Sunday, October 27, 2019

Menjadi logis [2]: Prinsip Dasar Logika

Tulisan ini adalah kelanjutan tulisan sebelumnya, Menjadi Logis [1]: Menyiapkan Akal untuk Logika. Tulisan ini merupakan bagian terpenting dari catatan seri kuliah "scientific discussion" [1] di JAIST. Tulisan ini saya buat sesederhana mungkin agar bisa dibaca oleh semua orang. Tidak ada kata-kata yang seharusnya tidak ada. Sebaliknya, semua yang harus ada harus tertulis di sini. Semua yang bisa membaca seharusnya mampu memahami tulisan ini.

Setelah kita membiasakan hal-hal untuk menerima logika, langkah selanjutnya adalah mengasimilasikan prinsip-prinsip dasar logika agar menjadi kebiasaan kita. Berikut prinsip-prinsip dasar logika tersebut.

1. Prinsip-prinsip utama
Sains adalah kumpulan pengetahuan terstruktur yang dibangun dari prinsip-prinsip utama. Logika, sebagai sains, juga demikian, dibangun atas prinsip-prinsip utama. Ada empat prinsip utama logika sebagai berikut:
  1. Prinsip identitas: sesuatu adalah apa adanya.
  2. Prinsip pengecualian nilai tengah: antara ada dan tidak ada tidak ada nilai tengah.
  3. Prinsip alasan yang cukup: ada alasan yang cukup untuk semua hal (Ya! semua).
  4. Prinsip kontradiksi: tidak mungkin sesuatu menjadi dan tidak menjadi pada satu waktu.
Tiga dari prinsip di atas diusulkan oleh Aristoteles, sedangkan satu dari Leibiniz, yakni prinsip cukup alasan (logikanya: tiga prinsip yang lain, selain yang diusulkan oleh Leibniz, adalah usulan Aristoteles). 

Prinsip identitas (principum identitatis) adalah prinsip yang paling utama diantara yang utama. Secara sederhana, A adalah A, bukan B. Kucing adalah kucing bukan anjing. Segitiga adalah segitiga, bukan segi empat. Semua yang logis harus beridentitas [2]. Sebaliknya, sesuatu yang identitasnya dipertanyakan juga dipertanyakan kelogisannya.

Prinsip kedua mengatakan bahwa tidak mungkin ada kondisi tengah diantara ada dan tidak ada. Sebagai contoh: di dalam kotak ada kucing atau tidak ada kucing, tapi tidak diantaranya (yakni setengah ada dan setengah tidak ada).  B adalah kucing, bukan anjing, tidak mungkin setengah kucing dan anjing.

Prinsip ketiga merupakan prinsip penting dalam logika dan diskusi saintifik, termasuk/khususnya penulisan ilmiah. Harus ada alasan untuk semuanya. Prinsip ini mirip hukum sebab-akibat. Ketika anda mengusulkan metode A, harus ada alasan mengapa A. Ketika anda mengusulkan variabel X, harus ada alasan mengapa variabel X, bukan Y. Kenapa menggunakan contoh kucing dalam kotak, karena contoh tersebut sangat sederhana sehingga mudah dimengerti semua orang. Itu juga alasan untuk contoh sebelum dan sesudah prinsip ini.

Prinsip terakhir -- kontradiksi -- mirip dengan prinsip kedua. Bedanya, kalau dalam prinsip kedua tidak ada nilai tengah, maka dalam kontradiksi tidak mungkin ada dua keadaan dalam satu waktu. Tidak mungkin ada kucing dalam kotak A dan tidak ada kucing dalam kotak A. Tidak mungkin B adalah kucing dan anjing. Contoh pertama dikembangkan oleh Erwin Schrodinger dalam eksperimen pemikirannya: kucing dalam kotak. Menurutnya, tidak mungkin kucing dalam keadaan hidup dan mati bersamaan. Meski probabilitasnya 50:50, tapi tidak bisa dikatakan bahwa kucing hidup dan mati dalam keadaan bersamaan. Harus dibedakan antara probabilitas dan realita. Probabilitas tidak mengubah realita. Realita ada dengan atau tanpa observasi. Inilah logika.

2. Daerah abu-abu, daerah yang dibuat abu-abu
Daerah abu-abu adalah daerah dimana kebenaran tidak secara jelas dapat dinyatakan. Dalam hidup, banyak daerah abu-abu, namun jangan terlalu banyak menggunakannya. Abu-abu, sebagai warna, ada karena perbedaannya sebagai alternatif warna putih dan hitam. Jika dalam hidup kita berada pada situasi dimana tidak ada alternatif yang jelas, secara objektif, bukan berarti tidak ada alternatif yang jelas. Tidak adanya alternatif bukan karena tidak ada, namun karena kita tidak bisa melihatnya. Daerah yang dibuat abu-abu ada karena kita tidak bisa melihat daerah abu-abu, (sebenarnya) disebabkan ketidakpastian kita atau kurangnya pengalaman.

