Friday, March 31, 2023

Research Plan 2023

Seperti biasa, bulan April adalah tahun barunya jepang (Fiscal year、年度). Satu tahun (akademik, fiskal, kerja, dll. kecuali pajak) dihitung per 1 April dan berakhir 31 Maret. Jadi kalau bisa, pas hidup di Jepang, lahir tanggal 1 April, meninggal tanggal 31 Maret. Kenapa begitu? Kalau lahir 20 April, anda tidak bisa mengikuti sekolah (SD, SMP, SMA) tahun itu juga kalau belum umurnya. Misalnya umur minimal SD adalah 6 tahun per 1 April. Kalau lahir 20 April berarti nunggu tahun depannya. Begitu juga beasiswa, kerja, dll, hampir semua dimulai per 1 April.

Singkat saja, berikut adalah rencana penelitian saya satu tahun mendatang. Tahun ini saya akan fokus mengembangkan sistem multilingual speech emotion recognition (SER) dengan riset tambahan tentang anomaly detection (vibration and sound) dan melanjutkan riset sebelumnya tentang text-independent speech emotion recognition. Semoga semua luaran tahun ini bisa tercapai, alih-alih bisa melebihi luaran yang diharapkan.




Tuesday, March 14, 2023

Kopi dan Produktifitas

 Dalam sebuat Twitter feed, seorang user berkicau?

Adakah tool untuk meningkatkan produktivitas selain dengan minum kopi?

Ada banyak jawaban dari kicauan itu. Ada yang menjawab dengan minuman lain kesukaannya, jus buah. Ada yang menyarankan musik klasik. Ada juga yang menyarankan musik khusus yang dibuat untuk menemani kerja (khususnya programming, https://musicforprogramming.net/latest/).  Saya baca-baca jawabannya lainnya, tidak ada yang masuk (untuk saya).

Saya pernah mencoba bekerja sambil mendengarkan musik (seperti musik programming di atas), dan kadang berhasil. Sebagai seorang muslim, saya juga mencoba bekerja sambil mendengarkan tilawah, dan kadang berhasil. Namun, sampai sekarang, saya belum menemukan tool lain yang bisa meningkatkan produktivitas (yakni: fokus, membuat kerja jadi selesai, efektif, dan efisien) seampuh kopi.

Khusus untuk tilawah, permasalahan utama ada pada keistiqomahan. Untuk minum kopi, saya otomatis menyambar gelas di disamping saya tapi tidak otomatis memutar tilawah padahal saya membutuhkannya. Qori favorit saya: Ali Jaber, Salaah Ba'uthman,  dan Abdulallah Al-Mathrood. Suara tilawah menurut saya lebih mirip musik klasik (dari sisi ke efek gelombang otak) daripada music for programming di atas. Tilawah dipercaya meningkatkan laju pertumbuhan tanaman. Senada dengan musik klasik dan tilawah, suara juga dapat dimodifikasi untuk menstimuli gelombang yang bisa mentrigger gelombak otak tertentu via brainwave synchronization. Ketiganya belum dapat menggantikan kedudukan kopi untuk meningkatkan produktivitas. Kalau mau dibuat variasi, Kopi dan Tilawah adalah perpaduan paling sempurna seperti yang dikampanyekan Nuh Saunders

Kembali ke pertanyaan yang mirip dengan pertanyaan user Twitter di atas: adakah tool yang bisa meningkatkan produktivitas seampuh kopi? Tidak ada. Kalau efektivitasnya di bawah kopi, mungkin ada. Tapi buat apa...? Kalau ada tool yang lebih efektif, pastinya pilih yang lebih efektif, kecuali bosan.

Sediakan kopi untuk meningkatkan kinerja anda dan teman-teman anda.

Friday, March 10, 2023

Antara Tukang Cuci Piring dan Editor Jurnal

Alkisah. Seorang teman bercerita, dia mendapat dua pilihan pekerjaan sampingan. Pertama sebagai pencuci  piring. Kedua sebagai editor jurnal. Kerena bimbang untuk memilih salah satu diantara dua pekerjaan tersebut, beliau meminta pertimbangan istrinya. Berikut diskusi mereka.

Istrinya bertanya, 

"Berapa waktu yang dibutuhkan untuk mereview satu jurnal?" 

