Rute dari Kameyama ke Osaka-Ibaraki dengan Kereta |
Peta Jepang |
http://www.bagustris.tk/2013/08/summer-vacation-part-ii-hikone-dan-tokyo.html
Ini pertama kalinya saya naik kereta JR Kansai Line ke Kyoto, meski dulu pernah dengan arah sebaliknya, Kyoto - Kameyama. Berdasarkan panduan di hyperdia, rute seharusnya adalah Kameyama – Tsuge – Kusatsu – Kyoto - Ibaraki. Dari Kameyama menuju Tsuge menggunakan kereta JR Kansai Line, kemudian oper dengan Kusatsu Line menuju Kusatsu. Nah, dari Kusatsu ternyata saya tidak perlu norikae (oper kereta) lagi di Kyoto, karena kereta Biwako line dari Kusatsu berubah menjadi JR Kyoto Line begitu sampai di stasiun Kyoto, kemudian juga berhenti di stasiun Ibaraki, propinsi Osaka.
Agenda pertama liburan musim panas ini adalah mengikuti dauroh natsu di Masjid Osaka-Ibaraki. Untuk menuju masjid tersebut, dari stasiun Ibaraki dapat menggunakan Bus nomor 92 atau 93. Bila menggunakan bus nomor 92 maka berhentinya di Shimizu Bus Stop, dan bila menggunakan bus nomor 93 maka berhentinya di Toyokawa Shinryoujou mau, dari kedua bus-stop tersebut bisa berjalan kaki ke arah masjid.
Rute dari Bus Stop Menuju Osaka-Ibaraki Masjid |
Di masjid Osaka-Ibaraki, saya menginap semalam, kemudian selasa pagi saya bertolak ke Kyoto untuk bertemu teman saya di sana. Memanfaatkan waktu satu jam sambil menunggu kereta ke Amanohashidate, kami mengunjungi Toji Temple di dekat stasiun Kyoto. Toji Temple merupakan kuil yang dibangun pada era Heian, sesaat setelah ibu kota Jepang dipindahkan ke Kyoto dari Nagaoka, di akhir tahun 700-an masehi. Toji temple sendiri diakui oleh Unesco sebagai satu dari world heritage sites yang ada di kota Kyoto.
Karena hanya memiliki waktu satu jam untuk menikmati Toji temple, kami segera bergegas kembali ke stasiun Kyoto. Namun apa daya, meski kamu berusaha bercepat-cepat, namun jadwal kereta pertama Amanohashidate pada jam 9.25 tak terkejar. Alhasil, kami menunggu jadwal kereta berikutnya, yakni sekitar satu jam setelahnya sambil makan dan menikmati hiruk pikuk stasiun Kyoto di masa liburan. Tiket dari stasiun Kyoto menuju Amanohashidate dapat dibeli seharga 4000 yen, dan selama perjalanan Kyoto-Amanoshidate kita akan disuguhi pemandangan yang menakjubkan!
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam kita sampai di stasiun Amanohashidate. Stasiun ini bukan milik JR, namun milik Kitakinki Railways (KTR), karena itulah tarif keretanya agak mahal, karena kereta JR Amanohashidate limited express menggunakan rel milik KTR untuk sampai ke Amanohashidate.
Agenda pertama setelah keluar dari stasiun Amanohashidate adalah meletakkan barang bawaan kita di hostel (Amanohashidate IH), karena akan cukup berat bila kita berjalan-jalan dengan menenteng tas punggung dan tas selempang. Untuk keperluan itu, kita naik kapal ferry yang sudah tercakup dalam free pass. Ferry penyeberangan berangkat setiap 20 menit sekali dan membutuhkan waktu sekitar 20 menit untu menyeberang teluk Amanohashidate. Selain Ferry, ada juga perahu boat, namun hal itu tidak tercover oleh free pass, butuh biaya tambahan sekitar 600 yen atau lebih tergantung rute perahu boat yang ingin ditumpangi. Saat di atas ferry, terlihat sekawanan burung mengikuti kami di belakang ferry. Beberapa penumpang melemparkan snack ke laut agar dimakan oleh burung tersebut.
