Dari 2000-an universitas di berbagai negara Muslim hanya sedikit yang masuk dalam top 500 universities in the world. Itupun cuma nangkring di peringkat 400-500. Jumlah publikasi ilmiah yang berasal dari dunia Muslim hanya 1,1% dari total publikasi ilmiah yang dihasilkan para ilmuan dari seluruh dunia. Pada tahun 1999, hanya 134 paten yang terdaftar di seluruh negara-negara Muslim. Sangat jauh dibandingkan dengan 3.076 paten yang teregistrasi di Israel. Semakin lengkap dengan rendahnya frekuensi kutipan atas artikel-artikel ilmiah (per satu juta orang) yang cuma 0,02 di Mesir, 0,07 di Arab Saudi, 0,01 di Aljazair, dan 0,53 di Kuwait. Sementara Israel mampu meraih angka 38, Amerika Serikat menembus 43, dan Swiss melejit dengan capaian 80.
Fakta di atas disampaikan oleh Prof. Nidhal Guessoum, seorang astrofisika muslim lulusan University of California San Diego USA dalam “The First International Conference on Knowledge and Values” yang diselenggarakan oleh CRCS UGM, ICRS bersama Panitia Dies Natalis UGM ke 62 di Auditorium Gedung Lengkung Sekolah Pascasarjana UGM pada hari Jum’at 16 Desember 2011.
Bagi Prof. Nidhal, kondisi ini sungguh ironis jika kita sandingkan dengan seruan-seruan teologis Islam yang begitu bersemangat mengajak umatnya untuk menuntut ilmu, seperti: “Tinta seorang sarjana lebih suci daripada darah syuhada”, “Tuhan menaruh (di luar sana) obat untuk setiap penyakit yang Ia ciptakan”, “Kontemplasi satu jam (atau studi) tentang alam lebih baik daripada beribadah selama setahun, ”Carilah pengetahuan hingga ke negeri China!”. Semakin menyedihkan apabila kita memutar bandul sejarah ke belakang. “Al Biruni telah mengadopsi induksi sebagai pendekatan yang valid untuk sains 2-3 abad sebelum dipopulerkan oleh Francis Bacon. Isaac Newton yang digadang-gadang sebagai bapak optik modern pun berdiri di atas pundak seorang jenius yang hidup 7 abad sebelumnya, Al-Hassan Ibn al-Haytham,” ungkap professor of Physics di American University of Sharjah (United Arab Emirates) ini. Belum lagi jika kita menyebut Al-Khwarizmi, Al-Battani, Ibn Sina, Al-Tusi, Ibn al-Shatir, Ibn Sahl, Omar Khayyam, Ibn al-Nafis, Ibn Yunus, Al-Zahrawi, Ibn al-Baytar, Ibn al-Banna, Al-Qushji, dan Al-Khafri.