Thursday, June 13, 2013

Rahasia Sukses Jepang: Ganbatte Kudasai!

Pertama kali melihat pola kerja orang jepang, saya terheran-heran. Ini bukan manusia, ini robot, pikirku saat itu. Di lain pihak saya berargumen, "mereka kan hidupnya hanya untuk kerja, tidak sholat, puasa, dll". Kerja 18 jam sehari pun bagi mereka tidak masalah. Sampai hari ini saya berfikir argumen saya itu benar, tapi saya coba menelaah ulang pikiran saya itu dengan mengamati kehidupan orang jepang di bidang lain, tidak hanya masalah pekerjaan.

Di hampir semua sisi kehidupan, orang jepang terbiasa rapi dan indah. Bagi mereka, segala sesuatu akan berjalan baik, bila sesuai dengan aturannya. Ya, orang jepang sangat patuh pada aturan, dan mereka sangat jarang (hampir tidak pernah) membengkokkan aturan tsb. Seiri, seiton seishou (3S): ringkas, rapi, resik (3R), itu prinsip dasar mereka. Dan prinsip itu mereka pakai di semua lini kehidupan. Itu salah satu rahasia sukses Jepang.

Namun, apa rahasia utama sukses Jepang? Ganbatte, menurut saya itulah jawabannya. Bila diartikan, bisa berarti "semangat" atau "do the best" (lakukan yang terbaik) dalam bahasa inggris.. Ketua tim saya hampir setiap hari mengatakan itu, ganbatte kudasai, ganbarre ne, ganbarimashou dan sejenisnya. Orang Jepang selalu melakukan semuanya dengan yang terbaik yang mereka bisa. Tak heran, bila sebuah pekerjaan yang dilakukan orang non-jepang dibutuhkan waktu satu jam untuk menyelesaikannya, orang jepang hanya butuh setengahnya saja, setengah jam, karena mereka melakukannya dengan penuh semangat. Bahkan, kepala pabrik saya, dengan langkah tertaih-tatih (karena sakit pinggang) dipaksakan datang ke pabrik untuk melihat kondisi pabriknya. Atau,  ketua tim saya yang sakit dan tak mampu berdiri, beliau juga masih sempat melakukan patroli mengecek anak buahnya. Saya jadi teringat Rasulullah, yang ketika itu harus dipapah untuk mengimami sholat. Sakit yang luar biasa pun beliau tahan, demi bertemu dengan sahabat-sahabatnya. Sebaliknya, saya juga teringat kawan saya di SD yang hanya karena hujan, dia tidak masuk sekolah. Apakah kita tidak bisa seperti itu?  

Harus bisa, pasti bisa, bismillah. Saat saya mendaki gunung Merapi 2009 silam, saya bertemu dengan orang bule dari portugal. Dia hanya butuh waktu 4 jam untuk sampai puncak dari hotel tempat dia menginap. Sedangkan kita pribumi, butuh waktu sekitar 6-8 jam untuk sampai ke puncak, itupun bila tidak ngecamp. Kalau mereka bisa, kenapa kita tidak? Ganbatte kudasai!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...