Thursday, June 20, 2024

Perangkat AI yang saya gunakan untuk riset (pengodean)

Beberapa perangkat berikut saya gunakan secara masif satu tahun terakhir ini untuk riset, yakni untuk pengodean (coding). Urutan perangkat AI di bawah ini saya susun berdasarkan prioritas, mana yang paling penting saya urutkan paling atas.


1. Cody.dev

Saya menggunakan cody.dev versi berbayar (USD 9/bulan). Perangkat ini sangat efektif untuk mencari bug, code completion, dan chat tentang kode-kode kita. Fitur utamanya, Cody bisa membaca codebase kita (sampai 15 file) dan menggunakan LLM, paling ampuh Claude 3 Opus, untuk menjelaskan, menyarankan, dan mengedit code secara otomatis. Selain versi VS Code-nya, saya juga menggunakan versi web-chat van search-nya di sourcegraph.com.


2. Github copilot

Perangkat ini adalah perangkat AI pertama yang saya gunakan dan sangat fungsional (meski kalah dari Cody). Saya menggunakan code completion dan chatnya (kadang-kadang). Perangkat ini secara intensif saya gunakan sebelum menggunakan Cody dengan bantuan email kampus untuk registrasi.


3. Cursor.sh

Cursor adalah fork dari vscode yang dikhususkan untuk AI. Fitur utamanya adalah copilot++ yang lebih handal dari Github Copilot dan juga bisa membaca codebase seperti Cody namun lebih pintar (lebih solutif dibanding Cody). Kelemahannya adalah biaya yang lebih mahal dan kuota terbatas LLM Claude 3 Opus (10 limit perhari untuk versi berbayarnya, 20 USD/bulan). Saya menggunakan versi gratisnya. Tips: untuk membuat alias "code" ke "cursor" untuk terminal Cursor, ikuti arahan di issue ini.


4. Deepseek Coder

DeepSeek Coder adalah LLM khusus untuk pengodean gratis dan opensource. Saya menggunakan versi webnya. DeepSeek Coder, jika tanpa codebase (hanya satu kasus saja), akan menghasilkan hasil terbaik sepengalaman saya (mengalahkan Claude Opus).


5. Ollama

Ollama adalah platform untuk menggunakan LLM secara offline. Perangkat ini sangat bermanfaat ketika tidak bisa koneksi internet. Kelemahannya, butuh spek komputer yang tinggi (RAM ideal minimal 16GB dan CPU/GPU modern).


Kehadiran LLM (large language model) spt GPT-4 membuat riset menjadi berbeda. Sebelum adanya LLM (large-language model, seperti ChatGPT, Claude Opus, dll), saya membagi waktu kerja saya menjadi 2, riset dan menulis (proses/hasil riset). Masing-masing porsinya 50:50. Setelah adanya LLM, porsinya berubah, menjadi sekitar 65:35. Lebih banyak risetnya ketimbang menulisnya. Kenapa? Karena masalah yang dulu banyak ditemui ketika riset bisa diselesaikan dengan bantuan  LLM (kebanyakan masalah algoritma, koding, percepatan waktu komputasi). Hasilnya, riset saya lebih produktif tapi tulisannya saya (pertahun) lebih sedikit. Semoga tahun depan bisa lebih banyak porsi untuk menulis kembali.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...