Berpikir kritis, menurut definisi buku tersebut, adalah mengacu pada tiga dimensi seperti pada gambar di bawah ini. Ketiganya harus terpenuhi, dan untuk memenuhinya "menanyakan pertanyaan yang tepat" adalah kuncinya.
Manfaat Berpikir Kritis
Berpikir kritis bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan menulis dan berbicara karena akan menuntun anda ketika:
- Bereaksi kritis atas tulisan, baik di buku, website, jurnal maupun makalah.
- Menilai kualitas dari sebuah pemaparan (kuliah, presentasi, dll)
- Membentuk argumen
- Membuat essai
- Berpartisipasi pada diskusi (kelas, dll)
Prinsip Berpikir Kritis
Prinsip yang dimaksudkan disini adalah nilai, standar acuan. Lebih lengkapnya:Values are unstated ideas that people see as worthwhile.Dari definisi diatas, maka prinsip-prinsip berpikir kritis adalah sebagai berikut:
They provide standards of conduct by which we measure the quality of human behavior.
- Merdeka. Pemikiran anda tidak dikekang oleh siapapun dan apapun.
- Keingintahuan. Untuk 'mendulang emas' dalam hidup, anda harus mendengar dan membaca.
- Legowo. Bisa menerima perbedaan dan mengakui jika tidak tahu.
- Respek. Menghormati (pendapat) orang lain.
The right questions: Pertanyaan yang tepat
Menanyakan pertanyaan yang tepat adalah isi bab-bab dalam buku ini. Berikut adalah pertanyaan yang seharusnya mampu dijawab dan ditanyakan pada saat yang tepat oleh seorang pemikir kritis.1. Apa masalahnya dan kesimpulannya
Permasalahan (issue) adalah pertanyaan atau kontroversi atas apa yang didiskusikan. Permasalahan dibagi menjadi dua:
- Permasalahan deskriptif: menimbulkan pertanyaan tentang akurasi dari sebuah penjelasan masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. (contoh: apakah desain trotoar di Surabaya sudah sesuai untuk kenyamanan pejalan kaki?)
- Permasalahan preskriptif: menimbulkan pertanyaan tentang apa yang seharusnya kita lakukan, atau apa yang salah, baik, atau buruk. (contoh: seharusnya kita melarang perdagangan rokok)
- Contoh
- Statistik
- Definisi
- Informasi latar belakang
- Bukti (evidence)
2. Apa alasannya
Tiga elemen argumen:
- Permasalahan
- Alasan
- Kesimpulan
Alasan + Kesimpulan = ArgumenAlasan adalah penjelasan atau dasar kenapa kita mempercayai kesimpulan. Alasan dan kesimpulan harus terhubung.
Contoh:
Setiap guru harus mengevaluasi muridnya, untuk mengetahui tingkat pemahaman dan kualitas dari apa yang diajarkannya.
Permasalahan = perlunya evaluasi
Alasan = untuk mengetahui tingkat pemahaman dan metode pengajaran
Kesimpulan = guru harus membuat evaluasi
3. Mana yang ambigu
Ambigu artinya memiliki lebih dari satu makna. Contoh: "Apakah kekerasan yang ditampilkan di TV mempengaruhi pemirsanya?" Ada ambiguituas di dalam pertanyaan tersebut, yakni pada kata kekerasan. Makna "kekerasan" mana yang dimaksud oleh penanya? Apakah kekerasan dalam liputan demo, acara smack down, atau kekerasan jenis lain? Begitu juga makna mempengaruhi. Jika pertanyaan tersebut diganti dengan "Apakah kekerasan yang ditampilkan di acara SmackDown mempengaruhi perilaku pemirsanya?" maka maksudnya akan menjadi lebih jelas.
Mengecek ambiguitas sangat penting untuk penalaran (reasoning), langkahnya adalah sebagai berikut:
- Lihat kata kuncinya
- Apakah kata tersebut didefinisikan
- Apakah ada kemungkinan definisi lain dari kata tersebut, jika diganti maknanya, akan mengakibatkan reaksi yang berbeda
- Mana dari kata/frase tersebut yang ambigu
4. Apa nilai konflik dan asumsinya
Nilai, seperti yang telah didefinisikan dalam bahasa Inggris sebelumnya, merupakan idea tak ternyatakan yang penting. Dalam sebuah konflik, harus ada nilai yang didiskusikan. Nilai ini biasanya dinyatakan dalam sebuah kata (benda), misal: kebebasan berfikir, otonomi, kenyamanan, dll. Nilai konflik membedakannya dengan referensi lain. Nilai asumsi merupakan pilihan terhadap satu nilai dari nilai lain di dalam konteks asumsi tersebut. Asumsi ini kebanyakan tidak dinyatakan langsung, namun diasumsikan/dianggap melekat pada sebuah alasan. Sehingga
Alasan + Nilai Asumsi = KesimpulanContoh:
Ketika perpustakaan menolak peminjaman buku tentang PKI, maka mereka telah mengekang kebebasan berbicara. Perpustakaan seharusnya tidak melarang peminjaman buku tentang PKI.
