Salah satu candi yang menarik di Jogja, diantara Prambanan dan Borobudur, tak bukan dan tak lain adalah Candi Ratu Boko. Seperti halnya Borobudur, Candi ini dewasa ini juga dihubung-hubungkan dengan kisah Ratu Balqis dan Nabi Sulaiman dari agama Islam.
Bagaimana rute ke Ratu Boko..? Kalau anda kebetulan sedang berada di Yogyakarta, rute ke candi Ratu Boko cukup mudah dicapai. Begitu pula bila anda berangkat dari Solo, juga tidak jauh-jauh amat. Dari yogya, ada dua rute perjalanan yang dapat digunakan untuk menuju Keraton Ratu Boko. Rute pertama adalah melalui jalan biasa atau jalan normal. Saat melintasi lampu merah pertigaan Pasar Prambanan, anda belok ke arah kanan, atau arah selatan menuju Jl. Jogja-Piyungan. Setelah itu mudah, tinggal mengikuti jalan tersebut hingga ada papan petunjuk (berwarna hijau) yang menunjukkan arah Keraton Ratu Boko. Dengan rute tersebut, kita tiba di Pintu Utama Keraton Ratu Boko. Menurut referensi, tarif retribusi di tempat itu adalah Rp 7.000 per orang. Kendaraan Rp 1.500 untuk roda 2, dan Rp 5.000 untuk roda 4. Tapi tidak tahu kenapa, saat itu saya bertiga dengan mengendarai kendaraan roda empat dipatok Rp. 45.000. Oya, hati-hati jalan menuju Candi Ratu Boko jalur tersebut sedikit Curam dan Berkelok.
Candi Ratu Boko |
Rute Perjalanan kedua adalah melalui jalur outbond. Tepat di tugu perbatasan Yogyakarta-Jawa Tengah di daerah Prambanan, anda belok ke kanan (arah selatan) untuk memasuki jalan kecil, kemudian menyeberangi rel kereta api kemudian sampai ke SMP Negeri 2 Pereng. Anda dapat menitipkan kendaraan anda di tempat tersebut. Perjalanan selanjutnya untuk rute ini ditempuh dengan berjalan kaki sampai ke desa Sumberwatu. Perjalanan tersebut sangat mengasyikkna, mendaki bukit dan bila bingung anda bisa bertanya ke penduduk sekitar. Setelah sampai di desa Sumberwatu, tanya saja ke penduduk sekitar mana arah menuju Candi Ratu Boko. Jalur ini tidak dipungut biaya, hanya parkir saja.... :-)
Sampai di Gerbang Ratu Boko, kita akan disuguhi pemandangan yang mengagumkan. Apalagi bila anda kesini sore hari. Tiba di lokasi candi ini maka bangunan cani pertama yang tampak adalah pintu gerbangnya. Gerbang Keraton Ratu Boko terdiri atas 3 pintu gerbang yang saling berdekatan satu sama lain. Gerbang tersebut membujur dari utara ke selatan. Gerbang yang di tengah merupakan yang terbesar dan merupakan gerbang utama. Gerbang tertseut diapit oleh dua pintu gerbang lainnya (disebut gerbang pengapit). Menyusuri pintu gerbang pertama, anda akan menjumpai pintu gerbang kedua. Kemudian, disebelah kanan tak jauh dari situ anda akan bertemu candi pembakaran. Saat saya kesana (April 2011), candi tersebut sedang di pugar. Candi pembakaran biasanya digunakan untu membakar jenasah. Didekat candi tersebut juga ada kolam. Selain candi pembakaran, ada sekitat candi lain di kompleks Keraton Ratu Boko.
Dilihat dari struktur kompleks bangunan Candi Ratu Boko, tempat tersebut ini lebih merepresentasikan kompleks tempat tinggal atau kompleks istana. Namun, menurut sumber dari brosur yang diperoleh di tempat informasi (sebelum pintu masuk), tempat tersebut dulunya merupakan vihara (biara di bukit yang penuh kedamaian) yang didirikan untuk tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan keagamaan. Di sebelah candi pembakaran, ada jalan menuju bukit kecil, anda bisa naik untuk berada di gardu pandang. Disitu anda juga bisa merasakan kedamaian dan juga melihat pemandangan kota Yogyakarta dari atas. Anda juga dapat melihat Candi Prambanan dengan latar Gunung Merapi yang baru saja meletus.
Bila anda ke keraton Ratu Boko sore hari, maka akan semakin kelihatan eksotika tempat tersebut. Saya, kesana pagi hingga petang. Duduk-duduk di undak-undak candi Ratu Boko Merupakan hal yang mengasikkan ditemani semilir angin. Sayang saat itu saya tidak membawa matras, ingin rasanya saat itu merebahkan diri di padang rumput bernaungkan pohon-ponon nan rindang. Ingin juga saat itu menikmati pemandangan matahari tenggelam, namun waktu akan tidak akan tersisa untuk mengunjungi tempat lainnya (Cangkringan). Suara angin yang terdengar saat itu, dipadu dengan kegagahan dan keanggunan gapura-gapura Ratu Boko menambah syahdunya perjalanan kami. Matahari menantang di atas kepala dan aku menikmati sinarnya. (meski sedikit kepanasan..:-)). Tak lupa, gunung Merapi mejadi latar yang indah siang itu, dengan asap dan awan yang tebal. Candi Prambanan tampak nun jauh disana, cantik dan tegap berdiri. Hanya satu kata yang bisa melukiskannya; indah. Dan sekali lagi, akan lebih indah bila anda mengunjunginya “saat surya tenggelam....”
Maka, nikmat tuhan yang manakah yang kamu dustakan wahai manusia...? Tidakkah kita berfikir siapa yang menciptakan alam dengan indahnya? Dan sesungguhnya, hanya orang-orang berakallah yang dapat mengambil pelajaran dari alam..
Gerbang utama candi Ratu Boko di sore hari (sumber gambar: wikipedia, CC) |