Beberapa prinsip tersebut adalah sebagai berikut. Tulisan dalam bentuk miring, seperti ini, adalah perbaikan dari contoh dengan menerapkan prinsip yang disebutkan.
1. Semakin pendek kalimat, semakin mudah dipahami.
Tulisan yang pendek lebih mudah dipahami daripada tulisan yang panjang; kalimat yang pendek lebih mudah dipahami daripada kalimat yang panjang. Singkatnya, otak kita akan lebih cepat memproses kata antar kata dalam satu kalimat, kalimat antar kalimat dalam satu paragraf. Bandingkan dua paragraf berikut.
Terminologi "kontinyu" pada tulisan ini mengacu pada kontinuitas waktu, bukan pada kontinuitas dimensi, seperti halnya sinyal analog yang memiliki semua nilai pada rentang waktu tertentu. Terminologi kontinyu juga ada pada pembagian emosi, yakni emosi berdasarkan kategori dan emosi berdasarkan dimensi yang sering disebut juga emosi kontinyu. Meski definisi emosi kontinyu juga dipakai pada tulisan ini, terminologi 'kontinyu" pada judul tulisan ini merepresentasikan emosi dalam domain waktu singkat, bukan mereprentasikan kontinuitas nilai emosi pada ruang dua atau tiga dimensi.
Terminologi "kontinyu" pada judul tulisan ini mengacu pada domain waktu. Selain domain waktu, terminologi kontinyu juga diaplikasikan pada ruang tiga dimensi emosi. Pada ruang tersebut, emosi memiliki nilai pada ruang tertentu. Kontinuitas emosi pada domain waktu menjadi bahasan utama selain kontinuitas nilai emosi pada dimensi ruang.
Bandingkan paragraf pertama dengan kedua. Paragraf pertama berisi tiga kalimat dengan 78 kata sedang paragraf kedua berisi empat kalimat dengan 46 kata. Selain lebih singkat, paragraf kedua lebih mudah dipahami, bukan?
2. Semakin tidak kompleks tulisan, semakin mudah dipahami. Kompleksitas sebuat tulisan (kalimat) dapat diukur dari banyaknya tanda baca koma dan titik koma. Contohnya adalah sebagai berikut.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kinerja AC, namun pada artikel ini hanya difokuskan pada penggunaan energi panas bumi.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kinerja AC. Tulisan ini hanya difokuskan pada penggunaan energi panas bumi.
3. Eksplisit lebih baik daripada implisit.
Perhatikan contoh berikut.
Banyak sumber energi lain yang dapat dipakai untuk meningkatkan kinerja AC.
Energi angin, panas bumi, dan cahaya matahari dapat dipakai untuk meningkatkan kinerja AC.
Bab ini berisi penjelasan tentang X dan Y serta hubungannya satu sama lain.
Bab ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan X dan Y.
Contoh kedua di atas yang ditulis tebal disebut juga sebagai signpost dalam tata tulis bahasa Inggris. Signpost ini sangat berguna bagi pembaca untuk memberitahu mereka secara eksplisit apa yang sedang mereka baca. Selain signpost, cara lain untuk memberitahukan secara eksplisit maksud suatu kalimat adalah dengan kata-kata transisi. Misalnya: "Selanjutnya akan dipaparkan XXX", "..., dapat disimpulkan bahwa ... ", "Kontribusi artikel ini adalah sebagai berikut, ...".
4. Satu paragraf berisi satu ide pokok (di awal kalimat/kalimat topik); satu kalimat hanya berisi satu ide.
Satu paragraf hanya berisi satu kalimat topik. Kalimat ini biasanya, dan sangat disarankan, berada di awal paragraf. Kalimat topik pada penulisan akademik berisi statemen thesis. Kalimat-kalimat selanjutnya dalam paragraf tersebut mendukung kalimat topik. Tidak bertentangan ataupun tidak berhubungan dengan kalimat topik. Prinsip ini disebut kesatuan (unity).
Sebagaimana paragraf, satu artikel hendaknya hanya berisi satu ide atau konsep yang ingin dijelaskan. Satu konsep sebagai konsep utama tersebut ditunjang oleh beberapa sub-konsep yang mendukun konsep utama. Konsep utama harus tergambar dalam judul. Sub-konsep sub-konsep pendukungnya bisa berupa seksi (section) yang ditulis dalam heading 1, 2, .. dst. Dengan demikian alur tulisan akan lebih mudah dipahami.
5. Koheren, konsisten dan logis (sound)
Koheren dapat diartikan bahwa antar kalimat dalam satu paragraf memiliki hubungan semantik antarunsur kebahasaan. Hubungan ini biasanya ditandakan dengan kesamaan kata; kata di (akhir) satu kalimat dipakai lagi di (awal) kalimat berikutnya. Koherensi membuat paragraf mudah dimengerti oleh pembaca. Koheren membutuhkan kohesi: hubungan antaralinea bersifat padu [1]. Kohesi ini dapat dibantu dengan kata-kata transisi dan kata-kata penunjuk arah (signpost).
Konsisten dalam penulisan adalah pemakaian istilah, singkatan, dan tanda-tanda yang bersifat tetap [1] sedangkan logis adalah benar baik struktur (sintaks) dan kontennya. Konsisten membantu pembaca untuk lebih mudah memahami isi artikel; pembaca tidak perlu berpikir dua kali untuk arti dari kata yang sama. Perhatikan contoh berikut.
Model A memiliki 23 input dan 3 output. Sistem tersebut tersusun atas 3 lapis jaringan LSTM satu arah. Arsitektur ini diadopsi dari [x] yang terbukti memberikan hasil yang baik untuk sistem pengenalan suara. Dengan ide yang serupa, penggunaan sistem tersebut untuk pengenalan emosi dari suara manusia mungkin akan memberikan hasil yang lebih baik dari sistem yang ada saat ini.
Contoh di atas menggunakan kata-kata yang tidak konsisten. Model, sistem, dan arsitektur adalah kata-kata yang berbeda untuk menunjukkan arti yang sama. Cara ini akan menyulitkan pembaca memahamai tulisan tersebut. Paragraf diatas akan lebih mudah dipahami jika menggunakan kata yang sama, misal "model". Konsistensi membantu mempermudah pemahaman, sebagaimana koherensi dan logika.
Perbedaan dengan penulisan dalam bahasa Inggris
Ada beberapa perbedaan antara penulisan artikel ilmiah dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Diantaranya adalah dua hal berikut ini.- Pada Bahasa Inggris kalimat verbal lebih mudah dipahami daripada kalimat nominal; pada bahasa Indonesia prinsip ini tidak perlu berlaku mutlak. Kalimat nominal kadang lebih mudah dipahami.
- Pada Bahasa Inggris, kalimat aktif lebih mudah dipahami daripada kalimat pasif. Prinsip ini juga tidak perlu pada artikel berbahasa Indonesia. Kalimat pasif sering lebih mudah dipahami seperti dalam kalimat ini.
Penutup
Dalam tulisan ini, saya berargumen bahwa ada beberapa prinsip (dalam hal ini lima) yang sangat penting agar sebuah artikel ilmiah populer dapat dipahami dengan mudah. Meskipun ditujukan untuk artikel ilmiah populer, bukan tidak mungkin prinsip-prinsip tersebut dapat diaplikasikan pada artikel jenis lain untuk tujuan yang sama: agar tulisan mudah dipahami pembaca.Referensi:
[1] RM Wibowo, 2013, "Cermat Menulis dalam Bahasa Indonesia", Yogyakarta: A.com Advertising.