Hari ini saya mendapat komplain dari guru bahasa Jepang saya. Seorang teman, ketika membalas email, tidak mengucapkan terima kasih. Padahal guru saya tersebut sudah mau mengajarinya bahasa Jepang, tanpa dibayar. Sensei berkata, impresinya terhadap teman saya ini kurang baik. Beliau bahkan menanyakan apa dia (teman saya tersebut) orang baik. Saya jawab tidak tahu, hanya kenal saja.
Dari sini saya belajar pentingnya mengucapkan terima kasih. Dalam kultur Jepang, ucapan terima kasih ini sangat penting dan sudah membudaya. Bahkan mereka mengatakannya dua kali untuk hal yang sama. Pertama saat ketika selesai ditolong. Kedua saat bertemu lagi, biasanya keesokan harinya atau di lain waktu.
Saya kemudian mengevaluasi diri, apakah saya sudah cukup mengatakan terima kasih. Kadang saya suka terlambat membalas email dari sensei, sampai sensei mengemail lagi apakah telah menerima email sebelumnya. Meski hanya email singkat, seperti "Terima kasih atas emailnya", hal ini sangat berarti. Untuk keharmonisan hubungan guru-murid dan teman kerja, di Jepang ucapan terima kasih merupakan hal yang dijunjung tinggi dan tidak boleh dilupakan.
Pun ketika kita membayar untuk sebuah jasa. Misal ketika naik angkutan umum, saya biasakan (dan memang itu biasa di Jepang) mengucapkan terima kasih (kepada sopir) saat turun dari angkutan tersebut. Terlebih ketika angkutan tersebut gratis. Juga ketika membeli sesuatu di toko, jangan lupa bilang terima kasih pada kasirnya. Kalau saat ditolong seseorang, ucapan terima kasih ini tak boleh lupa, seperti contoh curhatan sensei (guru) saya di atas. Berterima kasih dua kali juga lebih etis ketika kita mendapatkan pertolongan.
Syariatnya, kita berterima kasih kepada manusia. Hakikatnya, kita berterima kasih pada Tuhan, Allah SWT, Tuhan Semesta Alam.