Sang suami menjawab, 

"Kira-kira empat jam". 

Istri melanjutkan, 

"Berapa bayaran review dan mengedit satu jurnal itu?"

Suami menjawab,

"Seratus dua puluh lima ribu rupiah". 

Istri bertanya lagi, 

"Berapa bayaran cuci piring?"

Suami menjawab:

"1000 yen jam per jam".

Akhirnya si istri mengakhiri diskusi dengan solusinya.

"Ya udah, kamu ambil kerjaan cuci piring saja, kamu sedekahkan separo dari bayaran cuci piringmu ke masjid di Indonesia, itu jauh lebih bermanfaat dari menjadi bekerja paruh waktu sebagai editor jurnal."

Wednesday, March 08, 2023

Dari Narita, Cikarang, Jakarta, Solo, dan Madiun

Sebuah cerita dari perjalanan selama lima hari saat pulang ke Indonesia (Januari 2013).

Berangkat dari Kameyama-shi, selasa pagi pukul 04.30 JST, saya di jemput oleh Kokubu-san, kemudian kami ke rumah sachou (Pak Direktur) untuk menjemput sachou dan dilanjutkan ke Tsu Port, Ibukota propinsi Mie di Jepang. Kapal yang membawa kami dari Tsu Seaport ke Central Japan Airport, Chubu, berangkat tepat pukul 6.00. Selama kurang lebih sejam berada di kapal cepat, akhirnya kami mencapai Chubu airport.

Di Chubu air port, tiga moda transportasi disatukan: udara, laut dan darat. Begitu praktis dan efisiennya kehidupan di Jepang. Semuanya di desain untuk memudahkan hidup, bukan mempersusahnya. Inilah realiasi pajak yang saya bayar tiap bulannya di Negeri ini. Pemerintah (Jepang) pun melaksanakan tugasnya (memudahkan hidup rakyat) dengan cukup baik.

Dari Chubu, kami berangkat naik pesawat ke Narita sekitar pukul 8.30, dengan waktu perjalanan sekitar 40 menit. Sebelum jam 10 kami sudah mendarat di Narita, Tokyo. Dari terminal domestik Narita, kami oper (Jepang: norikae) dengan shuttle bis bandara menuju terminal 1, terminal international yang akan membawa kami ke Indonesia.

Jika pergi dari Jepang ke Indonesia, pilihan terbaik memang menggunakan Garuda, tanpa bermaksud promosi. Pengurusan visa (untuk warga negara asing seperti Jepang) bisa dilakukan setelah check in, sehingga kita tidak perlu mengurus visa on arrival ketika datang di Indonesia. Pesawat Garuda membawa kami meninggalkan Tokyo pukul 12.50 waktu setempat, dan kami tiba di Jakarta pukul 18.30 waktu setempat. Perjalanan ditempuh selama 6 jam termasuk perbedaan waktu antara Narita - Tokyo.

Satu hal agar kita tidak rugi selama naik pesawat adalah dengan memaksimalkan fasilitas yang ditawarkan pesawat. Tiga film saya tonton dalam rentang beda waktu 6 jam. Namun fasilitas lain sepertinya Garuda kalah dengan maskapai lain, seperti Korean Air. Dengan harga tiket yang tidak jauh beda, Korean Air menawarkan fasilitas lebih (per tahun 2013).

Pertama tujuan kami adalah Cikarang (setelah mendarat di Sukarno-Hatta AP), di sana kami tinggal selama tiga hari sebelum bertolak ke Madiun via Solo (Adi Sumarno AP). Dari Solo ke Madiun, dari Madiun ke Solo lagi untuk menemui LPK (lembaga pelatihan kerja), milik orang yang memperkenalkan diri sebagai seorang yang berdarah biru, di dekat stadion Manahan. Kemudian, kami balik ke Jakarta untuk ke Narita. Perjalanan lima hari yang melelahkan untuk mengobati kerinduan kepada orang tua dan negeri tercinta.

