Tuesday, October 29, 2019

Menjadi Logis [3]: Argumen: Bahasa Logika [1]

Tulisan berikut merupakan review Bab ke-3 buku "Being Logical". Review dari bab sebelumnya ada di sini dan di sini. Bab 3 berisi tentang argumen: bahasa logika. Ekspresi konkrit dari penalaran logika adalah argumen. Untuk membuat argumen yang kuat dan efektif, beberapa hal-hal berikut perlu diperhatikan.

1. Membangun Argumen
Perpindahan ke satu ide dari ide yang lain yang telah diketahui kebenarannya, dan menjadikan ide kedua menjadi benar, merupakan inti argumen. Argumen terdiri atas pernyataan-pernyataan, dan pernyataan-pernyataan itulah yang menyampaikan ide dimana perpindahan inferensial (bersifat dapat disimpulkan) terkonsentrasi.

Argumen tersusun atas dua: pernyataan premis dan pernyataan simpulan. Premis adalah pernyataan pendukung. Pernyataan ini merupakan awal argumen dimana kebenaran pernyataan tersebut sudah diketahui. Simpulan adalah pernyataan yang didukung. Premis bisa bermacam-macam, namun simpulan yang baik seharusnya hanya berisi satu hal. Contoh argumen sederhana yang terdiri atas satu pernyataan premis dan satu simpulan.
Karena tidak cocok dengan kepala kantor cabang di Surabaya, Pak Budi dipindahkan ke kantor cabang di Bandung.
Kalimat pertama merupakan premis; alasan, yang dianggap benar. Kalimat kedua adalah simpulan yang menjadi benar karena premisnya benar. Premis adalah dasar dari argumen, dan cakupannya harus bisa mampu menjangkau apa yang disimpulkan.

2. Perpindahan dari universal ke partikular
Perpindahan dari pernyataan universal bisa dilakukan ke pernyataan partikular. Perhatikan contoh berikut.
(i) Semua anjing adalah karnivora. (ii) Beberapa anjing adalah karnivora. 
Karena pernyataan universal (i) adalah benar, maka pernyataan partikular (ii) juga benar. Logika dari prinsip ini cukup sederhana, jika semua anggota dari satu kelas adalah benar, maka sebagiannya juga benar.

3. Perpindahan dari partikular ke universal
Berbeda dengan kaidah sebelumnya, kita tidak bisa secara asa menggeneralisasi dari pernyataan partikular ke pernyataan universal. Perhatikan contoh berikut.
(i) Beberapa wanita adalah ibu. (ii) Semua wanita adalah ibu. 
Pernyataan partikular (i) tentu saja benar, namun tidak dengan pernyataan universal (ii). Untuk berpindah dari pernyataan partikular ke universal dibutuhkan premis yang kuat dan runtut. Perhatikan contoh berikut.
Setiap orang China yang saya temui di sana bermata sipit. Penduduk Lanzhou 99% bermata sipit berdasarkan data sensus tahun 2010. Di beberapa propinsi lain, persentase penduduk bermata sipit juga mendekati 100%. Bisa disimpulkan, sebelum terjadinya perkawinan antar ras, semua penduduk China bermata sipit.

4. Predikasi
Predikasi (Inggris: "predication") merupakan pernyataan untuk menegaskan sebuah afirmasi (penerimaan) atau sanggahan.  Seperti dalam pola kalimat: Subjek + Predikat. Fungsi predikat menandai aksi yang dilakukan oleh subjek. Predikasi menghubungkan subjek dengan sesuatu yang lain. Contoh: Pak Bagus adalah asisten profesor. Asisten profesor dalam kalimat tersebut merupakan predikasi.

5. Pernyataan Negatif
Pernyataan afirmatif menghubungkan ide; pernyataan negatif menanggalkan hubungan antar ide.Pernyataan universal negatif menanggalkan hubungan antar ide secara keseluruhan; pernyataan partikular negatif menanggalkan hubungan antar ide sebagian. Pernyataan negatif, biasanya ditandai dengan "tidak", bisa dijadikan alat untuk menolak ide, mengambil simpulan sebaliknya. Contoh adalah pernyataan berikut.
Jika tidak semua ikan merupakan ovipar, maka ada beberapa ikan yang tergolong mamalia. Paus, lumba-lumba, anjing laut, dan singa laut adalah contoh jenis ikan atau binatang laut yang tergolong mamalia.
Dalam memilih antara pernyataan afirmatif dan pernyataan negatif, maka pernyataan afirmatif didahulukan. Diantara pernyataan "botol itu terisi setengahnya" dan "botol itu tidak terisi setengahnya", maka pernyataan pertama lebih lugas karena kita tidak perlu berpikir "tidak terisi".

