Fisika Teknik adalah master key
-Prof. Adhiwijogo
Sejarah Fisika Teknik di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari Teknik Fisika ITB. Awalnya, Teknik Fisika ITB dibentuk untuk menjembatani sains dan teknik di Fakulteit Teknik Universitas Indonesia. Pada tahun 1950, Prof. Dr. Ir. A. Nawijn, seorang ahli fisika teknik (Natuurkundig Ingenieur) bangsa Belanda, ditunjuk untuk mengelola jurusan pendidikan teknik yang masih baru itu dengan nama Natuurkundig Ingenieur Afdeling. Pada tahun 1959 pendidikan teknik tersebut diberi nama Bagian Fisika Teknik yang tergabung dalam Departemen Fisika/Fisika Teknik, dengan ketua Prof.Ir. M.U. Adhiwijogo (SI ITB 1931-1935). Dalam waktu lima tahun, jumlah mahasiswa bagian Fisika Teknik berjumlah 25 orang. Setelah Belanda keluar dari Indonesia, masuklah Amerika dengan program Kencucky Contract Team. Bidang TF belum berkembang di Amerika saat itu sehingga di ITB pun TF tidak berkembang setelah dosen-dosen Belanda pulang ke negerinya. Satu-satunya dosen waktu itu adalah Prof. M. U. Adhiwijogo (Awalnya bernama Go Pok Oen) yang kemudian dibantu oleh pak Iskandar Danusugondho (FT ITB ‘51).
Prof. Adhiwijogo adalah insinyur sipil, namun kemudian selalu bekerja di Fisika Teknik. Latar belakang Prof. Adhiwijogo tampaknya mewarnai pengembangan Fisika Teknik. Prof Adhiwijogo mampu menyingkap aspek akustik, pencahayaan dan termal yang belum disentuh oleh Teknik Sipil. Dengan dukungan pak Iskandar Danu dan Pak R.M. Soegijanto, berkembanglah bidang keilmuan Fisika Bangunan dan Teknik Kondisi Lingkungan (TKL). Bidang tersebut bukan sekedar baru, tapi juga mampu menjawab persoalan keinsinyuran yang tidak dijawab oleh bidang keinsinyuran tradisional (teknik sipil, elektro dan mesin) pada waktu itu. Jadi, Fisika Bangunan dan TKL berada di forefront of engineering fields. Prof. Adhiwijogo meninggal pada tahun 1974.