5. Apa asumsi deskriptifnya
Asumsi deskriptif adalah kepercayaan tentang bagaimana kondisi saat ini/akan datang; asumsi preskriptif adalah kepercayaan bagaimana seharusnya.
Contoh: Karena mobil A telah sukses bertahun-tahun dalam penjualan, pemiliknya puas, dan tingkat kecelakaannya kecil, maka produksi mobil A harus dipertahankan.
Asumsi deskriptif menghubungkan alasan dengan kesimpulan, jika tidak terhubung maka kesimpulannya tidak bisa diterima.
6. Apakah ada kekeliruan dalam penalaran
Kekeliruan bisa terjadi dalam membangun argumen, sumber dan penyebab terjadinya kekeliruan berpikir bisa dibaca di sini dan di sini. Ketika alasan dalam sebuah argumen sudah diidentifikasi, perlu diselidiki apakah ada kekeliruan dalam alasan tersebut, baik sengaja atau tidak. Kekeliruan dalam penalaran menimbulkan tidak dapat diterimanya kesimpulan.
7. Seberapa kuat buktinya
Ketika alasan didukung sebuah bukti, maka seberapa kuat bukti tersebut. Bukti (evidence) ini bisa berupa:
- Intuisi
- Pengalaman pribadi
- Mengacu pada ahli
- Observasi pribadi
- Studi kasus
- Penelitian
- Analogi
Contoh bukti dari mengacu pada ahli: Kata dokter di desa saya, daun A sangat mujarab untuk mengobati kanker. Bukti tersebut harus diteliti, apakah dokter yang dimaksud ahli kanker dan ada bukti medisnya. Tingkat kesahihan bukti mendukung kesahihan kesimpulan.
8. Apakah ada penyebab lainnya
Penyebab saingan (rival cause) adalah alternatif penjelasan yang masuk akal dari sebuah kejadian. Misal telah terjadi peristiwa X, dan dinyatakan Y sebagai sumbernya. Apakah tidak ada sumber lain yang masuk akal? Ketika ada penyebab lain yang masuk akal, kita harus bisa menilai apakah penyebab yang diusulkan masuk akal dengan alasan yang diberikan.
9. Apakah statistiknya menipu/palsu
Statistik bisa digunakan untuk menipu. Contoh banyak iklan menggunakan kata-kata : 8 dari 10 wanita di X menggunakan produk ini. Darimana angka-angka tersebut didapat, apakah valid dan akurat? Statistik merupakan bukti yang kuat jika datanya benar, namun banyak orang menggunakan mengakali argumennya dengan statistik. Ada buku menarik membahas hal ini: Berbohong dengan Statistik.
10. Informasi signifikan apa yang diabaikan
Ketika pembuat argumen ingin mengajak pembaca/pendengarnya untuk mengerjakan sesuatu, dia meninggalkan informasi yang penting. Informasi ini berharga untuk menaksir kesimpulannya. Dalam informasi itu, apakah ada hal-hal yang diabaikan? Jika ya, dan terhubung dengan kesimpulan secara berkebalikan, maka kesimpulan tidak bisa diterima.
11. Kesimpulan apa yang mungkin masuk akal
Terakhir, setelah pengarang/pembicara memberikan kesimpulannya, kita harus bisa melihat apakah ada kesimpulan lain yang masuk akal. Jika ada kita tarik dengan alasan-alasannya. Jika alasan dan hubungannya dengan kesimpulan yang diberikan oleh pengarang lebih baik dan kuat, kita harus menerimanya. Begitu pula sebaliknya, juga untuk poin-poin sebelumnya.
Menanyakan ke-sebelas pertanyaan di atas kepada diri kita dan kepada pembicara/penulis, kemudian menganalisanya, adalah akah kunci dari pemikiran kritis.