Showing posts with label review buku. Show all posts
Showing posts with label review buku. Show all posts

Saturday, June 06, 2020

Outline: Logika bahasa ilmiah

Berikut adalah outline dari beberapa resume kuliah "Scientific Discussion" yang diajar oleh Prof. Preining pada 2019 di JAIST. Agar tidak menguap begitu saja, saya membuat outline (daftar isi/tulisan) yang pernah saya buat untuk merangkum isi kuliah tersebut. Dalam Bahasa Indonesia, "scientific discussion" lebih pas diterjemahkan sebagai "logika bahasa ilmiah" atau "logika diskusi ilmiah", karena isinya banyak berupa prinsip logika yang dipakai dalam diskusi ilmiah.

Materi kuliah tersebut sangat cocok untuk membangun alur berpikir dalam berbahasa ilmiah, baik tulisan maupun lisan (lebih dikhususkan pada tulisan, namun bisa diaplikasikan secara lisan/ucapan, less formal). Klik setiap baris item outline di bawah ini untuk membaca artikel dengan judul tersebut.

  1. Menjadi logis: Menyiapkan akal untuk logika
  2. Menjadi logis: Prinsip dasar logika
  3. Argumen: Bahasa logika [1]
  4. Argumen: Bahasa logika [2]
  5. Sumber pemikiran tidak logis
  6. Prinsip-prinsip pemikiran tidak logis
  7. Logika dan percakapan-nya Grice (implikatur) beserta kritiknya
  8. Panduan berpikir kritis
Tulisan-tulisan tersebut cukup menarik karena sejatinya bukan tulisan saya. Namun, ulasan dari buku-buku dan makalah yang benar-benar berbobot. Beruntung saya pernah mendapatkan kuliah tersebut. 

Jika ada tulisan baru saya dengan tema yang sama/mirip, akan saya tambahkan dalam outline di atas.

Thursday, October 31, 2019

Menjadi Logis [3]: Argumen: Bahasa Logika [2]

Tulisan ini adalah kelanjutan tulisan sebelumnya: Menjadi Logis [3]: Argumen: Bahasa Logika [1]. Karena isi dari Bab 3 buku "Being Logical" cukup panjang, saya pecah ringkasannya menjadi dua artikel, agar mudah dibaca dan dipahami.

Saya mulai penomoran itemnya dari 11, melanjutkan tulisan sebelumnya 1-10.

11. Kebenaran Premis
Dalam argumen silogisme ada kesesuaian antara konten dan struktur. Konten akan benar jika premisnya benar. Jika premisnya salah, maka secara konsisten kesimpulannya menjadi salah. Contohnya adalah berikut.

Setiap anjing memiliki tiga kepala.
Corolla adalah anjing.
Corolla memiliki tiga kepala.

Meski secara struktur benar, namun karena premisnya salah, kesimpulannya menjadi salah. Dapat dikatakan, jika inputnya sampah, maka outputnya juga sampah (garbage in, garbage out).

12. Relevansi Premis
Meski premis harus benar, namun itu saja tidak cukup. Kebenaran premis harus relevan dan menjangkau kesimpulan. Contohnya adalah berikut.

Pak XXX merupakan purnawirawan jenderal TNI AD.
Beliau sekarang seorang wirausahawan yang sukses.
Karenanya, beliau seharusnya terpilih menjadi presiden.

Pada pernyataan diatas, premisnya benar (kalimat satu dan dua), namun kurang relevan dengan kesimpulan yang diambil (kalimat 3). Bandingkan dengan argumen berikut.

Pak YYY adalah wirausahawan sukses.
Beliau terpilih menjadi walikota ZZZ dan gubernur AAA selama dua periode.
Melihat kecakapannya memimpin kota dan provinsi, maka beliau layak menjadi presiden.

Argumen kedua ini lebih logis karena ada relevansi antara premis dan kesimpulan.

13. Pernyataan Fakta, Pernyataan Nilai
Pernyataan bisa berupa fakta atau berupa nilai. Contohnya berikut,

Musisi adalah mereka yang piawai memainkan alat musik.
Bagus adalah musisi.
Kesimpulan: Bagus piawai memainkan alat musik.

Bandingkan dengan pernyataan berupa nilai berikut.

Musisi adalah manusia yang sangat unggul.
Bagus adalah musisi.
Kesimpulan: Bagus adalah manusia yang sangat unggul.

