Thursday, January 09, 2020

Winter vacation: Kumamoto dan Saga-ken

Ishikawa-ken, penghujung tahun 2019

Senin adalah awal pekan, awal memulai pekerjaan. Namun tidak dengan senin itu. Senin itu adalah awal liburan. Bergegas dia meninggalkan apatonya, mengejar bis untuk ke stasiun. Bus shuttle berangkat jam 8:55, dan lima menit sebelum bis itu berangkat, dia sudah berada di dalamnya. Dari Nomi, kota tempat kampusnya berada, menuju Komatsu, stasiun dimana dia memulai perjalanan, ditempuh selama 30 menit dengan shuttle kampus tersebut. Hari ini adalah hari terakhir shutle beroperasi sebelum liburan tahun baru. Shuttle akan beroperasi lagi tanggal tiga Januari, tepat dimana dia pulang dari liburan. Untuk sekedar liburanpun dia mengatur jadwalnya sedemikan rupa sehingga transportasi dapat diperolehnya senyaman mungkin.

Jadwal shuttle selama winter 2019/2020

Di Komatsu, dia sampai jam 9:30. Masih ada waktu 45 menit sebelum kereta pertama tujuan Fukui berangkat. Dia pun membeli tiket juhacchi kippu (18kippu), tiket free-pass khusus kereta api JR yang berlaku selama lima hari, se-jepang, asalkan masih kereta JR, maksimal tipe kereta api ekspress, bukan tipe atasnya (limited express, shinkansen). Setelah mengantongi tiket, dia pun berkeliling, memperhatikan lalu lalang orang-orang di stasiun Komatsu. Banyak orang menjemput saudaranya, atau temannya. Tahun baru serasa lebaran di Indonesia.


Dari Komatsu dia mengambil kereta tujuan Fukui. Dari Fukui berpindah ke Tsuruga. Masing-masing sekitar satu jam. Dari Tsuruga dia bisa lebih lama di kereta, sekitar 2.5 jam, ganti kereta di Himeji menuju Aioi, ganti kereta di sana menuju Okayama, tujuan terakhirnya hari itu. Nahas, dia ketinggalan melewatkan kereta di Aioi. Akhirnya dia memutuskan untuk tetap di kereta sampai tujuan akhir, Banshu-Ako. Dari sana dia berpindah ke kereta menuju Okayama. Jadwal kedatangannya di Okayama mundur sejam dari yang diperkirakan. Seharusnya jam 17.02, kenyataanya dia sampai di Okayama jam 18.30

Rute dari Himeji ke Okayama via Banshu-Ako. Harusnya perjalanan bisa lebih singkat jika berhendi di Aioi, kemudian oper kereta tujuan Okayama.

Di dalam stasiun Himeji, ada Himeji castle di dekat stasiun ini. Salah satu castle yang cukup besar di Jepang

Di Okayama, dia segera mencari penginapan yang sudah dipesan oleh temannya. Mereka janjian ketemu di tempat itu. Cara berpikirnya yang spasial memudahkan dia untuk menemukan penginapan itu. Sekitar 15 menit dari stasiun Okayam, 6000 yen/malam.

Okayama merupakan kota besar, ibukota prefektur Okayama (nama prefektur sama dengan nama kotanya). Tak sulit untuk mencari makanan halal di kota itu, di waktu semalam itu. Jam 8 malam dia mencari makan, dari penginapannya. Ada rumah makan Turki yang menjual kebab. Hampir pasti semua kebab halal, itu alasannya memilih menu malam itu. Jam 10 temannya datang, langsung ke rumah makan Turkit tersebut. Selain kebab, kedai Ali Baba, nama rumah makan tersebut, juga menjajakan pizza dan sissha. Harganya di atas rata, $$.

Di Okayama mereka hanya menginap semalam. Pagi, jam 7 pagi mereka berangkat, mengejar kereta ke arah Itozaki, lanjut ke Hiroshima, Iwakuni, dan Shimonoseki. Dari shimonoseki, stasiun ujung selatan pulau Honshu, mereka menyeberang ke pulau Kysuhu. Dari JR West berpindah ke JR Kyushu. Stasiun Kokura adalah stasiun pertama yang mereka datangi dari stasiun Shimonoseki.

Dari stasiun Kokura perjalanan berlanjut ke stasiun Araki (Fukuoka), kemudian dari Araki langsung ke Kumamoto, kota tujuan akhir perjalanan mereka. Meski begitu, stasiun Tatsutaguchi adalah stasiun tujuan akhir mereka. Letaknya enam stasiun dari stasiun Kumamoto, arah Higoozu. Di stasiun Tatsutaguchi, teman mereka satunya sudah menjemput. Bertiga mereka menuju apato temannya di Kumamoto tersebut, 3 km, 45 menit berjalan kaki.

Malam itu, mereka bergabung dengan remaja Jepang merayakan tahun baru di kuil. Bukan untuk berdoa tentunya, tapi hanya sekedar menikmati malam pergantian tahun.

Yoshinogari Park

Yoshinogari historical park merupakan situs paling penting peninggalan masa Yayoi, yakni periode tahun 300SM-300M mulai dari zaman batu (neolitikum), zaman perunggu hingga zaman besi (iron age). Taman Yoshinogari park dibangun berdasarkan ekskavasi, preservasi dan rekonstruksi dari puing-puing reruntuhan bangunan di area tersebut. Tempat ini terletak di antara stasiun Kanzaki dan Yoshinogari Koen di Prefektur Saga. Jarak dari dua stasiun tersebut adalah 15 menit jalan kaki. Stasiun Kanzaki hanya terpisah satu stasiun dari stasiun Saga, kurang lebih 10 menit dari sana dengan kereta JR lokal.

