Wednesday, February 25, 2015

Menuju Konvergensi: Scope, Simplicity dan Security

Ubuntu

Sejak pertama kali dirilis dan kemudian menjadi ambisi besar Ubuntu, konvergensi adalah satu tujuan mutlak yang ingin dicapai oleh Shuttleworth dan saat ini belum dimiliki oleh platform OS yang lain: Mac OS X dan Windows. Konvergensi memungkinkan teknologi apps memiliki codebase yang sama baik pada desktop, mobile, tablet, TV dan divais lain seperti IoT (internet of things). Write once, run every where. Slogan yang diusulkan oleh Sun Microsystem itulah yang ingin diterapkan Ubuntu pada semua platformnya.


Dengan memiliki codebase yang sama, maka aplikasi yang berjalan di OS akan sama persis ketika dijalankan pada desktop, tablet, phone maupun IoT. Hal yang membedakan antar platform divais tersebut hanyalah pada ukuran layarnya yang menyesuaikan dengan ukuran divais. Karena menggunakan codebase yang sama pada aplikasi yang sama, kenyamanan dan kemudahan menggunakan teknologi tersebut akan semakin terasa. Perlu diketahui, platform OS lain yang selama ini mengklaim konvergensi antar mobile app dan desktop app sebenarnya masih jauh dari konvergensi. Taruhlah Apple yang menggunakan Mac OS X untuk desktop tapi menggunakan IOS untuk mobile-nya. Begitu juga dengan Windows masih menggunakan versi windows mobile (RT) untuk versi mobile-nya yang berbeda dengan versi desktop-nya, meski windows 10 digadang-gadang sudah konvergen antar mobile dan desktop, tapi hal ini masih jauh.


Kunci yang menjadikan Canonical percaya diri untuk bisa merealisasikan kovergensi ini adalah mereka menggunakan kernel yang sama pada semua divais: Linux kernel. Hal ini yang tidak dilakukan dan tidak dimiliki oleh Windows dan Mac OS X.  Dengan kernel (inti OS yang menghubungkan mesin/hardware dengan apps), seharusnya konvergensi ini bisa diwujudkan.

Untuk menuju konvergensi tersebut Canonical membuat teknologi baru: Unity, Scope, Mir, Click Package, Ubuntu Make (SDK) dan teknologi lain. Satu hal yang membuat Canonical berbeda dengan perusahaan lainnya adalah mereka tidak memaksakan teknologi baru yang mereka kembangkan kepada para konsumennya sampai konsumen tersebut menerima teknologi tersebut. Misalnya Mir, teknologi desktop yang disiapkan untuk menggantikan sistem X (Xorg/X window) yang  rencananya diterapkan pada versi 15.04 kemungkinan belum diterapkan by-default, hanya menjadi opsi saja.  Jika para pengguna sudah merasa nyaman dengan teknologi tersebut, baru mereka (Canonical) akan menjadikannya sebagai default.

Scope

Salah satu terobosan besar yang dilakukan Canonical adalah dengan meluncurkan Ubuntu phone. Smartphone ini berbeda dengan Android, Tizen, Firefox OS dan Salfish. Canonical tidak mbebek mengikuti trend dengan membuat Ubuntu phone, tapi mereka mendobrak teknologi. Apa yang membuat  Ubuntu phone ini berbeda? Scope. Seperti halnya Unity dash pada Ubuntu Desktop, Scope membuat apa yang anda cari dalam smartphone anda dalam one-stop location, yakni pada Scope. Melalui Scope, anda bisa mencari aplikasi, informasi cuaca, restoran, peta, music, video dan lain sebagainya. Ini merubah paradigma smartphone sebagai tempat aplikasi, menjadi life at your finger tips. Hidup anda ada pada jari anda.

Kemudahan alias kesederhanaan, itulah yang ditawarkan Canonical melalui konvergensi dengan terobosan pertama melalui Ubuntu phone. Simplicity is ultimate sophistication, begitu kata Leonardo Da Vinci, kesederhanaan adalah kecanggihan yang tak ternilai. Jika anda biasa menggunakan Unity dash pada Ubuntu desktop, maka jari anda akan mudah memainkan Scope.

Seperti halnya smartphone berbasis Linux kernel yang lain, aspek keamanan merupakan lubang yang harus ditutup. Sebagai teknologi opensource, siapapun bisa memodifikasi kernel Linux, termasuk membuat back door, trojan ataupun penetrasi dan spying yang lain. Disini Canonical membentengi Ubuntu phone dengan menutup beberapa pintu pada sistem Ubuntu phone. Artinya, user bisa merubah konfigurasi system namun tidak pada hal-hal yang berkaitan dengan security. Kita memang butuh teknologi opensource, namun kita lebih butuh keamanan akan data dan privasi kita. Langkah Canonical untuk menutup sistem keamanan Ubuntu phone ini patut diacungi jempol meski tidak ada jaminan para hacker dan cracker tidak akan bisa menjebolnya.

Bicara tentang market,  biarkan pasar yang menentukan. Pada saat pertama kali launching di BQ, Ubuntu phone ludes dalam hitungan menit. Namun butuh waktu panjang bagi Canonical untuk bisa mendapatkan tempat bagi para konsumen, bukan untuk menyaingi Android, tapi untuk memberikan sesuatu yang berbeda: Scope, Simplicity dan Security. Semua itu ditujukan untuk mewujudkan konvergensi: Write once, run everywhere.


Inspired by OpenSource.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...