Kata unggul sebagai nilai pada argumen di atas samar (vague). Premis dengan pernyataan nilai tidak bisa digunakan secara presisi seperti pernyataan nilai. Untuk mengetes validitas pernyataan nilai, premis tersebut diuji dengan fakta lainnya yang ada, bila cocok maka bisa diterima.

Sunday, October 27, 2019

Menjadi logis [2]: Prinsip Dasar Logika

Tulisan ini adalah kelanjutan tulisan sebelumnya, Menjadi Logis [1]: Menyiapkan Akal untuk Logika. Tulisan ini merupakan bagian terpenting dari catatan seri kuliah "scientific discussion" [1] di JAIST. Tulisan ini saya buat sesederhana mungkin agar bisa dibaca oleh semua orang. Tidak ada kata-kata yang seharusnya tidak ada. Sebaliknya, semua yang harus ada harus tertulis di sini. Semua yang bisa membaca seharusnya mampu memahami tulisan ini.

Setelah kita membiasakan hal-hal untuk menerima logika, langkah selanjutnya adalah mengasimilasikan prinsip-prinsip dasar logika agar menjadi kebiasaan kita. Berikut prinsip-prinsip dasar logika tersebut.

1. Prinsip-prinsip utama
Sains adalah kumpulan pengetahuan terstruktur yang dibangun dari prinsip-prinsip utama. Logika, sebagai sains, juga demikian, dibangun atas prinsip-prinsip utama. Ada empat prinsip utama logika sebagai berikut:
  1. Prinsip identitas: sesuatu adalah apa adanya.
  2. Prinsip pengecualian nilai tengah: antara ada dan tidak ada tidak ada nilai tengah.
  3. Prinsip alasan yang cukup: ada alasan yang cukup untuk semua hal (Ya! semua).
  4. Prinsip kontradiksi: tidak mungkin sesuatu menjadi dan tidak menjadi pada satu waktu.
Tiga dari prinsip di atas diusulkan oleh Aristoteles, sedangkan satu dari Leibiniz, yakni prinsip cukup alasan (logikanya: tiga prinsip yang lain, selain yang diusulkan oleh Leibniz, adalah usulan Aristoteles). 

Prinsip identitas (principum identitatis) adalah prinsip yang paling utama diantara yang utama. Secara sederhana, A adalah A, bukan B. Kucing adalah kucing bukan anjing. Segitiga adalah segitiga, bukan segi empat. Semua yang logis harus beridentitas [2]. Sebaliknya, sesuatu yang identitasnya dipertanyakan juga dipertanyakan kelogisannya.

Prinsip kedua mengatakan bahwa tidak mungkin ada kondisi tengah diantara ada dan tidak ada. Sebagai contoh: di dalam kotak ada kucing atau tidak ada kucing, tapi tidak diantaranya (yakni setengah ada dan setengah tidak ada).  B adalah kucing, bukan anjing, tidak mungkin setengah kucing dan anjing.

Prinsip ketiga merupakan prinsip penting dalam logika dan diskusi saintifik, termasuk/khususnya penulisan ilmiah. Harus ada alasan untuk semuanya. Prinsip ini mirip hukum sebab-akibat. Ketika anda mengusulkan metode A, harus ada alasan mengapa A. Ketika anda mengusulkan variabel X, harus ada alasan mengapa variabel X, bukan Y. Kenapa menggunakan contoh kucing dalam kotak, karena contoh tersebut sangat sederhana sehingga mudah dimengerti semua orang. Itu juga alasan untuk contoh sebelum dan sesudah prinsip ini.

Prinsip terakhir -- kontradiksi -- mirip dengan prinsip kedua. Bedanya, kalau dalam prinsip kedua tidak ada nilai tengah, maka dalam kontradiksi tidak mungkin ada dua keadaan dalam satu waktu. Tidak mungkin ada kucing dalam kotak A dan tidak ada kucing dalam kotak A. Tidak mungkin B adalah kucing dan anjing. Contoh pertama dikembangkan oleh Erwin Schrodinger dalam eksperimen pemikirannya: kucing dalam kotak. Menurutnya, tidak mungkin kucing dalam keadaan hidup dan mati bersamaan. Meski probabilitasnya 50:50, tapi tidak bisa dikatakan bahwa kucing hidup dan mati dalam keadaan bersamaan. Harus dibedakan antara probabilitas dan realita. Probabilitas tidak mengubah realita. Realita ada dengan atau tanpa observasi. Inilah logika.