Tuesday, February 21, 2023

Multi-device PCs with single keyboard and mouse

In today's digital age, it's common for people to use multiple devices for their work or personal use. Whether it's for multitasking or switching between devices, using multiple keyboards and mice can be a frustrating and inefficient experience. Fortunately, there's a solution to this problem: using a single keyboard and mouse for multiple PCs. This setup not only saves desk space but also improves productivity and reduces clutter. In this blog post, we'll explore the importance of using a single keyboard and mouse for multiple PCs, the benefits it offers, and how to set up this configuration for optimal performance. So, let's dive in and learn why using a single keyboard and mouse is a game-changer for those who use multiple devices! 

Dell KM7321
Dell KM731 multi devices keyboard and mouse, as advertised on Dell's web. This keyboard and mouse can connect up to three PCs; one PC with a Bluetooth dongle and two PCs with embedded Bluetooth or additional Bluetooth dongles.


PC setup 

Here is my setup using three PCs (two desktops and one laptop).



Keyboard + Mouse: Dell KM7321W (KM7321WYG) 
Technology: Bluetooth (universal pairing receiver)

I mainly used two PCs as follows (with a laptop as optional third device). It also works for three PCs; however, since the third is a laptop on a different table, it will make my work more complicated than using two PCs. 

PC1: Iiyama (Dell Bluetooth dongle) 
I set the universal pairing dongle in this PC Iiyama. The OS is Ubuntu 20.04. Other hardware may not directly impact the performance, but I used the following; 95 GB RAM, RTX3090 (full four monitors), with i7-10900 CPU. Should works on other hardware too,

PC2: HP Omen (Embedded Bluetooth) 

The second PC is HP Omen 30 L (2021). GPU is RTX 3090, 64GB RAM, and Ubuntu 20.04 as the OS. I intended to use this PC as a computing unit, while the first one, PC Iiyama, for all tasks (paper writing, computation, etc.). For bigger computation, I used another PC with double RTX 3090. Result There is no software configuration needed. The only problem (previously) is to connect the keyboard to the second PC. For connecting the mouse, both PC 1 and PC 2 can connect smoothly. To connect the keyboard, we need to input six characters shown when pairing to the PC (shown in the PC). Since it was a keyboard, I didn't understand to input these digits (like a smartphone or tablet). I tried it on Windows, and it shows a similar requirement (asking to enter six digits for the keyboard). I tried to push the number shown on the PC via the keyboard button (without knowing the pressed digits were correct) and then pressed enter. Whoala, the keyboard is now connected to the second PC. I tried similar things on Ubuntu, and it works. Finally, the image below is now my working workstation (two desktops, both the first and second PC are not shown since it is hidden under my table, only the monitors are shown).


A single keyboard to rule all three PCs.

PC3: IIyama 17" (Optional, just to test, embedded/buil-in bluetooth)
The third PC is a laptop with windows 10. So, beside multi-devices this setup can also work in multi-OS. Since it is a hardware-based, different approach from software-based like Synergy, it is expected to work on any OS as long as the hardware supports bluetooth.

Note, as advertised, the mouse and keyboard support Swift pairing (without inputting the digits with a close distance between both devices). But, as I reported, this feature fails on my PCs. It may be too far. Being able to connect both devices (keyboard and second/third PC) via a physical button is enough to make the device works as intended.

Update after a week of use

Adjusting the monitor position is important. I used three monitors for main PC (PC IIyama) and one monitor for second PC (HP Omen, mainly for coding).

Since I have additional mouse (the old one), I just need to change keyboard only for two devices. It is smoother than changing both keyboard and mouses.

It also more convenient to use single keyboard and mouse than using "ssh" for remote work. The use of GUI-based remote control like TeamViewer has been banned in my office. So, this solution is worth of try.

Does it work with external Bluetooth dongle?
I didn't try it yet (still ordering Buffalo Bluetooth dongle). I will report here once a test has been performed.

Reference: 
 [1] https://www.dell.com/support/home/en-us/product-support/product/dell-premier-multi-device-wir-kybrd-mse-km7321w/docs

Tuesday, January 10, 2023

Dual Afiliasi

Salah satu cita-cita saya yang belum tercapai adalah dual afiliasi, bekerja di dua institusi dan memberi manfaat untuk keduanya dengan mengisi kekurangan satu insitusi dengan kelebihan institusi lainnya, begitu pula sebaliknya. Contoh terbaik untuk kasus ini adalah Bjorn Schuller (Imperial College dan Audeering), Yan Lecun (Facebook dan New York University), Junichi Tsujii (AIST dan Manchester University), dan Junichi Yamagishi (NII dan Edinburg University).

