Bersama Kang Abik, Perwakilan Konjen RI dan Ustadz Chandra |
==========
Sesi II: Seni dan Cinta dalam Islam
“Tidak beragama orang yang tidak menunaikan amanah”
Cinta bisa memberi syafaat kepada kita kelak di akhirat. Cinta yang bagaimana?
Dan tidak aku utus engkau Muhammad kecuali untuk menjadi Rahmat bagi seluruh alam.
Hubungan antar manusia dengan manusia di apresiasi oleh Islam. Katanya Ibnu Kholdun, manusia itu makhluk sosial yang saling berinteraksi dengan manusia lainnya. Islam tidak melarang manusia untuk berkesenian, selama bisa mendekatkan manusia dengan Rabbnya.
Koridor: Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu.
Jadi selama seni tidak bertentangan dengan agama, maka boleh.
Innalaha jamiil, yuhibbul jamal. Allah itu indah dan menyukai keindahan.
Dalam sebuah hadist, kita dianjurkan untuk memakain pakain terbaik ketika pergi ke masjid. Sebaliknya dimakruhkan untuk ke masjid seseorang yang mulutnya dan badannya berbau.
Bagaimana dengan hubungan antar manusia? Sejauh mana Islam membolehkan keindahan? Dalam hal hubungan antar laki-laki dan perempuan ada konteks: harus aman dari fitnah.
Wahai perempuan, Kalian itu jangan tabarruj, sepertti tabarruj-nya orang jahiliah. Jadi batasan dalam berpakaian adalah jangan sampai menimbulkan fitnah. Hal ini berbeda dengan bangsa barat. Filosofi orang perancis; Tubuh manusia adalah asset, maka munculkan semuanya!. Hal ini tidak berarti muslimah tidak boleh fashion. Ini koridor secara umum.
Secara khusus, perempuan yang baik itu adalah perempuan yang menjaga diri dari orang banyak, tapi paling tidak malu pada suaminya. Misalnya sang suami membelikan pakaian eropa, sang istri boleh memakainya ketika di kamar berduaan dengan semuanya.
Bagaimana dengan cinta, apa batasannya? Bagaimana batasan perempuan dengan laki-laki yang belum menikah? Cinta itu, bila kita miliki, kita letakkan dengan benar, akan menjadi syafaat di akhirat.
Seorang sahabat bertanya baginda Nabi. Wahai Rasulullah, kapan kiamat itu datang? Kamu itu datang-datang kok tanya kiamat, apa yang kamu siapkan? Aku enggak punya persiapan apa-apa kecuali cintaku pada Allah dan Rasulnya. Dalam riwayat yang lain, oang itu menjawab, hanya ada di dadaku hanya kejujuran bahwa Aku mencintai Allah dan Rasulnya. Dalam riwayat tersebut Rasul menjawab, kamu akan dikumpulkan dengan orang yang kau cintai kelak di akhirat.
Cinta bisa jadi syafaat. Kalau kita benar-benar mencintai orang-orang yang sholeh. Contohnya Imam Syafii. Aku mencintai orang-orang yang sholeh meskipun aku tidak termasuk mereka. Semoga dengan cintaku kepada mereka, aku mendapat syafaat.
Perempuan itu dinikahi karena empat hal: - Hartanya - Kecantikannya - Nashabnya - Agamanya. Pilihlah yang bagus agamanya, yang bertaqwa pada Allah, yang baik akhlaknya.
Saat masih di Mesir, Habib (Kang Abik) pernah dinasehati temannya. Habib, besok kalau kamu pulang ke Indonesia, bila orang tuanya bertanya pekerjaanmu, maka tinggalkan. Kebebetulan saat habib kecelakaan dia berkeinginan untuk melamar seorang yang sholihah saat dia bisa berjalan. Dan benar, si calon mertua tidak bertanya tentang pekerjaan. Si Ibu menyerahkan pada putrinya dan putrinya mau. Keduanya tidak bertanya pekerjaan sama sekali. Kalau tidak punya apa-apa, fakir, dan berniat menikah, maka akan Allah kasih rezeki dari arah yang tidak sangka-sangka.
Tidak lama kemudian, habib dapat kabar bahwa insentif terjemahannya di Kairo sudah di kirim di rekening Bank. Maharnya adalah separuh dari insentif tersebut plus Novel Ayat-Ayat Cinta.