2. Daerah abu-abu, daerah yang dibuat abu-abu
Daerah abu-abu adalah daerah dimana kebenaran tidak secara jelas dapat dinyatakan. Dalam hidup, banyak daerah abu-abu, namun jangan terlalu banyak menggunakannya. Abu-abu, sebagai warna, ada karena perbedaannya sebagai alternatif warna putih dan hitam. Jika dalam hidup kita berada pada situasi dimana tidak ada alternatif yang jelas, secara objektif, bukan berarti tidak ada alternatif yang jelas. Tidak adanya alternatif bukan karena tidak ada, namun karena kita tidak bisa melihatnya. Daerah yang dibuat abu-abu ada karena kita tidak bisa melihat daerah abu-abu, (sebenarnya) disebabkan ketidakpastian kita atau kurangnya pengalaman.

Sebagai contoh, anda berada  pada suatu masalah, menentukan benar atau salah. Anda tidak memiliki pengalaman kalau masalah tersebut benar, namun anda punya pengalaman kalau masalah itu salah. Prinsipnya: negatif hanya dapat dikenali sebagai negatif, "secara tidak pasti", karena positif telah diketahui. Disini ada kemungkinan kepastian. Jika pasti itu mungkin, maka kepastian itu mungkin terjadi, meski tidak pasti. Itulah yang harus dipilih.

Wednesday, October 17, 2018

Review Buku: 201 teknik presentasi

Dalam bukunya "Presentation skills 201", William "Bill" Steele (presentation skill trainer) membagikan kecakapan atau teknik presentasi sebagai berikut.

Perencanaan

Perencanaan sangat penting sebelum melakukan presentasi. Presentasi yang baik dipersiapkan dengan rencana yang baik pula. Jangan melakukan presentasi tanpa persiapan, dan jangan percaya pada orang yang bisa melakukan presentasi tanpa persiapan, kecuali dia sudah ahli. Diantara kecakapan atau teknik presentasi pada tahap perencanaan ini meliputi: bersungguh-sungguh melakukan persiapan, mendefinisikan apa yang ingin dicapai, memilih/memiliki tema, tekankan bahwa anda bukan audiens (tapi presenter), keluar dari kebiasaan, jangan abaikan suara kecil, jangan melalukan persiapan yang berlebihan, dan masukkan cerita pada presentasi anda.

Siapkan data dan buat data anda hidup, masukkan humor namun jangan mencoba melucu, bangun pemahaman dengan contoh, gunakan analogi untuk menjelaskan sains dan teknologi, bekerja dengan lawan, sitasi pengarang aslinya, nyatakan dengan jelas, mulai dengan mantap dan akhiri dengan mantap pula, sediakan rangkuman, pancing pertanyaan, pastikan pesan tersampaikan, hindari perubahan di menit-menit terakhir, dan persiapkan penampilan anda di panggung.

Persiapan Slide

Pada tahap persiapan slide kita bisa mencoba teknik brainstorming dulu: pesan apa yang ingin kita sampaikan baru kemudian beralih ke slide. Gunakan visualisasi yang baik, pewarnaan dan tema yang memukau namun tidak norak. Persiapkan juga untuk tampil tanpa slide (mati lampu misalnya, tidak ada LCD dll). Peragakan dan gunakan bahasa tubuh sebanyak mungkin jika ingin menggambarkan secara visual. Beralih dari slide ke slide selanjutnya secara halus. Jangan menjadi korban teknologi, intinya pada anda, bukan pada teknologi yang anda gunakan. 

Slide anda merefleksikan siapa anda. Jika anda menggunakan template milik kantor atau institusi anda, slide tersebut sepenuhnya milik anda. Anda bebas mengeditnya sebaik mungkin.

Latihan

Friday, January 16, 2015

Menakar Kesalehan

Ketika seorang teman yang juga pengasuh Kursus bahasa Inggris Ewep meminta saya untuk mereview bukunya, saya langsung mengiyakan. Buku ini cukup sederhana, mudah dimengerti, dan hanya memerlukan waktu singkat untuk membacanya.

Sampul cover "Menakar Kesalehan"

Menakar Kesalehan adalah kumpulan artikel karya C.H Amin yang berisi tentang artikel-artikel untuk mengukur sejauh mana kesalehan kita, salah satu subbabnya sendiri juga berjudul: Menakar kesalehan. Dalam menulis buku ini, saudara C.H. Amin berusaha untuk netral dengan memasukkan rujukan dari golongan-golongan Islam yang ada di Indonesia, jadi buku ini sangat cocok untuk dibaca untuk umat Islam dari golongan apapun.

