Tuesday, August 18, 2020

Menulis: Mengikat Ilmu dan Memajukan Bangsa

Ikatlah ilmu dengan menuliskannya | Tie science by writing” (Ali bin Abi Thalib)

Petuah dari seorang presiden dan ilmuwan masa lampau di atas patut direnungkan. Tanpa mengabaikan latar belakang agama (Islam), quote dari Ali di atas telah terbukti kebenarannya. Kejayaan bangsa timur tengah pada masa lampau adalah karena kejayaan mereka pada ilmu pengetahuan dan penulisannya. Pun demikian dengan era kejayaan bangsa-bangsa Eropa dan Amerika pada masa kini. Kualitas dan kuantitas menulis yang bisa diketahui dari jumlah publikasi, baik artikel, buku, baik ilmiah maupun non ilmiah menjadi ukuran kemajuan suatu bangsa yang sejalan dengan realita di lapangan. Sebagai contoh, daftar publikasi buku di dunia per negara per tahun menempatkan Amerika, China dan Inggris sebagai penerbit buku terbanyak. Tidak berbeda jauh, rangking jurnal dunia per negara juga menghasilkan urutan yang sama untuk tiga besar negara sains internasional berdasarkan jumlah publikasi jurnal, sitasi dan indeks jurnal tersebut.

Publikasi buku, dan mungkin juga publikasi ilmiah, dapat dijadikan acuan untuk mengukur tingkat standar kehidupan, pendidikan, dan kesadaran berbangsa [1]. Amerika pada tahun 2010 menerbitkan buku dengan jumlah tertinggi sebanyak 328,259 eksemplar dan Indonesia berada di urutan 19 dengan lebih dari 24,000 eksemplar per tahun [2]. Sayang data ini tidak diperbarui (diupdate). Hanya beberapa negara yang memperbarui datanya. Kini, Indonesia masuk 10 besar (Indonesia menggunakan data tahun 2018, sedangkan negara lainnya kebanyakan masih data tahun 2013).



Karena data publikasi buku tidak dapat dibandingkan secara langsung karena perbedaan data per tahun, memakai data publikasi ilmiah akan memberikan hasil yang lebih sesuai. Berikut adalah perbandingan data publikasi ilmiah yang dilansir oleh Scimagojr.com pada tahun 2013 dan 2019.

Tabel 1. 10 besar negara dengan publikasi ilmiah terbanyak (1996-2013)[4]
No Country Documents Citable documents Citations Self-Citations Citations per Document H index
1 United States 7,063,329 6,672,307 129,540,193 62,480,425 20.45 1380
2 China 2,680,395 2,655,272 11,253,119 6,127,507 6.17 385
3 United Kingdom 1,918,650 1,763,766 31,393,290 7,513,112 18.29 851
4 Germany 1,782,920 1,704,566 25,848,738 6,852,785 16.16 740
5 Japan 1,776,473 1,734,289 20,347,377 6,073,934 12.11 635
6 France 1,283,370 1,229,376 17,870,597 4,151,730 15.6 681
7 Canada 993,461 946,493 15,696,168 3,050,504 18.5 658
8 Italy 959,688 909,701 12,719,572 2,976,533 15.26 588
9 Spain 759,811 715,452 8,688,942 2,212,008 13.89 476
10 India 750,777 716,232 4,528,302 1,585,248 7.99 301

Tabel 2. 10 besar negara dengan publikasi imliah terbanyak (1996-2019)[5]
No Country Documents Citable documents Citations Self-citations Citations per document H index
1 United States 12,839,607 11,339,587 339,229,687 151,101,326 26.42 2386
2 China 6,589,695 6,469,704 61,658,138 35,288,321 9.36 884
3 United Kingdom 3,715,590 3,145,039 89,357,199 20,051,057 24.05 1487
4 Germany 3,222,549 2,964,814 70,371,678 16,909,011 21.84 1298
5 Japan 2,893,614 2,762,245 48,232,916 12,366,873 16.67 1036
6 France 2,249,498 2,084,654 48,364,784 9,918,365 21.5 1180
7 Italy 1,881,818 1,708,800 37,430,348 8,584,150 19.89 1030
8 Canada 1,877,183 1,684,334 45,766,661 7,875,702 24.38 1193
9 India 1,873,277 1,741,868 18,243,852 6,215,206 9.74 624
10 Australia 1,489,730 1,315,978 32,118,547 6,519,905 21.56 1001

Indonesia pada tahun 2012 diatas menempati urutan ke-61 rangking sains internasional secara keseluruhan (1996-2020). H indeks pada tabel diatas mencerminkan jumlah publikasi dari satu negara yang di-sitasi (dikutip) dan menerima minimah h sitasi.(sumber: SCImago Journal & Country Rank ). Pada tahun 2019 Indonesia menempati 47. Jika diasumsikan kenaikan peringkatnya adalah linier, maka Indonesia membutuhkan waktu 24 tahun lagi untuk bisa menembus 10 besar negara dengan publikasi ilmiah terbanyak di dunia (dihitung dari tahun 1996-). Peringkat per tahun dengan metrik H-index mungkin lebih baik dalam merepresentasikan posisi negara-negara di dunia berdasarkan publikasi ilmiahnya.

