Ada seorang agamis dan atheis berdialog. Dialog tersebut terbagi atas tiga babak, pertama tentang adanya Tuhan, kedua tentang hari akhir dan terakhir tentang agama yang paling benar. Inilah dialog mereka dan silakan anda simpulkan sendiri hasilnya...
Dialog I: Bukti adanya Tuhan
Agamis: Percayakah anda, bila ada orang bercerita bahwa tiba-tiba saja dia melihat sebuah kapal di dermaga tanpa ada yang membuatnya
Atheis: Tentu saja tidak, itu mustahil, tentu saja kapal itu ada yang membuatnya, kemudian baru dilabuhkan di dermaga.
Agamis: Begitulah alam semesta, tidak mungkin ada dengan sendirinya…
Atheis: ….Atheis: Jika Tuhan menciptakan alam semesta, siapa yang menciptakan Tuhan?
Agamis: OK. Jika kita perhatikan setiap tingkatan ada ujungnya. Lihatlah gunung, piramida, dan pohon. Apakah kesemuanya itu tidak terbatas? Disetiapnya pasti ada puncak yang tidak ada lebih tinggi darinya.
Dialog II: Bukti adanya akhirat
Agamis: Percayakah anda, bila saya menanam sebutir biji, maka biji itu akan tumbuh kelak, dan bisa menjadi buah?
Atheis: Tentu saja saya percaya, biji yang ditanam pasti tumbuh, apalagi kalau dirawat maka buahnya akan lebat, kecuali bila tumbuhan itu mati.
Agamis: Bagaimana dengan manusia, bila manusia ‘ditanam’ (dikubur) apakah tidak bisa ‘tumbuh’ manusia lagi…? Biji saja ditanam bisa berubah menjadi buah itu lebih sulit daripada manusia ditanam tetap menjadi manusia. Begitulah kelak manusia dibangkitkan…
Atheis: ….
Dialog III: Agama yang paling benar
Agamis: Jika anda adalah seorang karyawan, dan anda memiliki seorang direktur. Ketika pergantian direksi, maka direktur anda tersebut digantikan oleh direktur yang baru. Mana yang anda patuhi, direktur anda yang lama atau direktur baru…?
Atheis: Tentu saja dan pastinya saya mengikuti perintah direktur yang baru, karena direktur yang lama sudah tidak memiliki hak untuk mengatur dan memerintah saya.
Agamis: Begitu pula dengan agama saya. Nabi saya adalah nabi terakhir, menggantikan nabi-nabi yang lama. Tuhan saya juga mensyariatkan, bila ada nabi baru maka nabi lama harus tunduk dan patuh pada nabi baru. Maka, memang seharusnyanya kita patuh pada nabi yang baru, bukan nabi yang lama…
Atheis: ….