Membaca buku ini membuat saya beristighfar, kualitas kesalehan saya sangat juauh dari ideal, atau bahkan dari kesalehan minimal. Membaca buku ini juga mengingatkan saya untuk terus meningkatkan kualitas kesalehan yang juga berarti meningkatkan kualitas hidup dari sisi spiritual. Tertarik? silakan download disini. Tidak atau belum tertarik? Silakan baca dulu, barangkali buku ini adalah buku yang selama ini anda cari-cari. Buku ini gratis dan legal, menyebarkannya bisa jadi menambah pundi-pundi amal anda.

p.s: Jika anda menemukan kesalahan penulisan dalam buku tersebut, silahkan kontak saya.

UPDATE (April 2016):
Buku ini saat ini telah tersedia dalam hardcopy dengan harga Rp. 20.000,-. Silahkan kontak penulisnya langsung, Ch. Amin untuk mendapatkan versi cetak dari buku tersebut.
Ch. Amin
Jl. Mulyorejo Tengah 41
Telp. 031-599-4341, HP. 0821 4129 9953
Edisi Cetak dari Menakar Kesalehan

Monday, February 24, 2014

The Art of Problem Determination

Dalam bukunya, Self-service Linux: The Art of Problem determination, Mark Wilding dan Dan Behman mengusulkan empat fasa investigasi yang akan membangun skill problem solving. There are four phases of problem investigation that, when combined, will both build your skills and solve problems quickly and effectively. Keempat fase tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Initial investigation using your own skills,
  2. Search for answers using the Internet or other resource,
  3. Begin deeper investigation,
  4. Ask a subject matter expert for help.
Sampul buku "the art of problem determination"


Studi Kasus: Cannot Enter Ubuntu Session

Beberapa hari yang lalu saya mendapati masalah pelik untuk laptop saya yang terinstal Ubuntu 14.04 Trusty Tahr. Tiba-tiba saja setelah boot melalui grub, si Ubuntu meminta saya memasukkan password login, padahal password login sudah saya by-pass dengan autogin. Janggal, dan memang setelah saya ketikkan passwordnya dengan benar saya tidak bisa masuk Ubuntu-session. Awalnya saya bertanya-tanya, ada apa gerangan dengan laptop saya? Saya tidak melakukan install/remove program, hanya update-upgrade saja.

1. Initial investigation using your own skill
Meksi gagal masuk xwindow (gui), saya tetap bisa masuk terminal (tty1-7) lewat Ctrl+Alt+F1. Saya coba update dan upgrade, masih gagal terus. Kebetulan wifi sudah connect. Saya reconfigure lightdm-nya, dan tanda-tanda penerahan mulai terlihat. Terminal mengatakan bahwa tidak ada lightdm ataupun gdm yang berjalan.
$ sudo dpkg-reconfigure lightdm
no lightdm is running
Disini saya mulai mengetahui error laptop saya, tidak bisa masuk lightdm ataupun gdm yang merupakan display manager untuk menampilkan gui aplikasi-aplikasi yang berjalan.

Wednesday, July 30, 2008

Edensor

Cover Novel Edensor
”Ibu, dapatkah memberitahuku nama tempat ini?”
”Sure lof, it’s Edensor...”

Subhanallah, inilah novel petualangan paling menakjubkan yang pernah kubaca. Berawal dari mimpi-mimi, andrea hirata mampu merajut mimpi-mimpinya menjadi kenyataan. Melintasi penjuru dunia, menaklukkan malu, takut dan mara bahaya...

Berpetualang, itulah keinginanku. Membaca kisah lima sekawan, pasukan mau tahu, trio detektif dll membuatku ingin seperti mereka. Dari dalam negeri kisah Roy si Avonturir (gola gong) menantangku untuk menjadi seperti dia. Beberapa petualangan telah kurasakan, mengajariku untuk tidak menantang alam. Saat d pucak semeru, hatiku berbisik, cukuplah ini terakhir kali aku naik gunung. Namun jiwa ini seakan menantangnya kembali, mencoba menaklukan alam. Dan itu, benar bukan terakhir kalinya, setelah itu beberapa kali aku menantang alam. Saat di alam hatiku berbisik untuk tidak mengulanginya lagi, namun saat kembali hati ini rindu akan indahnya alam bebas.. hamparan sawah menghijau dengan latar gunung, elok nian...
 

Ku ingin, pergi haji sambil berpetualang.......
Kan kurajut mimpi-mimpiku menjadi kenyatann,,,
Seperti kata Arai, bermimpilah karena tuhan memeluk mimipi-mimpi itu.


Semoga kelak, saya bisa mengunjungi desa Edensor, insyaAllah.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...