Sebuah cerita dari perjalanan selama lima hari saat pulang ke Indonesia (Januari 2013).
Berangkat dari Kameyama-shi, selasa pagi pukul 04.30 JST, saya di jemput oleh Kokubu-san, kemudian kami ke rumah sachou (Pak Direktur) untuk menjemput sachou dan dilanjutkan ke Tsu Port, Ibukota propinsi Mie di Jepang. Kapal yang membawa kami dari Tsu Seaport ke Central Japan Airport, Chubu, berangkat tepat pukul 6.00. Selama kurang lebih sejam berada di kapal cepat, akhirnya kami mencapai Chubu airport.
Di Chubu air port, tiga moda transportasi disatukan: udara, laut dan darat. Begitu praktis dan efisiennya kehidupan di Jepang. Semuanya di desain untuk memudahkan hidup, bukan mempersusahnya. Inilah realiasi pajak yang saya bayar tiap bulannya di Negeri ini. Pemerintah (Jepang) pun melaksanakan tugasnya (memudahkan hidup rakyat) dengan cukup baik.
Dari Chubu, kami berangkat naik pesawat ke Narita sekitar pukul 8.30, dengan waktu perjalanan sekitar 40 menit. Sebelum jam 10 kami sudah mendarat di Narita, Tokyo. Dari terminal domestik Narita, kami oper (Jepang: norikae) dengan shuttle bis bandara menuju terminal 1, terminal international yang akan membawa kami ke Indonesia.
Jika pergi dari Jepang ke Indonesia, pilihan terbaik memang menggunakan Garuda, tanpa bermaksud promosi. Pengurusan visa (untuk warga negara asing seperti Jepang) bisa dilakukan setelah check in, sehingga kita tidak perlu mengurus visa on arrival ketika datang di Indonesia. Pesawat Garuda membawa kami meninggalkan Tokyo pukul 12.50 waktu setempat, dan kami tiba di Jakarta pukul 18.30 waktu setempat. Perjalanan ditempuh selama 6 jam termasuk perbedaan waktu antara Narita - Tokyo.
Satu hal agar kita tidak rugi selama naik pesawat adalah dengan memaksimalkan fasilitas yang ditawarkan pesawat. Tiga film saya tonton dalam rentang beda waktu 6 jam. Namun fasilitas lain sepertinya Garuda kalah dengan maskapai lain, seperti Korean Air. Dengan harga tiket yang tidak jauh beda, Korean Air menawarkan fasilitas lebih (per tahun 2013).
Pertama tujuan kami adalah Cikarang (setelah mendarat di Sukarno-Hatta AP), di sana kami tinggal selama tiga hari sebelum bertolak ke Madiun via Solo (Adi Sumarno AP). Dari Solo ke Madiun, dari Madiun ke Solo lagi untuk menemui LPK (lembaga pelatihan kerja), milik orang yang memperkenalkan diri sebagai seorang yang berdarah biru, di dekat stadion Manahan. Kemudian, kami balik ke Jakarta untuk ke Narita. Perjalanan lima hari yang melelahkan untuk mengobati kerinduan kepada orang tua dan negeri tercinta.