Friday, January 18, 2019

Merobohkan penghalang dalam "menulis"

Sebetulnya saya ingin membaca sebuah buku "How to Write a lot: A practical guide to productive academic writing", tapi setelah saya cari cari-cari di perpus tidak ketemu (padahal saya cek di web ada: "borrowable" dan "in place"). Saya baca versi ebooknya, tidak puas. Dari googling, saya menemukan seseorang sudah meresumenya. Berikut adalah terjemahan bebas saya atas resume tersebut.
  1. Penghalang #1: "Saya tidak punya waktu untuk menulis"
  2. Solusi: Alokasikan waktu menulis, sediakan dan jadwalkan waktu tersebut.
  3. Penghalang #2: "Saya butuh membaca lebih banyak, menganalisa tulisan orang lain, dll untuk menulis"
  4. Solusi: Lakukan sekarang juga dan tulislah hasil bacaanmu dan analisamu, langsung setelah itu.
  5. Penghalang #3: "(Kayaknya) Saya butuh laptop baru ..."
  6. Solusi: Tidak, kamu tidak butuh laptop baru. Tulisan ini ditulis dengan laptop produksi 6 tahun yang lalu.
  7. Penghalang #4: "Saya tidak punya inspirasi untuk menulis"
  8. Solusi: Kamu tidak perlu menunggu inspirasi datang, cukup duduk, tulis. Gerakkan tanganmu di atas tuts keyboard, tulis.
  9. Penghalang #5: "Saya tidak punya motivasi (untuk menulis)"
  10. Solusi:


    A post shared by Bagus Tris Atmaja (@bagustris) on
That's all! Penghalang ke #5 di atas bukan dari buku, tapi dari saya sendiri. Selamat menulis!

Wednesday, January 16, 2019

Ketidaklinearan sistem pendengaran [6]

Catatan kuliah "Human perceptual model and its system", pertemuan ke-6.

Telinga manusia merupakan sistem yang tidak linear. Apa buktinya? Fakta berikut merupakan beberapa bukti ketidaklinearan sistem pendengaran manusia. Meskipun ada beberapa bukti kelinearan pada fenomena berikut (misalnya emisi spontan pada otoakustik), dengan menggunakan sifat ketidaklinearan fenomena tersebut justru menjadikannya masuk akal.

Respon basilar membrane (pemilihan frekuensi)

Pemilihan frekuensi: Kemampuan telinga untuk memisahkan komponen frekuensi dari suara kompleks. Basilar membrane hanya bergetar pada tempat/lokasi dimana frekuensinya sama (resonansi). Seperti diketahui sebelumnya, respon frekuensi pada basilar membrane berjalan dari frekuensi tinggi (base) menuju frekuensi rendah (apex). Response basilar membrane merupakan filter dimana fitter tersebut gabungan dari banyak bandpass filter. Karenanya filter auditori ini disebut filterbank.

Respone basilar membrane ini tidak liner. Dilihat dari skala yang digunakan (Bark dan ERB), keduanya menggunakan spasi logaritmik. Meski model auditory seperti gammatone masih menggunakan filter linear, namun model yang lain seperti double-resonance nonlinear (DRNL) menggunakan konsep nonlinear yang memberikan hasil yang lebih bagus daripada filter linear.

Contoh skala bark yang diturunkan dari konsep critical band (Zwicker model) seperti terlihat pada gambar di bawah. Perlu diingat bahwa skala yang lain, yakni ERB-rate, lebih banyak dipakai karena hasilnya cocok baik dari eksperimen psikoakustik maupun psikologi.
Auditori filter dalam frekuensi Bark

Wednesday, January 09, 2019

Fisiologi dari peripheral auditori dan pemodelannya [5]

Catatan kuliah human perceptual system and its model, pertemuan kelima, kelanjutan kuliah sebelumnya.

Sistem auditori merupakan sistem pemrosesan aktif, otak  turut andil dalam memproses gelombang mekanik suara menjadi sinyal nerve. Otak bisa menambah dan mengurangi gain dalam sistem auditori.

Mekanika kontrol otak ke sistem pendengaran tersebut juga meliputi  kemampuan otak untuk mengendalikan hair cell, artinya sistem efferent (dari otak ke peripheral) bisa mengontrol ketidak-linearan sistem pendengaran.

Lagi, bagian-bagian telinga dapat dipecah sebagai berikut:
Anatomi manusia (dimodifikasi dari Wikipedia)

Sunday, January 06, 2019

Analisa sinyal (suara) dan teknik sintesis [4]

Ini adalah catatan kuliah Human perceptual system and its model, pertemuan ke-4.

Suara yang dihasilkan microphone bukan murni suara kita, namun suara kita dikalikan dengan respon microphone (yang tidak flat).

Bagaimana menganalisa sinyal (suara)?
1. Pendekatan non-parameterik
2. Pendekatan parametrik

Analisa Non-parametrik

Untuk mendapatkan sinyal target digunakan metode tanpa mengasumsikan model tertentu.
Contoh:
$$Y(z) = H(z)X(z) + N(z)$$

Contoh dalam analisa suara:
- short term autocorrelation analysis
- short term spectral analysis
- cepstrum analysis
- band pass filter bank
- zero cross analysis

Friday, January 04, 2019

Pentingnya intuisi dalam memahami persamaan matematika: Teorema Bayes

Intuisi dari sebuah persamaan Matematika sangat penting, tanpanya kita tidak bisa memahami sebuah fenomena melalui sebuah rumus. Contohnya adalah hukum Newton, F = ma. Gaya yang sama yang dikenakan pada masa yang berbeda akan menghasilkan percepatan yang berbeda (Dosen saya dulu mengajarkannya, a = F/m, bukan F = m.a). Gaya yang sama diberikan pada bola akan menghasilkan percepatan yang besar, namun tidak pada sebuah mobil. Perhatikan gambar di bawah ini.


Kali ini bukan Hukum Newton yang kita bahas, melainkan Bayes rule, Teorema Bayes.

Teorema Bayes

Teorema Bayes merupakan formulasi "tingkat kepercayaan" terhadap probabilitas suatu event berdasar pengetahuan sebelumnya. Teorema Bayes dirumuskan sebagai berikut,

$$ P\left( W \middle| O \right) = \frac{P\left( O \middle| W \right)P\left( W \right)}{P(O)} $$

Untuk memahami persamaan di atas, perhatikan sebuah contoh berikut. Pada suatu populasi, 1% penduduknya adalah musisi sedangkan 10% dari total populasi adalah kidal. Sebuah survey terbaru menyatakan bahwa 60% musisi adalah kidal. Berapa probailitas bayi yang baru lahir yang kidal akan menjadi musisi?

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...