" yang disebabkan oleh cahaya yang dihamburkan oleh jaringan tubuh tersebut. Hal ini jelas memperbesar biaya.
Dua orang peneliti, Joseph Rosen dan David Abookasis dari Universitas Ben-Gurion di Israel kini telah mendapatkan sebuah cara baru. Para ilmuwan tersebut mengumpulkan sejumlah gambar dari obyek yang sedang dicitrakan dan menggabungkan gambar-gambar ini sedemikian rupa untuk menghasilkan satu gambar bagus dari obyek tersebut. Jadi, mereka mendapatkan sebuah gambar hasil rata-rata dari gambar-gambar tersebut, dan cahaya yang dihamburkan oleh jaringan tubuh, yakni "pengotor" pada gambar, dapat dihilangkan. Penggabungan ini merupakan sebuah solusi masalah nyata terhadap permasalahan-permasalahan yang ditemukan pada peralatan-peralatan yang sudah ada. Akan tetapi, rancangan yang menjadi ilham dari solusi masalah melalui penggabungan gambar-gambar tersebut bukanlah murni dari alat buatan manusia.
Ilmuwan tersebut telah terilhami oleh mata majemuk (compound eye) yang digunakan oleh lalat selama ratusan juta tahun. Bahkan, judul yang mereka berikan pada penelitian mereka adalah "Seeing through biological tissues using the fly eye principle" atau "Melihat Dengan Menembus Jaringan Hidup Berdasarkan Prinsip Mata Lalat. Mengambil rancangan pada mata lalat sebagai titik awal mereka, para ilmuwan ini mempersiapkan serangkaian mikrolensa yang terdiri dari 132 buah lensa berukuran sangat kecil. Untuk menguji gagasan mereka, para peneliti tersebut mengambil dua potong daging dada ayam dan menyelipkan sepotong tulang sayap di antara keduanya. Mereka lalu menyoroti salah satu sisi dari daging itu dengan laser berkekuatan cahaya lemah dan meletakkan serangkaian mikrolensa pada sisi yang lainnya. Gambar-gambar yang ditangkap mikrolensa diteruskan ke kamera digital dengan lensa biasa. Komputer lalu menghilangkan sebagian besar dari pengotor yang dihasilkan oleh cahaya yang terhamburkan, sehingga menghasilkan sebuah gambar yang (resolusinya) lebih jelas dari tulang sayap yang tertutupi dada ayam.
Joseph Rosen mengemukakan, "Mikrolensa yang lebih banyak dan penyempurnaan-penyempurnaan lain seharusnya dapat meningkatkan ketajaman gambar.' Dia menambahkan,"Dengan pendanaan untuk mengembangkannya lebih lanjut, perangkat kami mungkin dalam waktu setahun dapat melihat tulang-tulang di dalam telapak tangan, atau akar sepotong gigi.' Rosen menyatakan juga bahwa peralatan tersebut, yang bekerja berdasarkan prinsip mata lalat, begitu menjanjikan, dan memunculkan kabar gembira bahwa dengan penggunaan alat ini, kapsul endoskop (endoscopy) yang tidak nyaman atau "kamera pil" yang harus ditelan dalam pencitraan perut (abdomen scans) akan menjadi peninggalan masa lalu.
Hmm, jika ilmuwan israel saja bisa terilhami oleh mata majemuk lalat, seharusnya ilmuwan muslim bisa lebih terilhami lagi karena Allah pernah menyinggung lalat dalam salah satu firmanNya.
Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. (QS. Al Hajj, 22:73)
Semoga ada Ilmuwan Muslim yang bergerak di bidang penelitian ini yang menghasilkan karya penelitian yang lebih hebat dari ilmuwan lainnya. Bacalah, bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan... Bacalah, bacalah ayat-ayatnya di Alam ini..
Sumber: www.harunyahya.com