Monday, June 29, 2015

From Surabaya to ICTP Trieste

Perjalanan kali ini agak chaos. Bagaimana tidak, sejak dari Surabaya - Jakarta sudah delay (1 jam), kemudian Jakarta - Kuwait (via Kuala Lumpur) juga delay (3 jam). Terakhir dari Kuwait ke Roma delay juga (2 jam). Hal ini mengakibatkan saya tidak konsen dalam mengambil keputusan saat sampai di stasiun tujuan. Ok, this is the story.

Surabaya - Jakarta (1,5 hour)
Kali ini saya menggunakan maskapai favorit saya, citilink. Tidak biasanya citilink telat, dari jadwal seharusnya jam 13.25, baru jam 2.30 pesawat tersebut boarding. Dan yang lebih parah lagi, keterlambatan tersebut tidak diumumkan, kita dibiarkan menunggu tanpa kejelasan. Sepertinya pelayanan citilink sudah turun, tapi semoga tidak, semoga hanya kali ini saja.

Jakarta - Kuwait
Sejak datang, papan display digital di dalam Bandara Soekarno Hatta sudah menunjukkan kalau pesawat ini terlambat tiga jam, dari seharusnya jam 11 malam, menjadi jam 2 dini hari. Saya manfaatkan waktu tersebut untuk nge-charge hp dan laptop. Ada snack dan kopi untuk mengkompensasi keterlambatan tersebut, saya manfaatkan untuk supply sebelum sahur nanti di pesawat. Jam 2-an, pesawat Kuwait meluncur, dalam dua jam sampai di Kuala lumpur, dan transit disana selama satu jam. Di pesawat dapat makanan yang saya gunakan untuk sahur, kemudian saya lanjutkan sholat subuh di pesawat tersebut. Karena langsung menuju Kuwait setelah itu, penumpang tidak diturunkan selama di Kuala Lumpur, ini pengalaman pertama kalinya saya transit on the plane, biasanya kalau transit ya turun. Pesawat berangkat tepat waktu dan itu akan menjadi perjalanan terlama kali ini, 7 jam. Alhamdulillah saya bisa tertidur saat itu, dan saat bangun sudah hampir mencapai Kuwait. Welcome to Kuwait, welcome to Arab!


A post shared by Bagus Tris Atmaja (@bagustris) on


Kuwait - Rome
Negara-negara Arab sepertinya harus mencontoh Asia dalam tata pelaksanaan bandara. Di kuwait, begitu turun pesawat, tidak jelas arah tujuan kita, tidak seperti umumnya bandara yang ada tulisan dan panah "EXIT", "BAGGAGE CLAIM" atau "TRANSIT". Di Kuwait AP, hampir tidak ada tulisan seperti itu, dan kalaunpun ada, tidak jelas. Kita hanya mengikuti alur orang berjalan sampai menemukan tulisan "Transit" untuk Kuwait Airways. Di sini petugas hanya menulis terminal keberangkatan (tapi dipindah juga akhirnya), Dari yang seharusnya jam 11.25, baru sekitar jam 1-an waktu Kuwait, pesawat ini berangkat.

Di pesawat, saya kembali ditawari makanan. Saya iyakan saja, karena niatnya hanya saya ambil rotinya untuk buka nanti. Tapi setelah saya lihat jam, ternyata sudah jam 18.30 WIB, berarti sudah 15 jam sejak saya sahur jam 2.30 WIB. Jika saya lanjutkan, saya akan tiba di Roma jam 18.30 (jam 23.30 WIB), dan jam buka di Roma adalah jam 21.00 (jam 2 WIB esok harinya). Jadi kalau menuruti jam buka tempat tujuan, saya berpuasa hampir 24 jam (tepatnya 23 jam)! Saat itu juga saya putuskan untuk berbuka di Pesawat.

Jam 18.00 waktu kuwait (jam 22.30 WIB, jam 19.00 Waktu Roma) pesawat mendarat di Roma. Welcome to Rome! Sebaiknya bila pertama kali kesini, anda langsung menuju antrian di imigrasi karena antriannya akan sangat panjang. Dari Fumiciano Roma AP, saya menuju stasiun Roma Termini dengan Leonardo Express. Alternatifnya, jika anda akan menuju Trieste, saya sarankan untuk menggunakan Allitalia saja.

A post shared by Bagus Tris Atmaja (@bagustris) on


Roma - Trieste
Inilah stasiun utama di Roma, Roma Termini. Lebih dari 24 jalur yang terdiri atas kereta biasa, kereta cepat, dan kereta bawah tanah. Jika ada waktu, berjalan-jalanlah di sekitar stasiun ini, bangunannya eksotik dan cantik-cantik.
Kali ini perjalanan tepat waktu, tepat jam 22.35 kereta Trenitalia 774 Roma Termini Trieste Centrale berangkat. Ini adalah kereta tidur, jadi bukan berupa kursi, namun kasur bertingkat dalam bilik-bilik. Ini pertama kalinya saya naik sleeper train. Sepuluh jam perjalanan terasa cepat, karena banyak waktu digunakan untuk tidur. Pagi harinya, saya sempatkan jalan-jalan di gerbong kereta untuk melihat pemandangan: elok, tak kalah dengan pemandangan kereta di Jepang.

A post shared by Bagus Tris Atmaja (@bagustris) on

Tepat jam 9.20 sesuai jadwal, kereta ini sampai di Trieste Centrale. Melihat pintu keluar, saya memilih arah Vialle Miramare, menyeberang jalan, dan menunggu bis Nomor. 6 (sesuai petunjuk di web ICTP). Harusnya saya berhenti di pemberhentian terakhir, Adriatico, namun (karena mengacu ke website), saya bertanya Pak Sopir untu minta diturunkan di "Centro di Fisica". Alhamdulillah, saya langsung menemukan Galileo guesthouse, namun naas saya hanya muter-muter saja disitu hampir 2 jam lamanya. Adriatico GH tidak disitu, tidak satu komplek dengan Fermi, Galileo dan Multidisciplinary Lab! Akhirnya saya putuskan kembali ke jalan besar, menyusuri dua terowongan dan belok kiri (seperti di peta). Alhamdulillah, saya akhirnya menemukan Adriatico GH yang sebenarnya.

Welcome to Trieste!

ICTP Campus Map


Tips :
  • Alih-alih turun di Roma, lebih baik langsung menuju kota tujuan anda, untuk menhindari antrian yang lama di bagian Imigrasi. Turun di Venice mungkin lebih baik. Tiga kunjungan selanjutnya ke ICTP, saya langsung turun di Venice.
  • Lebih datang sehari sebelumnya, karena kita tidak tahu apa yang terjadi saat tiba (di Italia), bisa jadi kenyataannya sangat atau agak chaos
  • Jika bisa menggunakan pesawat, gunakanlah, karena akan menghemat waktu (dengan selisih biaya yang kecil)
  • Pakai maskapai timur tengah, biayanya agak murah, cari yang promo, tapi kadang pelayanannya juga lebih rendah pula. Rekomendasi : Qatar airways, Fly Emirates, Turkey Airways, Kuwait Airways.
  • Jika ke ICTP, bawalah kabel LAN sendiri karena fasilitas wifi nya kembang kempis saat saya ke sana (July 2015). --> Ralat: Ada 3 jenis wifi di ICTP: ictp-open, ictp-secure dan eduroam. Pilih ictp-secure (for Linux and Mac), lihat panduannya di sini.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...