Wednesday, November 20, 2013

Anti Korupsi: Belajar Kejujuran Dari Pengemudi Taksi [3]

Untuk menjadi muslim anti korupsi, akhlakul karimah yang paling dibutuhkan adalah jujur. Di jaman sekarang, orang jujur dibilang ajur. Mari kita buktikan, siapa bilang jujur ajur?? Sebaliknya: jujur mujur, jujur makmur! Dua cerita tentang pengemudi taksi berikut mungkin bisa kita petik pelajarannya, selain kisah kejujuran seorang abang tukang becak di Surabaya yang mengembalikan uang sebesar 20 juta milik penumpangnya.

Berbeda dengan para pencuri gaji yang mengambil haknya meski dia tidak memenuhi kewajibannya, pengemudi taksi di  Jepang ini malah tidak mengambil haknya (uang ongkos taksi yang seharusnya dia terima) ketika dia melakukan kesalahan dalam mengambil rute perjalanan. Ketika korupsi sudah mendarah daging di tubuh kita, di luar sana masih ada orang-orang jujur yang kepada mereka kita bisa belajar nilai-nilai kejujuran.

Suatu ketika di medio akhir tahun 2008, seorang pengusaha asal Indonesia sedang berkunjung ke Jepang dan dia memilih naik taksi untuk menuju ke penginapannya. Saat hampir tiba di hotel tempat dia akan menginap, sopir taksi keliru mengambil jalan dimana seharusnya dia belok ke kanan, tapi sopir tersebut malah mengambil jalan lurus.  Menyadari kesalahannya, sopir tersebut langsung mematikan argometer dan meminta maaf berkali-kali. Si pengusaha Indonesia kagum dengan akhlak pengemudi taksi Jepang ini yang tidak mau merugikan penumpangnya. Namun ternyata itu belum selesai, ketika sampai di penginapan dan si pengusaha akan membayar ongkos taksi sesuai dengan angka terakhir yang tertera di argometer, si pengemudi taksi menolak dibayar karena merasa malu tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Tidak hanya tidak mau merugikan penumpang, tapi si pengemudi ini juga tidak mau menerima haknya karena merasa tidak melaksanakan kewajibannya dengan benar.

Taksi di Jepang (sumber: FB Ary Ginanjar)

Di Surabaya, kejadian serupa juga terjadi. Bedanya kali ini pengemudi taksi tidak mengambil barang yang bukan haknya. Ketika ada penumpang yang ketinggalan dompet dan hapenya di dalam taksi, si pengemudi taksi yang awalnya mengantar penumpang ke sebuah hotel langsung kembali ke hotel tersebut dan mengembalika dompet serta hape kepada penumpang tanpa mau menerima pemberian dari penumpang tersebut. Dompet dan hape yang tertinggal tersebut bukan haknya, karena itu dia tidak mengambilnya, memang sudah seharusnya dia mengembalikan ke pemiliknya yang sah.

Begitu juga kisah seorang tukang becak di Surabaya yang mengembalikan uang penumpangnya sebesar 20 juta. Bahkan untuk menghindari penumpang yang hendak membalas budi karena uangnya dikembalikan, si tukang becak tersebut pindah tempat mangkal agar tidak dicari-cari. Sebuah akhlak menolong yang tanpa pamrih, mengembalikan barang yang bukan hak-nya tanpa mengharap imbalan.

Belajar kejujuran bisa dari siapa saja, bahkan biasanya orang-orang dengan keadaan ekonomi menengah ke bawah lebih jujur dari mereka kalangan ekonomi menengah ke atas. Bandingkan kisah sopir taksi dan tukang becak terebut dengan para hakim atau bahkan ketua MK yang terjerat kasus korupsi padahal gaji mereka cukup tinggi. Untuk menjadi muslim awaja anti korupsi, cukuplah Rasulullah SAW yang dijadikan teladan bagi umat Islam. Beliau memiliki sifat siddiq: benar dan jujur, selain tiga sifat lainnya: amanah (dapat dipercaya), fathonah (cerdas) dan tabligh (menyampaikan). Beliau baginda Rasul sejak kecil telah dipanggil dengan  gelar Al-Amin, yang dapat dipercaya, karena beliau selalu menjaga amanah, tidak pernah korupsi. Muslim itu anti korupsi.

Kebenaran akan selalu menang. Kejujuran akan membawa kebaikan. Sebaliknya, kebohongan akan membawa keburukan. Korupsi akan membawa malapetaka. Kejujuran akan mengantarkan kita ke Surga, sedangkan kebohongan akan mengantarkan kita pada perbuatan dosa dan neraka.

Bersikap jujurlah kalian, kerana kejujuran akan mengantarkan kepada kebajikan, dan kebajikan akan mengantarkan ke surga. Di saat seseorang selalu jujur dan menjaga kejujurannya, Allah SWT akan menetapkannya sebagai orang yang jujur. Janganlah kalian berbohong, kerana kebohongan akan mengantarkan kepada perbuatan dosa, dan perbuatan dosa akan mengantar seseorang masuk neraka. Jika seseorang selalu berbohong dan membiasakan diri berbohong, Allah SWT. akan menetapkannya sebagai pembohong [5]
Beliau baginda Rasul juga pernah memberi nasihat kepada seorang pemuda yang baru masuk Islam untuk tidak berbohong. Ketika pemuda tersebut ingin melakukan kebiasaan lamanya: mencuri, berjudi dan minum minuman keras, dia teringat nasihat Rasulullah dan takut dia harus berbohong jika Rasul bertanya kepadanya. Akhirnya dia tidak pernah melakukan kebiasan buruk lamanya tersebut. Pemuda tersebut belajar untuk jujur pada dirinya sendiri, pada Rasulullah dan pada Allah SWT hingga akhirnya menjadi orang sholeh dan mulia. Cerita tersebut membuktikan bahwa kejujuran akan membawa kemujuran, kemakmuran dan kemuliaan.

Bersambung ke artikel selanjutnya; Terpaksa Harus Korupsi.

Referensi dan link terkait:
  1. https://www.facebook.com/Ary.Ginanjar.Agustian
  2. http://kelanakota.suarasurabaya.net/news/2013/114186-Seorang-Tukang-Becak-Kembalikan-Uang-Penumpangnya-Rp.20-Juta
  3.  www.islam-institute.com
  4. www.cyberdakwah.com 
  5.  H.R. al-Bukhārī, Muslim, Abū Dāwud dan al-Tirmidhī.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...