6. Membuat Perbandingan
Membandingkan dua hal atau lebih harus serupa atau semisal. Contoh membandingkan antar dua merek kopi. Bukan membandingkan antara kopi dan teh (bisa saja, namun dalam signifikansi yang berbeda). Ketika membandingkan dua hal, apanya yang dibandingkan? Bisa perbedaan atau persamaannya. Pada akhir perbandingan, diperoleh kesimpulan seberapa berbeda atau serupa. Misalnya pada dua merek kopi, bisa saja ternyata kedua merek tersebut mirip: dari segi kekuatan rasa, keasaman, dan harga. Bisa-bisa, ternyata keduanya dari jenis biji kopi yang sama.
Lantas ketika membandingkan perbedaan, apanya yang dibandingkan? Signifikansinya. Contoh ketika membandingkan antara tikus dan gajah, ukuran keduanya sangat berbeda. Ketika membandingkan dua merek kopi tadi misalnya, ternyata tingkat kandungan kafeinnya sangat berbeda. Sehingga dapat disimpulkan, dua merek kopi tersebut dari jenis biji kopi yang berbeda.

7. Perbandingan dan Argumen
Membandingkan pada kaidah sebelumnya lebih dititikberatkan pada perbedaan antar dua hal: mencari signifikansi. Pada banyak kasus, kita membandingkan dua hal untuk menguatkan bahwa kedua hal tersebut mirip. Perbandingan jenis ini disebut perbandingan dengan analogi. Begini contohnya.

A memiliki sifat: X, Y, dan Z
B memiliki sifat: X, Y, dan Z
A memiliki sifat W,
maka B juga memiliki sifat W.

Dengan teknik perbandingan dengan analogi ini, banyak metode pada beberapa bidang dapat diterapkan pada bidang yang lain karena kemiripan sifatnya, misalnya fisika atom pada komputasi afektif psikologi.

8. Argumen valid dan benar
Agar argumen menjadi valid dan benar (to be sound), maka (1) isi/kontennya harus benar (true) dan (2) bentuk/strukturnya harus valid. Agar isi/kontennya benar, maka pemberi pernyataannya harus ahli, jika merupakan perkataan. Contoh: ahli ekonomi berbicara tentang inflasi. Meski dia tidak merujuk lebih jauh sumber yang dia gunakan, maka dari sisi konten bisa dianggap benar. Tahap kedua, strukturnya harus valid: ada kesesuaian antara premis yang digunakan, dan apa yang disimpulkan.

Contoh argumen yang benar (B) atau salah (S)[tidak benar], valid (V) atau tidak valid (TV) dan benar + valid (BV) atau tidak benar + valid (TBV).

(1) Saya seorang manusia. Manusia adalah mamalia. Saya merupakan mamalia. [B,B,B][V][BV]
(2) Ikan adalah hijau. Hijau adalah biru. Ikan adalah biru. [S, S, S][V][TBV]

Argumen (1) berisi tiga pernyataan, ketiganya benar. Argumen tersebut valid, dan kesimpulannya benar valid. Argumen kedua juga tersusun dari tiga pernyataan. Ketiganya salah, namun kesimpulannya valid. Argumen tersebut tidak benar valid, karena isinya (konten) salah.

Berdasarkan caranya membentuk silogisme, argumen dapat dibedakan menjadi tiga: argumen konjungtif, disjungtif, dan kondisional.

Argumen konjungtif
Argumen konjungtif berkaitan antara satu pernyataan dengan pernyataan lainnya. Disimbolkan, A . B. Baik A dan B merepresentasikan pernyataan komplit. Contoh: Bagus kuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan dia mengambil spesialisasi di departemen Teknik Fisika. Baik pernyataan pertama dan kedua sama-sama benar dalam satu paket. Tidak mungkin pernyataan pertama benar, dan pernyataan kedua salah, atau sebaliknya.

Argumen disjungtif
Argumen disjungtif menyatakan hubungan yang berkebalikan antara dua pernyataan; tidak mungkin keduanya benar. Contoh: Bagus pergi ke Tokyo dengan naik kereta atau naik pesawat. Pernyataan tersebut adalah pernyataan disjungtif yang dihubungkan dengan kata atau, Salah satu dari pernyataan di atas benar, namun tidak mungkin keduanya benar (tidak mungkin naik pesawat dan naik kereta bersamaaan).

9. Argumen kondisional
Argumen kondisional atau argumen bersyarat adalah pernyataan kedua benar jika pernyataan pertama terpenuhi, atau sebaliknya. Contoh: Jika cuaca cerah, besok saya akan pergi ke Komatsu. Pernyataan pertama (jika cuaca cerah) harus terpenuhi agar pernyataan kedua terlaksana. Dengan teknik argumen kondisional ini, kesimpulan yang berkesesuaian bisa ditarik.

Jika Bagus berlari, maka di berpindah tempat.
Bagus berlari menuju halte.
Maka: Bagus berpindah tempat.

Dengan cara yang sama, maka sebaliknya juga bisa disimpulkan.

A --> B
-B
maka: -A

Dengan contoh yang sama: Bagus tidak berpindah, maka Bagus tidak berlari. Namun, formula di bawah ini tidak berlaku.

A --> B
-A
maka: tidak bisa disimpulkan.

Karena bisa saja Bagus tidak berlari namun tetap berpindah tempat, misalnya dengan berjalan kaki, atau naik sepeda.

10. Argumen silogisme
Silogisme merupakan cara berpikir atau menarik simpulan yang terdiri atas premis umum, premis khusus, dan simpulan (KBBI).  Contohnya,

M anggota P
S anggota M
maka: S anggota P

Jika digambarkan akan tampak seperti berikut.



Bersambung ke kaidah-kaidah membangun argumen selanjutnya.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...