Contoh dari manfaat dual afiliasi adalah pada riset dan publikasi akademik. Biaya publikasi akan tertutupi oleh institusi yang secara finansial lebih stabil. Keuntungan untuk instituti yang secara finansial lebih stabil adalah pada kolaborasi. Contohnya pada institusi privat (Swasta), dimana butuh usaha ekstra untuk merekrut peneliti dan kolaborator. Sebaliknya, hal tersebut mudah dilakukan di universitas. Institusi privat tidak perlu mengeluarkan waktu dan biaya ekstra untuk proyek mereka.

Manfaat utama ada pada siklus teori dan praktek. Dosen (seperti Lecun) yang bekerja di sektor swasta secara dual afiliasi akan dengan mudah menangkap permasalahan nyata (praktek) di lapangan/industri, alih-alih permasalah teoritik di buku teks. Mahasiswa dari dosen yang bersangkutan juga akan memecahkan permasalahan nyata, the real problem, bukan sebatas permasalahan yang ada di buku teks. Permasalahan (soal-soal) di buku teks tetap penting untuk mengasah teori atau konsep dasar dan kerangka berpikir dalam menyelesaikan permasalahan nyata.

Double Universitas

Selain dual afiliasi universitas dan industri, dual afiliasi bisa juga dilakukan pada dua (atau lebih) kampus yang berbeda. Banyak dosen China yang mengambil dual afiliasi dengan universitas Jepang untuk memanfaatkan kebaikan dan kelebihan universitas Jepang (~2020). Dosen-dosen China tersebut tinggal di Jepang dan hanya pulang ke China ketika dibutuhkan saja. Dengan cara yang sama, banyak dosen-dosen Eropa bertebaran tidak di negaranya (sesama Uni Eropa) dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihan kampus papan atas Uni Eropa untuk mendongkrak reputasi universitas Uni Eropa lainnya.

Keterbatasan Untuk Dosen PNS

Ada keterbatasan PNS (atau dosen yang berstatus sebagai PNS). Keterbatasan rangkap jabatann tersebut seperi yang didiskusikan di sini: https://www.hukumonline.com/klinik/a/hukumnya-rangkap-menjadi-asn-sekaligus-pegawai-swasta-lt5ed13c19b8117. Diperlukan usaha ekstra untuk mewujudkan dual afiliasi sebagai dosen PNS dan praktisi di tempat lain (atau peneliti di institusi lain).


p.s.: Saat ini saya dual afiliasi, namun bukan sebagai pekerja tetap di salah satu instansinya. Cita-cita saya adalah menjadi staf tetap (long-term) di dua institusi, akademik dan universitas luar negeri atau industri/institusi riset.

Wednesday, January 04, 2023

Tools for Academic Writing in 2023

When writing a scientific paper, I use several tools below to boost and speed up my writing process. Hence, I only need two weeks to a month to complete the first version of my manuscript (after the experiment has been conducted). Two tools are paid: Copilot and Grammarly. Before going down to the list below, you may also be interested in my resources for academic writing - word concordance [1]. For last year's tool (2022), specializing on both research and paper writing instead of paper writing only, you can check it here [2].

  1. Mendeley (the old desktop version, not the new reference manager, to create a BIB file automatically)
  2. Grammarly (vscode plugin)
  3. Latex Workshop (vscode plugin)
  4. Copilot (vscode plugin)
  5. ChatGPT (to ask questions)
By using these tools, I DON'T need to:
  • Create bibliography manually
  • Sometimes, write all sentences in paragraphs since Copilot will do it.
  • Check the grammar manually.
  • Create Table, Figure, and Equation manually in Latex (thanks to Latex Workshop).
Other tools (unexplored well, in progress for adaptation)
  1. https://www.explainpaper.com (tool to explain any hard-to-understand terms/sentences in a paper)
  2. https://elicit.org/ (like ChatGPT, but with reference)
  3. LTeX – LanguageTool grammar/spell checking (alternative to Grammarly, free)

Reference
[1] http://bagustris.blogspot.com/2020/07/resources-for-academic-writing-word.html
[2] https://bagustris.blogspot.com/2023/01/tools-i-used-for-accelerating-science.html

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...