Rute jalur kereta Api Ambarawa-Tuntang yang melintasi Danau Rawa Pening |
Start perjalanan saya adalah dari daerah Srondol, area Sukun, kota semarang. tempat tinggal saya selama tiga minggu ini. Saya naik bis dari terminal bayangan sukun (depan swalayan Ada) menuju Bawen. Rute yang saya tuju adalah Sukun - Bawen - Ambarawa. Dari Sukun ke Bawen seharusnya tiket tidak mahal-mahal amat, mungkin sekitar 5000 - 10000, tapi saat itu saya ditarik 20000, tanpa diberi karcis pula. Tapi biarlah, itu mental masyarakat kita saat ini, atau memang ada tarif minimal karena bus-nya tujuan purwokerto? Dalam waktu sekitar setengah jam perjalanan sampailah di terminal Bawen, dari sana langsung keluar nyegat angkot (elf/colt, biasanya warna merah) menuju Ambarawa. Tarif dari Bawen ke Ambarawa adalah tiga ribu rupiah.
Di Ambarawa turunnya di Palagan Ambarawa, itu pemberhentian terakhir trayek angkot tsb, sekitar 15 menit dari Bawen. Total perjalanan sekitar satu jam dari Srondol, Semarang. Dari palagan saya berjalan kaki menuju stasiun Ambarawa. Jika anda pertama kali kesana, tidak perlu bingung, ikuti saja jalan (jalan yang mana ? yang kekiri, ikuti petunjuk tulisan), atau serahkan paga Google Maps.
Inilah Ambarawa, kota yang pernah menjadi home base militer Belanda, Raja Willem I dari Belanda memerintahkan untuk membangun stasiun yang akan digunakan untuk mengirim tentata ke Semarang. Maka jadilah stasiun Willem I yang kemudian menjadi stasiun menjadi stasiun Ambarawa. Berangkat dari Srondol dari jam 5.30, sekitar jam 7 saya sudah sampai stasiun ini, lenggang belum buka. Stasiun ini dibuka mulai pukul 7.30 pada hari Minggu. Saya menikmati jalan-jalan pagi sambil mengelilingi stasiun ini, menuju lapangan besar Jendral Sudirman (pangsar) dan mencari sarapan.
Jam 7.40 saya masuk ke stasiun, membeli tiket masuk, dan langsung menuju pembelian karcis kereta wisata. Karcis kereta ini sangat cepat ludes, sekitar jam 8 sudah habis untuk jadwal pemberangkatan jam 10, disusul untuk keberangkatan jam 12 dan jam 3 dalam satu jam berikutnya tiket sudah terjual. Sambil menunggu kereta, saya 'mempelajari' lokomototif-lokomotif tua yang ada disana, struktur stasiun dan perabot-perabotnya serta benda-benda lainnya yang terpajang di stasiun Willem I tersebut.
Jam 10 gerbong kereta wisata railwaymountain tour datang, gerbong-nya gerbong tua, namun memakai loko baru. Interior kereta ini masih sangat sederhana. Menggunakan gerbong CR:56-I yang beroperasi mulai tahun 1907, sebanyak tiga gerbong dan tiap gerbongnya mampu menampung 40 penumpang (spek, realitanya per gerbong 50 penumpang). Spesifikasi detail gerbong ini dapat dilihat pada gambar dibawah.
Awalnya saya duduk di kabin kereta tsb, namun akhirnya saya memilih keluar dan berada di bordes selama perjalanan pergi dan pulang. Dengan begitu, saya lebih mudah memotret (dengan smartphone). Beberapa momen saya videokan seperti mekanisme roda menggelinding di rel dan penyambungan loko dengan gerbong. Kereta ini berjalan cukup lambat, sekitar 5-10 km/jam, gambar yang kita potret pun terlihat bagus karena hanya sedikit getaran. Rute Ambarawa-Tuntang pada Google map dapat dilihat pada gambar pertama artikel ini.
Sekitar 40 menit perjalalanan sampailah perjalanan di stasiun Tuntang. Sama halnya dengan stasiun Ambarawa, stasiun Tuntang saat ini hanya menjadi stasiun pemberhentian kereta wisata. Namun struktur bangunan stasiunnya masih lengkap, termasuk rumah dinas kepala stasiun. Sekitar 15 menit berhenti di stasiun Tuntang, perjalanan dilanjutkan kembali menuju stasiun Ambarawa.
Perjalanan kembali ke Sukun saya tempuh dari Ambarawa ke Ungaran (naik angkot merah), turun di pertigaan Taman Unyil (setelah terminal Ungaran), kemudian naik bis kecil turun di Sukun. Biaya perjalanan tersebut sebesar 6000 rupiah untuk angkot dan 4000 rupiah untuk bis.