Sebagai contoh, anda berada  pada suatu masalah, menentukan benar atau salah. Anda tidak memiliki pengalaman kalau masalah tersebut benar, namun anda punya pengalaman kalau masalah itu salah. Prinsipnya: negatif hanya dapat dikenali sebagai negatif, "secara tidak pasti", karena positif telah diketahui. Disini ada kemungkinan kepastian. Jika pasti itu mungkin, maka kepastian itu mungkin terjadi, meski tidak pasti. Itulah yang harus dipilih.

3. Ada penjelasan dibalik segala hal, pada akhirnya
Prinsip dari alasan yang cukup adalah bahwa sesuatu tidak terjadi dengan sendirinya. Ada penyebab dibalik terjadinya sesuatu tersebut. Kita tidak tahu penyebab segala sesuatu, namun kita tahu sesuatu terjadi ada sebabnya. Rasional kita berusaha mencari tahu penyebab terjadinya sesuatu: kenapa bisa terjadi. Untuk mengetahui sebab, biasanya diawali dari akibat. Penyebab harus masuk akal dengan akibat yang ditimbulkan. Sebagai contoh, ada susu tumpah di lantai, dengan gelas terjatuh. Kita tidak mengetahui penyebabnya. Di atas meja, kita melihat semut: apakah mungkin semut menjadi penyebabnya? Kemudian kita lihat juga ada cicak di tembok samping meja, apakah dia penyebabnya? Tidak mungkin. Ada kucing di bawah meja, dan sangat mungkin dia menjadi penyebabnya. Saat meloncat dari meja ke lantai, mungkin dia menyenggol gelas susu hingga tumpah. Meski tidak pasti, namun besar kemungkinan dialah pelakunya.

4. Jangan berhenti sejenak mencari penyebab
Penyebab dari suatu hal biasanya merupakan rentetan dari beberapa kejadian. Contoh:
A --> B --> C
A menyebabkan terjadinya B. B menyebabkan terjadinya C. Jika dalam investigasi mencari penyebab C kita hanya berhenti pada B, apakah masalah yang terjadi di C akan berakhir? Tidak. Karena B merupakan akibat dari A. Contoh, saya menempatkan saringan di saluran pembuangan wastafel dapur, agar kotoran tertampung di saringan tersebut. Otomatis ketika saringan penuh maka airnya mampet, namun frekuensi mampetnya sering. Jika saya ganti saringan tersebut, lubang saluran wastafel sudah tidak mampet, tentu saja. Apakah itu solusi akhir? Tidak. Setelah saya telusuri (kebetulan), ternyata istri saya membuang sisa minyak ke dalam saluran wastafel yang membuat saringan lengket sehingga cepat mampet. Sisa minyak saya buang dalam wadah tersendiri, dan saluran wastafel menjadi jarang mampet.
Kegagalan kita untuk menemukan akar masalah kebanyakan disebabkan oleh kemalasan, atau terlalu cepat puas. Kita tidak melakukan investigasi lebih dalam terhadap akar masalah yang akan menyelesaikan masalah secara keseluruhan. Inilah pentingnya menyelesaikan masalah sampai ke akarnya, jangan berhenti sejenak dalam mencari penyebab sebenarnya.

5. Membedakan antar-penyebab
Pada prinsip sebelumnya, kita telah mengenal penyebab utama, yang bisa juga didefinisikan sebagai penyebab efektif. Selain penyebab efektif ada juga penyebab akhir, penyebab materi, dan penyebab formal.

Penyebab akhir (final cause), jika diaplikasikan pada aktivitas, adalah tujuan aktivitas, jika diaplikasikan pada objek, menjadi tujuan objek. Penyebab material adalah materi pembentuk objek tersebut. Penyebab formal adalah pengidentifikasi dari sesuatu yang membuat sesuatu tersebut didefinisikan.

Contoh keempat penyebab di atas pada kasus "sangkar burung". Penyebab efektifnya adalah Fred, si pembuat sangkar. Penyebab material: kayu kawat, alumunium dan benang pengikat, serta lem. Penyebab formalnya adalah konfigurasi dari sangkar burung tersebut, bukan kandang ayam, atau jebakan tikus. Penyebab akhirnya adalah untuk menyediakan tempat untuk burung.

Tidak semua sebab bisa dibagi menjadi empat penyebab seperti di atas. Pembedaan yang efisien dapat dikategorikan menjadi penyebab prinsipil dan penyebab instrumental. Contoh permainan gitar, penyebab prinsipilnya adalah pemain gitar, dan penyebab instrumentalnya adalah gitar. Pemain gitar profesional bisa bermain dengan gitar mana saja dengan bagus, tapi gitar bagus di tangan pemain yang tidak kompeten tidak akan menghasilkan kualitas sebaik pemain gitar profesional. Jadi, penyebab prinsipil lebih utama dari penyebab instrumental.

