Di Dalam Shinkansen Nozomi N700 |
Ceritanya, beberapa saat sebelum sampai di Tokyo station (東京駅) saya ganti kereta (norikai - のりかい) di stasiun shinagawa, padahal waktu itu sudah masuk dhuhur. Di kereta yang baru, JR Local, karena berdesak-desakan, akan lebih sulit untuk menunaikan sholat. Pun ketika ganti kereta lagi di Ikebukuro menuju fujimino (kawagoe) dan akhirnya berhenti di stasiun tujuan, kami-fukuoka. Di Kawagoe (Saitama-ken), sebenarnya pun bisa izin sholat, tapi sekali lagi karena sendiri dan baru pertama kali datang masih "malu dan sungkan", sampai acara berakhir sekitar pukul 16.00 JST, ibadah dhuhur - ashar belum tertunaikan. Menuju Tokyo station dengan JR Local, kereta (yang rute-nya melingkar) masih berdesak-desakan (pemandangan yang lazim di stasiun-stasiun sekitar Tokyo, seperti juga terlihat di sini), dan masih belum berani menunaikan sholat di tempat tersebut. Ah, nanti saja, pikirku saat itu, padahal waktu sudah jam 5-an sore, kurang dari dua jam lagi sudah maghrib. Akhirnya, kami sampai di Tokyo station, tak lupa saya alasan ke toilet untuk mengambil air wudhu sebelum bertemu teman yang sudah menanti. Setelah itu, kami menuju cafe di dalam stasiun Tokyo untuk bicara tentang pekerjaan, dilanjutkan makan malam di 御食事処 yang juga berada di dalam stasiun Tokyo. Saya googling "prayer room tokyo station", tapi saya tidak menemukannya.
Akhirnya, dengan sangat terpaksa, saya menunaikan jamak qoshor dhuhur - ashar di sela-sela makan malam. Di saat yang lain berdebat memesan menu, dengan cepat saya tunaikan sholat darurat. Alhamdulillah, sepertinya tidak ada yang menyadari saya sedang sholat, padahal bacaan sholat agak saya keraskan. Selesai acara makan malam, sekitar jam 20.30 kami mengakhiri jamuan kultural Jepang tersebut, berpisah di tempat pembelian tiket shinkansen, dan akhirnya kami menuju Nagoya dalam waktu 1,5 jam, perjalanan yang apabila ditempuh dengan bis membutuhkan waktu sekitar 7 jam. Dari Nagoya menuju Kameyama, butuh sekitar 1 jam-an via shiroko eki, dilanjutkan dengan mobil. Dan akhirnya sampai apato tercinta, dimana bisa sholat sebebasnya.
Seperti artikel di harian Republika ini, banyak hikmah yang didapat dengan sholat di awal waktu, jangan sampai kejadian seperti saya diatas terjadi lagi. Diantara hikmahnya adalah dijadikannya doa-doa kita mustajab. Dan yang tak kalah pentingnya, dengan sholat di awal waktu akan meminimalkan resiko-resiko yang akan terjadi setelahnya, sangat mungkin kita sulit mengerjakan sholat jika tidak di awal waktu seperti kasus saya diatas. Penjelasan ilmiah dan contoh konkritnya, bisa dilihat di artikel tentang "butterlfy effect" yang saya ambil dari milis yang saya ikuti (aplikasi pada waktu sholat ada di akhir artikel).