Ada apa di Yoshinogari? Bangunan tua, dari kayu. Model bangunan ini, menurutnya, dibuat sebelum Jepang membangun kastil-kastilnya.  Ada miniatur pasar di zaman Yayoi, ada juga susunan bangunan untuk memerintah rakyatnya (terlalu sederhana untuk disebut istana). Lagi, Jepang terbukti canggih sejak zaman baheula. Struktur pasar dan pemerintahan sudah sedemikan rapi dimana ada pengawas, tentara, dan administrasinya. Bangunannya pun dipisah-pisah sesuai kegunannya.

Jika anda tertarik dengan Arkeologi, situs Yoshinogari merupakan tempat yang menarik. Bagaimana dengan mereka berdua? Mereka hanya ke Yoshinogari untuk bertemu teman seangkatan S1 dulu yang kini belajar di Saga University. Tak ada salahnya, sambil ngobrol mengelilingi taman, sambi belajar sejarah Jepang tempo dulu. Suasana outdoor, di pagi yang cerah musim dingin menghangatkan mereka, sehangat percakapan mereka. Lansekap Yoshinogari (seperti gambar di bawah ini) membuat suasana suasana hati rileks, suasana yang mereka cari dengan liburan ini. Sederhana, dan membahagiakan.




Bangunan-bangunan di Yoshinogari Park, Saga-ken


Kumamoto Castle

Kastil Kumamoto masih menarik untuk dikunjungi, meski diguncang gempa pada 2015 lalu. Saat ini kondisinya berbeda dengan kunjungan terakhir pada 2012 yang lalu, jauh lebih baik. Mengunjungi kastil ini di malam hari lebih terasa eksotik, meski setiap sudut kastil tersebut tak nampak secara detail. Meski sedang dipugar, pesona kastil Kumamoto tepat memancar. Orang-orang juga masih ramai berdoa di kuil di dalam kompleks kastil tersebut. Hari itu hari kedua di tahun 2020.

Kastil Kumamoto di malam hari

Kastil Kumamoto adalah salah satu yang terbesar di Jepang, meski dari sisi usia jauh lebih muda dari kastil Hikone atau Inuyama. Namun dari sisi dan strukturnya, kastil ini menurutnya adalah yang paling bagus. Struktur kastil-kastil di Jepang juga mengikuti struktur bangunan di Yoshinogari yang mereka kunjungi pada hari sebelumnya.

Kumamoto University

Kampus Kumamoto tidak beda jauh saat dia meninggalkannya pada 2012. Hampir tidak ada perbedaan. Bahkan menurutnya, kampus ini terlihat tidak lebih bersih dari kampusnya sekarang. Baiknya, masih ada mahasiswa yang bekerja di musim liburan seperti ini. Apalagi mahasiswa-mahasiwa tersebut adalah teman-temannya, orang Indonesia juga. Bangga. Dia mengunjungin labnya saat tujuh tahun lalu, melihat-lihat perkembangan riset dan apa yang dilakukan temannya disitu. Pelajaran berharga, di waktu liburan dan malam selarut itu (24:30), teman-temannya masih berkecimpung dengan dunia risetnya. Tak lama kemudian mereka bertiga pulang ke apato. Malam sudah beranjak pagi, waktunya tidur.

Pulang

Pulang adalah kepastian. Kemanapun kamu pergi, kamu harus pulang. Pun waktu di dunia ini, suatu saat kita pasti pulang pada-Nya. Perjalanan pulang dari Kumamoto menuju Ishikawa tidak berbeda jauh dengan perjalanan berangkatnya. Harus bermalam sekali lagi di Okayama, di penginapan yang sama. Pagi sekali dia berangkat, bersama temannya yang dari Niigata itu. Bus di depan kampus kumamoto (halte Kumamoto Daigaku Mae) datang pertama kali pada jam 7:29 hari itu. Mereka berdua mengejar bus tersebut untuk menuju Tatsutaguchi eki, stasiun dimana mereka datang. Meski bus terkejar, namun kereta yang ditarget, berangkat jam 7:40, tidak terkejar. Perjalanan ke Okayama hari itu menjadi lebih lama dari seharusnya. Jam 21:00 perkiraan sampai stasiun Okayama, dan jam 22:00 perkiraan sampai di Penginapan "rumah malas". Waktu yang lebih lama sejam dari perkiraan awal mereka.
Halte: Kumamoto Daigaku Mae

Stasiun Tatsutaguchi, di pagi hari ketika tahun 2020


Untuk menuju Okayama dari Kumamoto, setidaknya mereka harus berganti kereta (norikae) tujuh  kali: Kumamoto, Kurume, Araki (Fukuoka), Kokura, Shimonoseki, Itozaki, dan Okayama. Bisa lebih banyak kalau ketinggalan kereta (waktu berganti kereta sering cuma sebentar: 1 menit).  Diantara stasiun-stasiun yang dilewati pada perjalanan tersebut (Kumamoto-Okayama) adalah stasiun Moji, Ozuki, Iwakuni, Jyotou dan Kumayama.
Stasiun Kumayama

Stasiun Jyoutou

Stasiun Iwakuni

Stasiun Ozuki

Stasiun Moji

Berangkat dari stasiun, pulang ke stasiun.

Lessons learned

Beberapa hal yang bisa dia petik dari perjalanan ini:
- Kereta lebih produktif dari rumah
- Struktur yang mirip antara Yoshinogari dengan kastil-kastil di Jepang
- Beef di Seizeriya ternyata Halal
- Hard work overnight sometimes is needed (really?)
- Friendship
- Berharap, potongan cerita ini kelak bisa menjadi suatu novel, dengan membaginya disini


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...