Thursday, December 01, 2016

Diklat Prajab: Lessons Learned

Tiga minggu ini saya mengikuti diklat prajab, mengimplementasikan apa yang saya dapatkan selama dua minggu kedepan, dan mempresentasikannya pada minggu kelima dari total durasi waktu. Jadi formatnya, tiga minggu on, 2 minggu off, dan presentasi laporan diakhir minggu ke-5 tsb. Apa yang saya dapatkan selama tiga minggu ini? apa yang akan saya lakukan selama dua minggu kedepan? Apa yang akan saya presentasikan sebagai laporan akhir? Tulisan ini dibagi menjadi 5 section: Pendahuluan, Routine Yes Supersitions No, ANEKA, Review dan Attachment

Foto bersama Widyaiswara, Gol 3, Angkatan 22 Balai Diklat Prov. Jateng

Pendahuluan

First of first, ini konsep saya memilih pekerjaan: Menjadi peneliti itu impian, menjadi pns/asn itu pilihan --> impian harus diraih, pilihan boleh dipilih. Dan saya sudah memilihnya. Sebagai konsekuensi logis dari abdi negara, saya harus mengikuti serangkaian diklat untuk menghilangkan huruf "C" dari jabatan cpns saya. Realistis.

Routines yes, superstitions no.

Ini mungkin adalah manfaat terbesar saya mengikuti diklat ini: membiasakan rutinitas (yang baik), membentuk pola (hidup). Manfaat terbesar tinggal di asrama adalah membiasakan rutinitas: bangun jam 3 pagi, olahraga jam 4, sarapan jam 7, makan siang jam 12, makan malam jam 19, dan tidur sekitar jam 22.00 WIB. Impact nya: sehat, disiplin waktu dan... keteraturan hidup. Rutinitas ini persis seperti yang saya alami sekitar 12 tahun yang lalu, saat saya nyantri di Pesantren Darul Ulum Jombang. Hal tersulit adalah tetap membiasakan rutinitas ini selepas diklat. InsyaAllah, komitmen harus dijalankan, jikalau tidak bisa sama dengan rutinitas ketika mengikuti diklat ini, paling tidak mendekati (minus apel pagi dan sore...:D ).


Aneka (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Anti Korupsi)


Ethics, itulah sebenarnya yang ingin disampaikan pemerintah (melalui lembaga administrasi negara, LAN) pada diklat prajab ini yang terangkum dalam ANEKA. Simply speaking, menurut saya akuntabilitas berkaitan dengan pertanggungjawaban, nasionalisme berkaitan dengan cinta tanah air, etika publik berkaitan dengan kode etik (baik sebagai ASN dan dosen), dan anti korupsi berkaitan dengan pemberantasan korupsi. Lebih detail, anda bisa cek modul pada tiap nilai-nilai dasar diatas yang langsung merefer sumber aslinya dari Lembaga Administrasi negara. Dengan bahasa lain yang sederhana, anda bisa melihat penjelasan saya tentang nilai-nilai dasar profesi PNS tsb pada bagian attachment di akhir halaman ini.

Review

Alhamdulillah, saya telah diberi beberapa kesempatan untuk mengikuti diklat, workshop dan sejenisnya baik di dalam negeri maupun di LN: Jepang, Malaysia, Italia. Jika saya bandingkan, diklat prajabatan ini sungguh menarik, baik, dan penting untuk calon ASN/PNS. 
  • Jika boleh (dan sepertinya tidak mungkin), saya mendambakan diklat seperti ini hanya dengan memakai t-shirt dan celana saja (seperti ketika mengikuti workshop di LN). Jikalaupun tidak, maka tidak perlu diharuskan memakai kemeja putih lengan panjang, sepatu pantofel, celana kain hitam disertai nameplate dan logo korpri. Apa esensinya? Toh, saat bekerja pun (dosen) juga tidak memakai seragam, yang penting rapi dan sopan. Fokus pada materi dan esensi diklat, bukan thethek bengek selain itu.
  • Latihan kedisplinan perlu, namun juga tak harus memakai jasa militer/polisi. Esensinya untuk membentuk pola dibutuhkan rutinitas dan keistiqomahan. Mengajak dengan cara yang baik akan lebih baik daripada dengan paksaan. Syukur-syukur kalau diajak (kalau ini boleh dipaksa) tahajud bareng, subuhan bareng dan dilanjutkan olahraga bareng.
  • Life is short, hereafter is eternal! Meaning that: kita harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam tempo hidup di dunia yang singkat ini. Orang lain bisa produktif dalam 10 menit; jangan sampai waktu diklat 3 minggu + 2 minggu + 1 minggu itu terbuang sia-sia tanpa manfaat. Pengalaman saya: waktu diklat kurang termanfaatkan secara maksimal.
  • Tidak semua seharusnya lulus, termasuk saya. Di akhir diklat di adakan tes untuk mengecek serapan materi diklat oleh peserta diklat. Yang saya lihat, tes hanya formalitas saja. Tes seharusnya digunakan untuk mengetes: mana yang layak lulus dan mana yang tidak lulus. Yang tidak layak bisa mengulang kembali. Konsep ini juga penting agar peserta diklat mengikuti diklat dengan sungguh-sungguh.

Attachment


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...