Pacaran
Lho, pacaran itu kan indah. Pacaran itu boleh, dengan syarat: sudah akad nikah. Orang yang sudah menikah, menggugurkan itu gampang. Belai tangan istrinya, rontoklah dosa-dosanya. Inilah bedanya jalan para nabi dan jalan para setan. Jalan nabi (sudah nikah), tangan ketemu tangan menghasilkan pahala, menggugurkan dosa, Jalan setan (belum nikah), tangan ketemu tangan dosa, bahkan menyentuh daging babi lebih baik baginya.
Kepada siapa kita berguru tentang Cinta? Nabi itu adalah uswah khasanah kita, dalam segala hal, termasuk dalam mengapresiasi cinta. Nabi Muhammad adalah orang yang paling bertaqwa diantara orang bertakwa. Sebaik-baik laki-laki adalah yang paling baik pada istrinya, dan Nabi adalah yang paling baik terhadap istrinya.
Suatu ketika, Fatimah berkata kepada Ali. Wahai Ali, sebelum menikah, aku telah mencintai seorang laki-laki. Siapa dia? Kemudian Fatimah menjawab, lelaki yang aku cintai sebelum menikah adalah dirimu. Fatimah diam-diam mencintai Ali sebelum menikah adalah hal yang fitrah. Tapi tidak ada satu riwayatpun yang mengatakan Fatimah menulis surat cinta pada Ali, berduaan dengan Ali ataupun menyatakan cintanya pada Ali. Jatuh cinta tidak dosa. Yang menjadi persoalan adalah setelah jatuh cinta kamu ngapain? Membayangkan, itu zina hati. Menulis surat, itu zina tangan. Dst.
Ketika hendak meminang Fatimah, Ali saat itu tidak mempunyai apa-apa, fakir. Sampai seorang sahabat bertanya pada Ali, Wahai Ali tidakkah kau ingin meminang putri Rasulullah? Hingga Ali maju pada Rasulullah, namun beliau tidak berani mengutarakan maksudnya. Nabi pun bertanya, Ya Ali, ada apa? Apakah kau ingin melamar Fatimah? Ali Diam. Rasul pun bertanya, Ya Ali, apakah baju besi yang aku berikan padamu saat perang badar masih? Masih ya Rasul, jawab Ali. Baju besi dari Rasul itulah yang digunakan sebagai Ali untuk meminang Fatimah. Indahnya cinta.
Bagaimana bila belum mampu menikah:
- menundukkan pandangan
- perbanyak puasa
Diantara tujuh golongan yang dinaungi oleh Allah; Dua orang yang saling mencintai karena Allah, bertemu karena Allah, berpisahpun karena Allah. Maka landasannya adalah taqwa, tidak ada aturan Allah yang dilanggar.
Bagaimana bila ada jeda yang cukup lama saat khitbah? Dalam islam, hukum antara khitbah dan belum tidak ada bedanya, kecuali satu: Tidak boleh dikhitbah oleh orang lain.
Bagaimana cara membina keluarga yang samara?
- Suami dan istri harus memiliki visi dan misi yang sama
- Taqwa
- Keluarga Nabi Luth Nabi Luth seorang yang sholeh, Istrinya sebaliknya. Dia istrinya membocorkan pada kaumnya bahwa di rumah mereka ada laki-laki yang ganteng (suku sodom). Walhasil, kaum dan istrinya diadzab oleh Allah.
- Asiyah dan Firaun. Asiyah seorang yang sholihah, namun suaminya seorang yang durjana.
- Suami dan istri sama-sama seorang kriminal, contohnya Abu Lahab dan Istrinya. Kisah mereka diabadikan dalam surat Al-Lahab yang menyebutkan keduanya dimasukkan neraka.
- Suaminya sholeh, istrinya sholihah, beserta anak-anaknya. Di Al-Quran dua contoh keluarga uswatun hasanah adalah Nabi Ibrahim dengan Siti Hajar dan Siti Sarah. Dari Siti Hajar menurunkan Nabi Ismail hingga Rasulullah. Dari Siti Sarah menurunkan Nabi Ishak dan nabi-nabi yang lain. Contoh kedua adalah keluarga Ali-Imron yang kisahnya diabadikan dalam surat Ali-Imron. Seorang yang saling mencintai, di akhirat akan menjadi musuh, kecuali dua-duanya bertakwa pada Allah. Begitu juga dengan suami istri. Bila keduanya bertakwa, maka akan langgeng hingga di akhirat.