Sawah, Masjid dan Gunung |
Seperti biasa, jam karet sudah menjadi hal yang lumrah bagi orang Indonesia meski kita tinggal di luar negeri. Aku sudah mengantisipasinya dan membuatnya mudah, faham akan keadaan ini. Hari ini kubuat se-rileks mungkin, tanpa harus terburu-buru dan cepat-cepat. Biarlah, bila ada yang terlambat ya ditunggu. Bila memang masih butuh waktu, ya ditunggu. Masih banyak hiburan gratis di luar sana yang siap disantap. Nagoya eki dan street art performance di sekitarnya menawarkan hiburan gratis bagi setiap pengunjungnya. Alunan orkestra dari sekelompok anak mudah tak di panggung depan-kanan stasiun tak kalah dengan pertunjukan musik profesional.
|
|
Nagoya masjid, itu tujuan pertamaku hari ini. Materi sosial-keagamaan kubagikan kepada para junior, yang padanya aku berharap akan masa depan negeriku. Segelintir orang ini bukanlah orang-orang hebat saat ini, tapi aku percaya di masa depan mereka akan menjadi pilar-pilar islam. Pilar islam yang mungkin tak dikenal orang khalayak islam karena kesederhanaanya.
Mengakhiri aktivitas di Nagoya, agenda selanjutnya sudah menanti. Masih ada waktu, kuantarkan para juniorku ke peron tempat kereta JR akan membawa mereka pulang ke prefektur Mie. Aku sendiri menuju peron yang akan membawaku ke Gifu. Belum menunaikan sholat ashar menjadi alasanku untuk mampir ke masjid Gifu, tempat yang nyaman menunaikan ibadah daripada di taman kota.
Masjid Gifu, saya foto dengan mode panorama (klik untuk memperbesar) |
Gifu masjid sore itu begitu mempesona dengan hamparan sawahnya. Sawah berlatar masjid berlatar gunung, tak kukira akan kutemui di negeri ini. Kutunaikan sholat ashar dan kulahap beberapa helai mushaf untuk menunggu waktu maghrib. Ba'da sholat maghrib sang imam meminta waktu sebentar kepada para jamaahnya. Beliau meminta jamaahnya melafadzkan surah an-nashr, bila ada yang keliru beliau membenarkannya. Kemudian, beliau menawarkan lagi, apakah ada yang hafal dua kalimat terakhir suratul baqoroh. Seorang jamaah melafadzkannya dan imam memberikan ulasan beberapa fadilahnya.
Jangan terlena oleh dunia kawan, al-quran sungguh lezat dan nikmat. Bahkan beberapa kafir quraisy pun mencuri dengar ketika Rasulullah membaca Quran. Sang imam menyampaikan, bacaan quran Rasulullah so sweet, lebih manis dari dunia ini. Sungguh benar apa yang dikatakannya.