Sunday, June 01, 2014

Rihlah ke Moricoro Park

Dalam sebuah kereta Nagoya – Kameyama.

Hari ini, sekali lagi aku mendapatkan pengalaman berharga. Bangun sebelum subuh, hanya berselang sekitar tiga jam dari saat tidur, aku memulai aktivitas hari ini dengan qiyamul lail. Tak banyak, namun minimal minggu ini aku telah menjalankan qiyamul lail walau sekali. Mulai hari ini aku berniat, dan berusaha untuk menggalakkan kembali amalan ini, ibadah yang sang Nabi pernah menghubungkannya dengan kemuliaan seorang muslim. Kemuliaan seorang muslim itu ketika ia bisa bangun malam.


Jamaah subuh kutunaikan di masjid Gifu, disusul dengan jalan-jalan di sekitar kampus Gifu university sambil menelfon teman-teman SMA di seberang sana, ada harto, arif, teguh dan setyo. Sambil telfon ku- live streaming-kan area sekitar Gifu university, just for sharing.

Agenda utama hari ini adalah rihlah (piknik keluarga) ke moricoro park, sebuah taman luas di Aichi-ken, dengan kota Nagoya. Taman tersebut dibangung pada saat international expo 2005. Sebuah taman yang gratis biaya masuknya, termasuk gratis naik shuttle bus, namun untuk beberapa wahana lain seperti bianglala, kolam renang air hangat, dll ditarik biaya yang murah. Banyak juga wahana-wahana yang gratis. Pemerintah Jepang benar-benar mengayomi warganya dan warga internasional dengan fasilitas terbaik. Hanya untuk sebuah even itu saja mereka mengubah gunung menjadi taman, melengkapinya dengan wahana-wahana hiburan yang murah tapi berkualitas, dan menyediakan akses transportasi monorel (linomo) yang beroperasi sampai jam 11 malam. Dua jempol untuk pemerintah Jepang.


Materi kajian pada rihlah kali ini adalah tentang pilar-pilar keluarga islam. Ada tiga pilar untuk membentuk keluarga islami; ikhtiar yang baik (saat mencari jodoh), komitmen untuk menjalankan syariat islam, dan mawaddah warohmah (ada kasih sayang antar keduanya, misalnya bersabar ketika suami mengalami kesulitan). Siang hari materi tersebut sudah selesai, termasuk sholat jamak qoshor dhuhur-ashar dan makan siang.

Acara selanjutnya adalah jalan-jalan. Kami memilih menggunakan shuttle bus gratis daripada jalan kaki. Sebagian keluarga memilih kolam renang air hangat (lengkap dengan water boom-nya) dan beberapa lain berhenti di bianglala, atau biasa disebut dremulen, kincir yang berisi kotak/kereta yang berputar dari bawah, ke atas, ke bawah lagi. Biaya per-setnya adalah 2800 untuk 5 orang, atau 3000 untuk 6 orang.

Selesai mencoba bianglala, kami bermain bola. Tua muda bercampur memperebutkan si kulit bundar. Lama tidak olahraga membuatku kepayahan. Olahraga itu penting kawah, untuk menjaga stamina. Setidaknya seminggu sekali kita harus berolahraga. Bukan skor yang kita kejar, tapi esensi olahraga itu sendiri, untuk membentuk fisik yang kuat dan jiwa yang sehat. Tidak ada kata-kata kotor, umpatan dan hal-hal jelek lain ketika kami bermain bolah. Yang ada hanyalah kebaikan dan kebaikan, Amiin.

Keasyikan bermain bola membuat kami lupa jadwal shuttle bus. Bus terakhir jam 17.03 dari bianglala sudah lewat, dan kami terpaksa harus jalan kaki ke tempat parkir mobil. Namun, ketinggalan bus terakhir tersebut membawa hikmah. Kami bisa bermain air. Sebuah kolam air berisi beberapa peralatan mekanis hidrolis seperti sistem ulir yang bisa mengangkat air ke atas kami jumpai di perjalanan. Sekitar jam 7 sore kami menutup acara rihlah ke moricoro park dengan photo session dan akhirnya pulang ke apato masing-masing.

Akses
Dari Nagoya Eki --> Fujigaoka (Chikatetsu Higashiyama Line) --> Ai-chikyuhaku Kinen Koen Station (Linimo Line).
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...