Dari data diatas, jelaslah posisi kita diantara negara-negara lain di dunia. Kita di posisi buncit, khususnya dalam H-indeks. Tidak harus menulis buku atau membuat publikasi ilmiah untuk memulai menulis. Namun, dengan tulisan sederhana yang bisa kita bagikan untuk orang lain bisa menjadi awal untuk menuju ke tahap yang lebih tinggi. Bagaimana bisa? menulis artikel (ilmiah populer) akan mendukung kemampuan menulis ilmiah. Jika dibalik, tulisan ilmiah (publikasi seminar atau jurnal) ditulis dalam blog, media sosial, atau media cetak, peluang untuk disitasi semakin besar sehingga meningkatkan indeks sitasi dan H-index.

Menulis: Bakat atau Keahlian??

Ada yang mengatakan, skill (keahlian) yang kita miliki itu diciptakan, bukan jatuh dari langit. Pepatah inggris mengatakan: greatness isn't born by nurture, It's grown by nature. Seorang Thomas Alfa Edison butuh 1000 eksperimen gagal (dia tidak menyebutnya gagal, namun 1000 cara berbeda) sebelum menemukan bola lampu dan berbagai penemuan lainnya. Begitu juga dengan menulis, diperlukan usaha yang keras untuk bisa memiliki keahlian menulis. Beberapa orang mungkin memiliki bakat menulis sejak lahir, namun tanpa mengasah kemampuan menulisnya, dia tak akan menjadi ahli. Sebaliknya, seseorang yang tidak memiliki bakat menulis pada awalnya, namun dia rajin dan selalu mengasah keahliannya, dia mampu menjadi penulis besar pada akhirnya.

Imajinasi dan Kreativitas

Karena menulis tidak hanya datang dari bakat, namun latihan menulis lebih utama untuk mengasah imaginasi dan kreativitas dalam menulis. Imaginasi mengambil apa yang yang kita lihat, pengalaman kita dan mengkombinasikannya menjadi suatu hal yang baru. Satu hal yang bisa menjadikan anda skillful dalam menulis adalah dengan menulis hanya topik/ilmu yang anda sukai dan kuasai, bukan topik-topik yang lain. Menjadi seorang ahli dalam satu bidang akan lebih baik, daripada tidak menguasai satu hal-pun dikarenakan bidang yang sangat luas cakupannya. Dalam menulis, mengasah kemampuan dalam topik tertentu serta menggunakan imajinasi kita dalam menulis topik tersebut akan menghasilkan tulisan yang kreatif. Dengan menulis, maka akan mengikat ilmu anda pada bidang tersebut. Kalau kelak anda lupa atau ingin memperbaiki tulisan anda, anda tinggal membuka catatan tentang hal tersebut.

Dari mana memulai?

Kita bisa memulai menulis dari mana saja. Membuat blog adalah salah satu hal paling cepat dan mendasar untuk mengembangkan kemampuan menulis kita. Wordpress dan Blogspot adalah dua provider blog terpopuler saat ini. Silakan bergabung di salah satu atau kedua blog tersebut dan kembangkan kemampuan menulis anda disitu. Blog adalah buku harian atau diary di era modern. Namun tak hanya tulisan-tulisan pribadi saja yang hendaknya di posting di blog. Tulisan yang kiranya bisa lebih bermanfaat untuk orang lain akan memiliki nilai lebih dari sekedar kisah pribadi tentang diri kita.

Bagaimana selanjutnya?

Jika anda sudah memiliki blog, bagaimana selanjutnya? Langkah-langkah berikut mungkin bisa membantu anda meningkatkan kemampuan menulis anda.
  • Banyak membaca, semakin banyak membaca, akan memperkaya tulisan anda.
  • Menulis sebanyak mungkin, kuantitas menghasilkan kualitas.
  • Meminta saran dan pendapat teman tentang tulisan anda (read dan proofread).
  • Menggunakan kata-kata baku, bukan alay, bisa mengacu pada KBBI.
  • Mengikuti kursus MOOC menulis, misalnya di EdX, Coursera, atau yang lainnya.
  • Berkontribusi pada web sukarela, misalnya di SainsHack.com
Sebagai tambahan, saat ini saya bertindak sebagai editor SainsHack.com, dan kami akan sangat senang menerima kontribusi tulisan anda.

Penutup

Artikel ini memotivasi pembaca untuk menulis. Ada dua manfaat utama yang diperoleh, yakni secara internal penulis akan lebih mengokohkan bangunan keilmuannya, dan secara eksternal meningkatkan daya saing bangsa melalui kenaikan tingkat standar kehidupan, pendidikan dan kesadaran berbangsa. Penulis memaparkan dan mengalisa secara singkat dua buah metrik, publikasi buku dan publikasi ilmiah. Penulis mengalisa data keduanya dengan membandingkan data antar waktu. Dari analisa publikasi ilmiah, penulis memprediksi bahwa Indonesia baru akan masuk pada 10 besar negara dengan publikasi ilmiah terbesar di dunia berdasarkan ranking Scimago pada tahun 2044. Diperlukan langkah-langkah tambahan untuk mempercepat masuknya Indonesia pada 10 besar negara dengan publikasi ilmiah terbanyak di dunia, dan menulis artikel ilmiah mungkin salah satunya.

Referensi:
[1] Wresch, William. Have and Have-Nots in the Information Age. Rutgers University Press, 1996, p. 39 (via [2])
[2] http://en.wikipedia.org/wiki/Books_published_per_country_per_year, diakses 20 Oktober 2013.
[3] http://en.wikipedia.org/wiki/Books_published_per_country_per_year, diakses 16 Agustus 2020.
[4] https://www.scimagojr.com/countryrank.php?order=h&ord=desc, diakses 10 Oktober 2013.
[5] https://www.scimagojr.com/countryrank.php?order=h&ord=desc, diakses 16 Agustus 2020.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...