Peta Amanohashidate, youth hostel persis di kanan Manai shrine |
Kami tidak langsung tidur sesampainya di hostel. Makan malam di lobby hostel sambil bercengkerama dan memanfaatkan wireless hotspot yang disediakan hostel mengisi acara kami malam itu. Kebetulan sekali ada seorang Jepang yang bisa bahasa Indonesia, teman sekamar kami yang sekaligus piawai bermain gitar. Akira-san namanya. Dia bekerja di perusahaan penjualan spare parts kapal ferry, dan banyak customer perusahaannya yang berasal dari Indonesia, karena itulah dia bisa berbicara bahasa Indonesia meski sedikit. Dia juga bercerita pernah pergi ke Sumatera. Malam itu dia menunjukkan beberapa foto hasil snorkling-nya siang tadi. Sekitar pukul 12 malam kami kembali ke kamar, sholat jamak qoshor maghrib-isya dan tidur.
Rabu 14 Agustus 2013, pukul 4 kami bangun, subuhan dan berangkat lagi ke main spot Amanohashidate untuk melihat sunrise. Meski tak seindah sunset sore hari sebelumnya, namun sunrise pagi itu terasa indah dengan kehadiran beberapa pemancing ikan, pengunjung yang memberanikan diri berenang di pagi hari, dan sekawanan burung yang melintas di atas kami.
Beberapa Wahana di Amanohashidate view land |
Seperti halnya Kasamatsu Park, Amaohashidate view land juga menawarkan tempat untuk meneropong jembatan langit Amanohashidate, lengkap dengan cable car dan lifting chair serta beberapa wahana lainnya. Sayang kami cuma punya sedikit waktu sehingga sesampainya disana kami langsung turun kembali dengan cable car untuk mengejar kereta ke Kyoto.
Dari Kyoto kami mampir kembali ke Masjid Osaka-Ibaraki untuk menunaikan sholat dhuhur-ashar sekaligus mengikuti kajian dauroh natsu di sana. Dari Ibaraki kami kembali lagi ke stasiun Kyoto dan oper kereta ke arah Maibara dan dilanjutkan kereta ke Oogaki dimana kereta malam Moonlight Nagara akan berangkat menuju Tokyo. Namun kami tidak langsung turun di Maibara, singgah dulu di stasiun Hikone. Ada beberapa obyek menarik di Hikone sebelum kami berpetualang di Tokyo.
Bersambung ke Summer Vacation Part II: Hikone (Temple, Lake Biwa) dan Tokyo (Asakusa, Odaiba) dimana waktu benar-benar harus termanfaatkan dengan baik. Berusaha sampai tapal batas, memaksimalkan segala yang ada untuk mencapai efisiensi tertinggi, bahkan selama liburan.
Dari Kyoto kami mampir kembali ke Masjid Osaka-Ibaraki untuk menunaikan sholat dhuhur-ashar sekaligus mengikuti kajian dauroh natsu di sana. Dari Ibaraki kami kembali lagi ke stasiun Kyoto dan oper kereta ke arah Maibara dan dilanjutkan kereta ke Oogaki dimana kereta malam Moonlight Nagara akan berangkat menuju Tokyo. Namun kami tidak langsung turun di Maibara, singgah dulu di stasiun Hikone. Ada beberapa obyek menarik di Hikone sebelum kami berpetualang di Tokyo.
Bersambung ke Summer Vacation Part II: Hikone (Temple, Lake Biwa) dan Tokyo (Asakusa, Odaiba) dimana waktu benar-benar harus termanfaatkan dengan baik. Berusaha sampai tapal batas, memaksimalkan segala yang ada untuk mencapai efisiensi tertinggi, bahkan selama liburan.