Hampir tiga tahun saya disini, begitu banyak pengalaman berharga saya dapat, berbagai permasalahan hidup datang dan pergi silih berganti, dan beberapa bulan lalu saya telah mengambil keputusan: saya harus pulang secepatnya. Gayung pun bersambut, ada tawaran kerja dari Indonesia yang langsung saya iyakan, sementara perusahaan saya disini meminta tambahan waktu beberapa bulan lagi agar saya mau bertahan disini. Saya menyanggupinya sampai Juni 2014, bulan ini.
Hampir tiga tahun yang lalu saya mengawali petualangan di negeri Sakura ini.
Mendarat untuk pertama kalinya di Fukuoka airport, kemudian bertolak ke Kumamoto. Disana saya menghabiskan kurang lebih 6 bulan waktu saya di Kumamoto daigaku, mengerjakan tesis S2 saya. Seharusnya saya berada di kota itu selama setahun, namun karena tesis sudah selesai dan saya mendapatkan tawaran kerja di propinsi Mie, saya memutuskan untuk menyudahi beasiswa yang diberikan oleh JASSO kepada saya dan pergi ke Mie-ken untuk melanjutkan hidup dengan bekerja di industri otomotif.
Disinilah saya, sebuah kota bernama Kameyama (Kame=kura-kura, Yama=Gunung) di propinsi Mie, hidup selama dua tahun tiga bulan. Kota yang jauh dari hingar-bingar perkotaan. Beneran, kota kecamatan semisal Maospati di Magetan lebih ramai dari kota Kameyama ini. Ketika malam menjelang, kira-kira jam 7-an, kota ini seperti kota mati tak berpenghuni.
Awalnya saya sangat kesepian disini, alhamdulillah akhirnya lahir komunitas
Keluarga Muslim Indonesia Mie (KMI Mie), tempat dimana saya menemukan keluarga sekaligus mengasah seni berkomunitas.