Monday, August 18, 2008

Brainwave Synchronization

Otak manusia diketahui menghasilkan gelombang-gelombang tertentu pada saat-saat tertentu pula. Otak kita terdiri dari milyaran neuron yang saling berhubungan satu sama lain. Kombinasi dari berjuta-juta neuron ini menghasilkan aktivitas elektrik yang sangat besar di dalam otak, yang dapat didekteksi dengan menggunakan peralatan kedokteran yang sangat sensitif (seperti EEG). Aktivitas elektrik hasil dari kombinasi neuron ini disebut dengan pola gelombang otak.

Pola gelombang otak akan berubah sesuai dengan apa yang dilakukan oleh orang tersebut, sebagai contoh pola gelombang otak orang yang sedang tidur sangat berbeda dengan pola gelombang otak orang yang sedang terjaga. Pola gelombang otak ini juga dapat dipengaruhi oleh rangsang dari luar yakni dari indera pendengaran, telinga. Telinga menerima input berupa suara dengan rentang frekuensi tertentu. Oleh Bassilar Membran frekuensi ini dipecah-pecah berdasarkan tingkatannya dari frekuensi rendah sampai frekuensi tinggi. Frekuensi yang diteruskan ke otak adalah fekuensi tengah (center frequency). Otak kemudian merespon dengan memberikan frekuensi yang sama, hal inilah yang disebut sinkronisasi gelombang otak (brainwave synchronization). Apabila gelombang suara yang masuk ke otak dapat diatur pada frekuensi tertentu, maka gelombang yag dihasilkan oleh otak pun juga pada frekuensi itu atau mendekati frekuensi tersebut.
Frekuensi gelombang otak diukur dalam satuan Hertz (Hz) atau perputaran per detik (cps). Berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli ada 4 pola gelombang otak manusia dimana setiap polanya membentuk kondisi mental yang berbeda. Gelombang-gelombang tersebut terdiri atas gelombang alfa, beta, teta dan delta.

Electroencephalography adalah eksplorasi neurofisiologi dari aktivitas elektrik pada otak dengan meletakkan elektroda pada kulit kepala. Hasil pelacakan dikenal sebagai electroencephalogram (EEG) yang merepresentasikan gelombang otak. Biasanya peranti ini digunakan untuk melihat kerusakan otak, penyakit epilepsi, dan kini mengukur libido seseorang. EEG juga dapat digunakan untuk membantu tipe pencitraan otak lainnya. Para ahli menggunakan EEG guna merekam gelombang otak selama pengujian. Cara ini pertama kali dikenalkan oleh Hans Berger pada 1929.


Perekaman gelombang dilakukan dengan menempatkan elektroda pada kulit kepala. Biasanya kulit kepala yang tergores luka dibalur gel untuk mengurangi impendansi. Setiap elektroda terhubung menuju masukan (input) dari setiap amplifier yang berbeda (satu amplifier untuk sepasang elektroda). Amplifier mengamplifikasi tegangan antarelektroda (1.000-100 ribu kali, atau 60-90 dB tambahan tegangan). Hasil perekaman akan muncul pada layar monitor komputer.


Tipe Gelombang yang dihasilkan oleh otak berdasarkan hasil Electroencephalography :
• Alfa: Rentang frekuensi 8,5-12 Hz. Irama gelombang alfa dapat terdeteksi dengan baik saat mata dipejamkan atau saat mengantuk. Pada dasarnya gelombang ini berhubungan dengan relaksasi dan gerbang awal kreatifitas

Gambar 2.1 Bentuk Gelombang Alpha

• Beta: Frekuensi di atas 12 Hz. Gelombang jenis ini tidak teratur. Amplitudo rendah dari gelombang beta terkait dengan keaktifan, kesibukan, atau kegelisahan berpikir serta aktifnya konsentrasi. Irama gelombang beta terkait dengan efek patologi dan obat. Pada dasarnya gelombang ini berhubungan dengan konsenstrasi penuh.

Gambar 2.2 Bentuk Gelombang Beta

• Delta: Rentang frekuensi hingga 4 Hz. Dapat terbangkitkan saat tertidur pulas. Atau pada dasarnya gelombang ini berhubungan dengan tidur lelap.
Gambar 2.3 Bentuk Gelombang Delta

• Teta: Rentang frekuensi 4,5-8 Hz. Berhubungan dengan perasaan mengantuk, masa kanak-kanak, masa remaja, dan awal-awal masa dewasa. Gelombang teta dapat muncul selama dalam keadaan tak sadarkan diri, saat tertidur lelap, bermimpi, atau sesaat sebelum tidur. Pengendalian meditasi atau yoga juga dapat menghasilkan gelombang teta. Atau secara kasar gelombang ini berhubungan dengan twilight state yang biasanya kita alami pada saat kita hampir tertidur dan berhubungan juga intuisi dan kreatifitas.
Gambar 2.4 Bentuk Gelombang Theta

Dengan merekayasa sinyal akustik yang masuk ke kedua telinga maka dapat ditentukan sinyal yang masuk ke otak. Misalnya telinga kiri diberi input 400 hz sedang telinga kanan diberi input 407 Hz, maka sinyal yang masuk ke otak adalah resultannya yakni sinyal 7 hz yang merupakan gelombang theta yang baik untuk relaksasi.


Referensi:
Bagus Tris A, dkk. 2006. IMPLEMENTASI EFEK PSIKOAKUSTIK: BRAINWAVE SYNCHRONIZATION UNTUK MENGOPTIMALKAN KEMAMPUAN BERPIKIR PESERTA DIDIK (LKTM ITS 2006)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...