Showing posts with label rahasia sukses Jepang. Show all posts
Showing posts with label rahasia sukses Jepang. Show all posts

Sunday, December 29, 2013

Rahasia Sukses Jepang: Evolusi Sony Corp.

Bicara tentang industri elektronik, kita tidak bisa mengabaikan satu nama besar yang saat ini menguasai pangsa elektronik di hampir semua bidang, dari audio-visual hingga robot, satu nama yakni SONY.

Didirikan oleh Akio Morita dan Masaru Ibuka, Sony memulai usahanya dari titik nol dengan memasarkan transistor pertama, televisi berwarna pertama dan walkman pertama. Saat ini, perusahaan tersebut sedang di puncak kemajuan dengan memiliki cabang di semua negara dan di semua lini indusri elektronik, dari TV, game console, film, musik, kamera, laptop dan juga perbankan dan asuransi. Bagaimana Sony bisa mencapai hal itu hanya dalam dua generasi? Evolusi Sony, dari tataran filosofi hinggap prakteknya dalam menghasilkan produk berkualitas tinggi merupakan kunci kesuksesan Sony saat ini.

Slogan Sony saat ini: make.believe
Akio Morita, sang pendiri Sony menyukai golf, dia juga seorang pengagum musik Beethoven. Golf dan Beethoven, bagaimana cara menggabungkannya? Saat bermain golf dia ingin mendengarkan Symphony kesembilan. Jadilah Walkman sebagai solusinya. "Saya membutuhkan sebuah alat kecil dengan pengeras suara," kata Akio Morita pada anak didiknya.

Wednesday, October 30, 2013

Metodologi Penataan & Pemeliharaan Wilayah Kerja: 2S, 3S Atau 5S?

Dalam dunia industri, metodologi penataan dan pemeliharaan wilayah kerja (workplace organiation method) yang terkenal adalah dengan 5S, atau 3S. Selain semangat kerja yang tinggi, strategi pemeliharaan tempat kerja 5S ini juga menjadi kunci rahasia sukes Jepang. Terakhir, awal minggu ini, sachou (direktur) saya malah menjelaskan ada perusahaan besar yang hanya memakai 2S saja. Apa itu 5S, 3S atau 2S?

Toolbox yang disusun secara 5S (wikipedia)

5S merupakan singkatan dari seiri, seiton, seiso, seiketsu, shitsuke. Metode 5S 5S pertama kali diperkenalkan di Jepang sebagai suatu gerakan kebulatan tekad untuk mengadakan pemilahan (seiri), penataan (seiton), pembersihan (seiso), penjagaan kondisi yang mantap (seiketsu), dan penyadaran diri akan kebiasaan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik (shitsuke) [1, 2]. Baik 3S atau 2S juga mengambil dari 5S tersebut. Untuk lebih jelasnya, saya akan coba jelaskan satu persatu, termasuk dari definisi bahasanya.

Thursday, June 13, 2013

Rahasia Sukses Jepang: Ganbatte Kudasai!

Pertama kali melihat pola kerja orang jepang, saya terheran-heran. Ini bukan manusia, ini robot, pikirku saat itu. Di lain pihak saya berargumen, "mereka kan hidupnya hanya untuk kerja, tidak sholat, puasa, dll". Kerja 18 jam sehari pun bagi mereka tidak masalah. Sampai hari ini saya berfikir argumen saya itu benar, tapi saya coba menelaah ulang pikiran saya itu dengan mengamati kehidupan orang jepang di bidang lain, tidak hanya masalah pekerjaan.

Di hampir semua sisi kehidupan, orang jepang terbiasa rapi dan indah. Bagi mereka, segala sesuatu akan berjalan baik, bila sesuai dengan aturannya. Ya, orang jepang sangat patuh pada aturan, dan mereka sangat jarang (hampir tidak pernah) membengkokkan aturan tsb. Seiri, seiton seishou (3S): ringkas, rapi, resik (3R), itu prinsip dasar mereka. Dan prinsip itu mereka pakai di semua lini kehidupan. Itu salah satu rahasia sukses Jepang.

Namun, apa rahasia utama sukses Jepang? Ganbatte, menurut saya itulah jawabannya. Bila diartikan, bisa berarti "semangat" atau "do the best" (lakukan yang terbaik) dalam bahasa inggris.. Ketua tim saya hampir setiap hari mengatakan itu, ganbatte kudasai, ganbarre ne, ganbarimashou dan sejenisnya. Orang Jepang selalu melakukan semuanya dengan yang terbaik yang mereka bisa. Tak heran, bila sebuah pekerjaan yang dilakukan orang non-jepang dibutuhkan waktu satu jam untuk menyelesaikannya, orang jepang hanya butuh setengahnya saja, setengah jam, karena mereka melakukannya dengan penuh semangat. Bahkan, kepala pabrik saya, dengan langkah tertaih-tatih (karena sakit pinggang) dipaksakan datang ke pabrik untuk melihat kondisi pabriknya. Atau,  ketua tim saya yang sakit dan tak mampu berdiri, beliau juga masih sempat melakukan patroli mengecek anak buahnya. Saya jadi teringat Rasulullah, yang ketika itu harus dipapah untuk mengimami sholat. Sakit yang luar biasa pun beliau tahan, demi bertemu dengan sahabat-sahabatnya. Sebaliknya, saya juga teringat kawan saya di SD yang hanya karena hujan, dia tidak masuk sekolah. Apakah kita tidak bisa seperti itu?  

Harus bisa, pasti bisa, bismillah. Saat saya mendaki gunung Merapi 2009 silam, saya bertemu dengan orang bule dari portugal. Dia hanya butuh waktu 4 jam untuk sampai puncak dari hotel tempat dia menginap. Sedangkan kita pribumi, butuh waktu sekitar 6-8 jam untuk sampai ke puncak, itupun bila tidak ngecamp. Kalau mereka bisa, kenapa kita tidak? Ganbatte kudasai!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...