6. Mendefinisikan istilah
Teknik paling efektif untuk menghindari ketidakjelasan dan ambiguitas dalam diskursus logika adalah dengan mendefinisikan suatu istilah. Cara mendefinisikan istilah bisa merujuk pada penamaan/klasifikasi biologi: (1) persamaan dari istilah tersebut dalam grup besar (genus) + (2) perbedaan dengan item dalam grup tersebut (species). Genus menggambarkan objek besar dimana istilah tersebut ada, species (specific difference) membedakan istilah dalam kelas objek besar tersebut. Aristoteles mendefinisikan manusia sebagai "binatang rasional". Binatang merupakan proximity genus dan rasional adalah specific difference: pembeda manusia dengan jenis binatang lainnya.

Contoh lain: apa definisi dari "takut"? Mari kita definisikan dengan kedua langkah di atas.
langkah 1: "Takut adalah emosi... "
langkah 2: " ... yang menyebabkan kita menarik diri dari (ancaman) bahaya yang dirasakan."

Jika digambarkan, dua langkah tersebut dapat digambar seperti di bawah ini.
Gambar 1. Langkah pendefinisian: mencari kesamaan (proximity genus) dan mendefiniskan perbedaan (specific difference)

Nilai khusus dari definisi logis adalah bahwa istilah tersebut mengekspos dari objek yang didefinisikan secara natural dan eksak sebagaimana objek tersebut ada. Meski kadang tidak mungkin (mendefinisikan secara eksak), semakin presisisi kata-kata yang kita gunakan untuk mendefinisikan istilah, semakin menggambarkan istilah tersebut dengan lebih komplit.

7. Pernyataan kategori
Pernyataan "Handphoneku  berada di kursi belakang (mobil)" tentu saja berbeda dengan pernyataan "Handphoneku mungkin ada di kursi belakang". Pernyataan pertama bersifat kategori karena mendefinisikan dengan tepat maknanya (tempat: di kursi belakang), sedangkan pernyataan kedua tidak mendefinisikan kategori (tempat/letak HP). Sebagai tambahan, sebuah pernyataan bisa saja menyatakan kategori namun tidak mengekspresikan  kategori. Contoh "Persebaya adalah klub sepakbola terbaik di Indonesia" jelas menyebutkan kategori (terbaik), namun pernyataan ini subjektif. Bedakan dengan pernyataan "Persebaya menjuarai Liga Indonesia 2019."

8. Generalisasi
Sebuah pernyataan umum adalah pernyataan yang mana subjeknya sangat luas. Contoh pernyataan umum: (1) kuda adalah vertebrata, (2) rumah adalah tempat tinggal pribadi. Kedua pernyataan tersebut berlaku benar untuk apapun subjeknya. Jadi, pernyataan umum memiliki dua karakteristik:
  1. Benar
  2. Berlaku untuk semua kelas
Ada dua jenis pernyataan umum: universal dan partikular. Pernyataan universal biasanya diawali dengan kata "semua", sedangkan pernyataan partikular diawali dengan kata "beberapa" dan semisalnya. Pernyataan universal sendiri terbagi menjadi dua: afirmatif dan negatif. Contoh untuk pernyataan universal afirmatif: "Semua lumba-lumba adalah mamalia." Contoh untuk pernyataan universal negatif: "Tidak ada ikan yang mempunyai kaki". Untuk pernyataan partikular contohnya adalah: "Sebagian besar remaja Indonesia adalah pengendara sepeda motor". Jadi perbedaan pernyataan universal dan partikular adalah kuantitasnya. Pernyataan universal lebih presisi dari pernyataan partikular. Contohnya pada pernyataan partikular di atas, yang dimaksud "sebagian besar remaja" itu yang mana, apakah yang ada di Jakarta atau di Surabaya? Tentu hasilnya akan berbeda bila maksudnya berbeda. Selalu gunakan pernyataan yang presisi untuk menunjukkan pengetahuan anda.

Tulisan ini bersambung ke seri selanjutnya, Argumen: Bahasa logika [1]. Tulisan ini adalah resume dan terjemahan bebas saya atas buku "Being Logical", sebuah buku tipis; ringan; dan fenomal karya McInerny, bab 2 ("The Basic Principles of Logic"). Resume atas bab-bab lainnya beserta tulisan pendukungnya bisa ditemukan di sini, Outline: Bahasa Logika Ilmiah.

Referensi:
[1] D.Q. McInerny, Being Logical, New York: Random House. 2004.
[2] A. W. Dewantara, Logika: Seni Berpikir Lurus, Wina Press, 2019.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...